Chapter 20

6.9K 524 17
                                    

"Ya jelaslah kalian berdua gak cocok! Karena see? Di rumah ini itu yang paling cantik cuma Ana. Ingat cuma Ana seorang!" Tegas Ana yang mendapatkan pelototan mata baik dari mamanya maupun dari Prilly.

"Ana!!!!" Pekik mama Uli dan Prilly serentak. Membuat Ana menutup kedua telinganya rapat-rapat dan berlari meninggalkan kamar kakaknya.

*******
"Duh Git hari ini panas super duper panas. Entar make up gue bisa luntur nih. Aduh Pak Ridho ngapain lagi pake acara ngumpulin kita di lapangan panas menyengat begini? Gak banget deh"

Ya hari ini, Pak Ridho, selaku wakil kesiswaan di sekolah Prilly, mengumpulkan semua siswa kelas 12 di lapangan basket. Dan sudah 15 menit mereka menantikan kehadiran Pak Ridho yang tak kunjung datang itu.

"Berisik banget sih Prill! Bukan lo aja keless yang ngerasain kepanasan. Semua yang ada disini juga kepanasan. Jangan berisik ah! Semakin lo berisik semakin berasa panas tau gak!" Jelas Gita yang pusing mendengarkan keluhan yang tiada hentinya dari sahabatnya itu.

"Ya kan gue kepanasan gue tu paling gak bisa berdiri dibawah matahari, terus berdiri lama-lama begini gak ada kerjaan. Kamseupay banget iyuuuh. Pokoknya pulang sekolah kita harus ke salon perawatan rambut, perawatan muka ter...hmmmmm" pusing mendengar kekesalan Prilly, Gita dengan cepat membungkam mulut sahabatnya itu dengan kedua tangannya.

"Shut your mouth up miss Prilly. Pak Ridho udah betengger didepan podium lo masih mau ngerocos? Yang ada disuruh hormat depan tiang bendera selama seharian lo"

Prilly langsung mengalihkan pandangannya. Benar saja. Pal Ridho sudah berdiri disana dan entah sudah berapa lama sudah berdiri disana. Dan sekarang dia sedang merapikan dasi merahnya dengan gaya sok eksotisnya. Memang guru ini tampan, tapi sayang menyebalkannya bikin kepala pusing, telinga jadi terasa mengiang, perut terasa mual dan paling penting dapat menyebabkan kesal yang berlebihan. Hindari jatuh cinta dengan guru satu ini.

*******
"Baiklah anak-anak semua selamat siang" sapa Pak Ridho sambil mengipaskan tangannya. Berharap angin dari tangannya mampu menghilangkan panas yang menyengat yang menerpanya. Tidak! Tidak hanya menerpanya. Menerpa semua yang berdiri disini. Lapangan basket yang panasnya overdosis.

"Siang pak!" Dengan tidak semangat semua siswa membalas sapaan Pak Ridho dengan tangan yang mengibas didepan wajah mereka masing-masing. Tak terkecuali Prilly dan Gita.

"Baiklah langsung saja ya. Hari ini bapak akan mengumumkan satu hal. Sebelum masuk masa ujian semester, sekolah akan mengadakan camping khusus kelas 12. Kegiatan sudah empat tahun rutin dilakukan oleh sekolah. Jadi untuk kelas 12 angkatan ini juga akan mengadakan camping. Kegiatan ini tidak hanya ingin mendekatkan kalian satu sama lain sebelum nantinya lulus, tapi juga sebagai media kalian untuk mengistirahatkan sejenak otak kalian dengan memandangi pemandangan alam terbuka dan juga menjadi pelajaran buat kalian bahwa alam pun butuh manusia untuk merawatnya dan manusia butuh alam untuk memenuhi kebutuhannya. Nant i juga kalian akan diperintahkan untuk membuat laporan hasil dari perjalanan kita ini"

Semua siswa saling berbisik. Mengutarakan kebahagiaan mereka karena diadakannya acara camping ini.

"Bapak sudah membagikan kalian berkelompok-kelompok. Tidak memandang Ipa dan Ips. Semuanya berbaur"

"Kalian bisa periksa nama-nama kalian di mading sekolah"

"Kegiatan ini akan dilakukan minggu depan dan selama 4hari 3malam. Pastikan kalian mendapat izin dari orang tua kalian"

"Baiklah sekian dari bapak. Kalian bisa pulang ke rumah masing-masing. Belajar di rumah. Karena hari ini guru-guru akan rapat membahas masalah camping ini. Selamat siang" Pak Ridho turun dari podium setelah mengakhiri ucapannya dan semua siswa pun berhamburan meninggalkan lapangan dan terburu-buru menuju mading sekolah.

*****
"Elaah kok nama gue gak nongol-nongol sih! Lo ketemu nama lo gak Git?" Gerutu Prilly sembari menatapi nama-nama siswa. Namun diantara banyaknya nama siswa itu, ia tidak melihat namanya.

"Belum nih Prill. Gue kelompok mana lagi"

Sekali lagi keduanya menelusuri setiap nama yang tertempel di mading itu dengan perlahan. Beranggapan siapa tau keduanya salah baca atau terlewat baca.

"Aaaaaaaa!!!!" Pekik keduanya girang. Lalu keduanya saling menatap dengan tatapan penuh arti.

"Sekelompok sama Ali!!!!" Sorak keduanya bahagia lalu saling mengekspresikan kebahagiaan mereka.

"Minggiiirrr calon miss universe mau lewat" dengan lentiknya Aura and the gang berjalan mendekati mading sekolah. Bahkan tangan yang dibuatnya lentik itu mendorong sedikit tubuh Prilly dan Gita.

"Woii woles aja dong jalan!" Gertak Gita kesal. Aura hanya melihat sejenak dengan tatapan sinisnya lalu beralih pada mading sekolah kembali.

"What to the what? Gue gak sekelompok sama Ali? Apa-apaan ini?! Eh malah si curut dua ini sekelompok sama Ali. Gak bisa diterima ini!" Gertak Aura kesal. Lalu kedua matanya mendelik tajam pada Gita dan Prilly.

"Pasti ulah lo berdua kan ini? Ngaku gak lo?!"

"Eh nenek lampir cap bebek! Omongan dijaga dong! Jangan asal ceplos aja lo! Minta dilakban tu congor ha?!" Ujar Prilly kesal.

"Entah nih orang! Kayak mobil gak ada remnya kalo ngomong!"

"Dasar ya lo berdua!!!" Geram Aura lalu menjabak rambut Prilly dan Gita. Terjadilah adegan saling jambak menjambak diantara ketiganya.

*****
"Kenapa kalian semua ini? Hanya karena kelompok camping kalian jadi ribut begini? Bikin malu sekolah saja!"

Pak Ridho serta Prilly, Gita dan Aura and the gang dibawa Pak Ridho keruangannya saat melihat mereka sibuk saling menjambak rambut. Perbuatan yang benar-benar tak patu dicontoh oleh seorang siswa. Apalagi permasalahannya hanya karena seorang cowok berparas tampan dengan suara emasnya. Aliando Syarief.

"Dia tu Pak yang jambak saya duluan" Prilly mencoba membela dirinya. Ia merasa tak bersalah. Ia menjambak rambur Aura tadi sebagai bentuk perlawanannya atas perlakuan Aura.

"Eh? Enak aja! Pokoknya lo yang salah. Lo jambak rambut gue!" Dengan lantang Aura berucap merasa dirinya lah yang paling benar diantara kasus ini.

"Mana ada?! Mulutlo manis banget ya! Awas diabet lo! Kemanisan mulut!"

"Jangan banyak omong deh lo ya! Jelas-jelas lo yang bikin rusuh tadi! Kalo lo gak sekelompok sama Ali gue gak bakal ngelabrak lo kali!"

"Eh? Emang gue yang minta sama Pak Ridho buat sekelompok sama Ali? Nggak kan! Takdir yang bikin gue sekelompok sama Ali. Lo jangan banyak bacot deh!"

"Alah bilang aja lo udah sekongkolan sama Pak Ridho! Apa-apaan ini pake acara main orang dalem segala"

Pak Ridho, Gita dan gang aura hanya berganti pandangan menatapi Prilly dan Aura yang sibuk saling menyalahkan. Sampai-sampai Pak Ridho bingung untuk melerainya.

"Pokoknya Pak Ridho! Saya gak terima kalo si Prilly dan Gita sekelompok sama Ali. Saya juga harus sekelompok! Jangan mau kepengaruh anak ini don Pak buat bikin dia sekelompok sama Ali! Jangan gak adil begini!" Aura meminta dengan tegasnya.

"Bukan Prilly dan Gita yang maksa diri mereka buat sekelompok sama gue! Tapi gue yang minta!" Suara maskulin pria terdengar dibelakang mereka. Semuanya serentak menoleh dan dengan mata terbelalak mereka menatapi pria tersebut.

"Ali?!" Seru mereka terkejut. Sedangkan Ali hanya tersenyum miring.

Halooo apa kabar? Lama tak jumpa ya hehe.
Silahkan vote dan comment ya biar aku makin semangat buat lanjut.
Selamat membaca semuaa

FANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang