Chapter 10

9.2K 692 11
                                    

Susah payah Prilly menelan ludahnya. Mungkinkah ia menjawab jawaban yang sebenarnya? Namun ia takut jika Aura mulai bertindak yang aneh-aneh. Apalagi pada Gita. Ia tak akan menerimanya.

"Woy malah bengong lo" kejut Gita. Prilly sedikit tersentak kaget.

"Jawab gue kelesss" paksa Gita sekali lagi. Prilly menarik nafasnya dalam-dalam dan menghelanya pelan. Ini saatny ia menjawab. Namun tidak dengan jawaban sebenarnya. Jawaban bohongnya.

"OMG Gita. Lo bodoh, pe'a, pikun atau apasih hah? Eh gue pingsan Git. Pingsan. Mana gue tau siapa yang jadi dalang ini semua. Dasar lo. Mangkanya kalo nanya tuh dipikir-pikir lagi" jawab Prilly santai lalu dengan cepat ia bergegas memasuki mobilnya.

"Eh eh tungguin gue dong Prill" pekik Gita dari luar dan secepat mungkin masuk ke dalam mobil Prilly.

***
"Ali sekarang udah berhenti shooting ya? Kenapa? Apa karena sekolah disini?" Tanya salah satu wartawan dari salah satu tabloid remaja. Ya Ali baru saja keluar dari gerbang sekolah. Namun, para wartawan, baik dari tabloid maupun dari acara beberapa tv sudah berkerumun menantikan Ali. Ali yang sudah tak dapat menghindar lagi, mau tak mau menjawab satu persatu pertanyaan wartawan tersebut.

"Jadi Ali itu bukan berhenti shooting. Beberapa tawaran iklan Ali masih terima kok. Tapi, Ali cuma mau ngurangin jam shooting aja. Ini kemauannya mama Ali. Dia pengen Ali menjadi artis yang berpengetahuan tinggi dan luas" jawab Ali santai namun tetap tegas sekali.

Semua wartawan itu tampak mengangguk. Sepertinya wartawan itu mulai mengerti dengan penjelasan Ali.

"Eh iya Li. Gimana? Udah dapet pacar belom di sekolah ini? Atau gebetan gitu?"tanya salah satu wartawan. Ali hanya merekahkan senyumannya.

"Ada dong. Gue ini gebetannya" terdengar suara wanita dari belakang. Sontak semua wartawan berbalik menghadap kebelakang. Ali mengernyit saat tau siapa wanita itu.

"Kenalin ya nama saya Aura. Saya ini model. Lihat aja badan ramping, tinggi dan tentu ya cantik menawan" ungkap Aura dengan gaya lentiknya.

Para wartawan mulai mengerubuni Aura. Menghujani Aura dengan berbagai macam pertanyaan. Dan jawaban Aura tentunya sama sekali jauh dari faktanya. Membuat Ali sedikit ilfil melihat Aura.

"Gimana Ali? Bener ya yang dibilang mbak Aura? Ali lagi deket sama Aura? Kapan nih jadiannya?" Tanya para wartawan. Ali hanya menatap tajam pada Aura. 'Gila kali ni orang'batin Ali kesal.

"ITU HOAX!!" Tekan Ali lalu langsung melengang pergi meninggalkan gerombolan wartawan.

***
Prilly memasuki rumahnya. Senyumnya merekah tak hentinya. Sesekali ia melompat kecil. Seolah menunjukkan pada semuanya betapa bahagianya ia hari ini.

Ana yang sedang di ruang keluarga mengernyit menatap kakaknya yang masuk ke dalam rumah sembari tersenyum.

"Woii gila lo kak. Senyum-senyum sendiri" cibir Ana. Mendengar cibiran adiknya, Prilly menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia menyambar adiknya.

"Lo tau gak dek. Gue seneng seneng seneennng banget hari ini" pekik Prilly senang tepat didekat telinga Ana. Membuat Ana harus sedikit bergeser dan menutup telinganya rapat-rapat.

"Kak, bisa pecah ni gendang telinga gue. Gak usah jerit di telinga gue" oceh Ana kesal. Prilly hanya menyengir.

"Yee namanya juga orang lagi seneng. Emang salah gitu" respon Prilly. Ana hanya memutar bola matanya malas. Beginilah kakaknya. Selalu berlebihan jika sedang bahagia.

"Yeee seneng sih seneng. Tapi liat-liat juga dong. Lo jerit deket telinga gue" oceh Ana sebal.

"Udah ah lo mah ngomel mulu. Udah kayak emak-emak deh loh ah. Lo tau gak gue seneng banget soalnya..." ucapan Prilly terpotong. Prilly menarik nafasnya dalam-dalam. Ana yang melihat kelakuan kakaknya itu, mulai bergerak mundur dengan tangan yang menutupi kedua telinganya.

"Aliando Syarieef sekelas sama gueeee!!!!" Pekik Prilly girang sembari mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Prilly!!!!" Pekik seorang wanita paruh baya. Ia menutup telinganya berjalan dari dapur menuju ruang keluarga. Ya itu mamanya.

"Astagfirullah Prilly! Sampe kapan sih berenti teriak-teriak kayak gitu? Pusing mama dengernya. Kamu itu anak perempuan loh. Malu didenger tetangga" omel Mama Uly panjang lebar.

"Yeee mama. Anaknya lagi seneng nih" protes Prilly sembari memanyunkan bibirnya.

"Seneng sih seneng tapi gak usah pake jerit-jerit segala. Ini satu sih Ana. Kenapa gak dicegah sih kakaknya mau teriak-teriak kayak tadi? Malah diem aja disana" oceh mama Uly. Prilly malah terkekeh melihat adiknya yang diomeli oleh mamanya.

"Lah? Mama gimana sih? Kok nyalahin Ana? Jangankan mau cegah Ma, ngeliat dia udah narik nafas aja Ana udah dag dig dug" protes Ana.

"Udah udah. Pusing kepala mama. Prilly cepet ganti baju. Ana ikut mama nyiapin makan malam" perintah mama Uly lalu berjalan meninggalkan keduanya.

"Gara-gara lo nih kak" gerutu Ana langsung mengekori mama Uly. Membiarkan Prilly sendirian disana.

"Nyebelin semua. Sudahlah. Jangan mengacaukan suasana bahagia lo hari ini Prill" ungkap Prilly sambil tersenyum. Berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

***
"Ma, Ali masuk kamar ya. Udah kenyang nih" ucap Ali setelah menghabiskan makan malamnya. Tanpa menantikan jawaban mamanya, Ali langsung bergegas menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar,Ali langsung merebahkan tubuhnya diatas kasurnya yang bercorak barca. Ali memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Lalu kembali ia membukanya. Menatap langit-langit kamar yang berwarna putih dengan cahaya lampu yang menyilaukan mata. Seketika seukir senyuman merekah diwajahnya.

"Prilly" gumamnya pelan sembari menatap langit-langit kamarnya. "Tuh anak lucu juga ya. Fans fanatik. Gak jaim. Apa adanya aja. Centilnya, cerewetny, girangnya. Baru nemu orang kayak dia" ungkap Ali masih dengan senyuman diwajahnya. "Beda banget sama yang namanya Aura itu. Terlalu over pede deh" desis Ali kesal. Namun secepat mungkin ia menghapus bayangan Aura. Digantinya dengan sosok Prilly yang amat menggemaskan itu.

"Woii senyum-senyum sendiri. Gila lo" kak Lia. Ia sudah berdiri di ambang pintu kamar Ali sambil berkacak pinggang. Ali langsung menoleh dan mendapati kakaknya yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Kak Lia? Sejak kapan lo disana?" Tanya Ali dengan nada yang sedikit terkejut. Kak Lia yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.

Kak Lia pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Ali hanya memperhatikan kakaknya hingga kakaknya benar-benar duduk sempurna diatas kasurnya.

"Mikirin siapa lo? Aura?" Tanya kak Lia. Ada nada tak suka dibalik pertanyaan kak Lia. Ali yang mendengarnya mengernyit heran.

"Lo tau darimana dengan Aura?" Tanya Ali heran.

"Nih!" Kak Lia menyodorkan iphonenya tepat didepan wajah Ali. Ali sedikit membulatkan matanya. Itu video dimana Aura mengaku-ngaku bahwa ia kekasihnya.

"Cepet lo ngaku! Lo jadian sama si centil Aura ini? Level lo kok kayak beginian sih? Alay gak jelas gitu. Bener yang dibilang sama si Aura Aura itu??" Tanya kak Lia sarkatik.

"Hoax" gumam Ali singkat

"Kalo hoax, kenapa dia pede banget ngeshare video ini?"

Ali menghembuskan nafasnya kasar. Kakaknya benar-benar kepo akut. Meskipun selalu berlagak dingin didepannya.

"Yaudah kalo lo gak percaya, besok lo tonton tu infotaiment. Udah sana keluar lo. Gue capek gue mau tidur" ujar Ali langsung menarik kak Lia keluar dari kamarnya.

"Woiii Ali lo jadi adik kurang ajar banget sih gak ada sopan-sopannya lo sama kakak lo. Aliiij" omel kak Lia dengan suara sedikit dinaikkan.

Ali yang belum sempurna tertidur hanya menutup telinganya dengan bantal agar suara kakaknya tak menganggu tidurnya.

Haiii sorry banget karena kelamaan ngelanjutnya. Masih ditungguin gak ya???
Eh jangan lupa ya abis baca langsung vote plus comment. Biar makin semangat hehe.
Semakin banyak vote dan comment makin semangat juga nextnya!
Happy reading ya :*

FANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang