BAB 6 PULANG

9 3 0
                                    

Nura mulai berjalan perlahan seiring dia mulai menjauhi gerbang sekolahnya. Tak sedikitpun dirinya berani menengok ke belakang, ada rasa khawatir kalau kakak kelas itu akan berjalan mengikutinya. Dikeluarkannya earphone dari saku hoodie, dipakainya dan kemudian mulai terdengar irama jazz lembut yang tidak seorangpun dapat mendengarnya.

Pikiran dan tubuhnya mulai tenang, dan mulai ada sedikit keberanian untuk menoleh kebelakang. Tidak ada tanda kakak kelas itu mengikuti Nura. Dihembuskannya napas lega dari mulut. Perlahan namun pasti Nura mulai mengikuti jalan yang menuju ke area pemakaman kota. Rute yang setiap hari dia lewati, yang mungkin tidak akan seorangpun yang berani mengikutinya.

Gerbang belakang pemakaman mulai terlihat, area tersebut memang sepi dan jarang dilewati oleh orang, sebab itulah Nura suka tempat tersebut. Ada beberapa ekor burung gagak yang bertengger di pagar. Entah mengapa jarang terlihat ada burung yang memasuki area pemakaman, mereka hanya berkumpul disekitaran gerbang depan dan belakang makam. Sedangkan untuk area taman kota sudah dikuasai oleh kawanan burung merpati.

Nura melihat ponselnya, dibukanya pesan yang dia terima dari orang tuanya. Sepertinya dia akan sendirian di rumah sampai malam karena kedua orang tuanya akan terlambat pulang dari pekerjaan mereka.

" Sepertinya aku akan mampir ke tempat Olfie dahulu untuk membeli makan malam." Gumam Nura pelan. Seperti biasa di area pemakaman itu sepi dan sedikit dingin, tidak dipungkiri bahwa pepohonan besar yang ada disitulah penyebabnya. Nura perlahan memperhatikan langkah kakinya saat mulai menginjak paving blok yang mulai berlumut.

' Jalannya mulai licin dari sini..' belum selesai Nura berucap dalam pikirannya terdengar suara benda jatuh dang teriakan seseorang.

BRUUK!!

" ADUH !"

Sontak Nura segera berbalik untuk melihat sumber suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal dari Clarissa yang sudah duduk di jalan setapak sembari meringis kesakitan. Tidak terpikir di kepala Nura bahwa orang yang mengikutinya adalah Clarissa, bukan kakak kelas tadi.

" Nura, tolongin aku." Pinta Clarissa yang masih terduduk sembari menyodorkan tangan. Disambutnya tangan Clarissa oleh Nura yang mencoba membantunya untuk berdiri. Clarissa mulai sibuk membersihkan roknya yang kotor, namun Nura masih mencerna kejadian yang barusan terjadi. Untuk apa gadis populer ini, bunga kelas ini mengikutinya?

" Ya ampun, nodanya nggak mau hilang. Ini ada lumpurnya." Keluh Clarissa yang masih berfokus pada roknya.

" Ngapain kamu ngikutin sampai sini?" Tanya Nura heran.

" Aku belum menyerah, aku masih ingin membujukmu." Jawab Clarissa penuh semangat yang masih sibuk membersihkan roknya.

Nura menghela napas sebentar. Melepas kedua earphone yang melekat di telinganya. Kemudian dia mendekati Clarissa dan berdiri tepat di hadapannya. Clarissa mulai gugup, perbedaan tinggi badan yang mencolok membuatnya terintimidasi. Dia tidak berani menatap wajah Nura langsung dan memilih untuk menunduk.

" Kalau aku bilang tidak mau, bagaimana?" Tanya Nura masih menatap wajah Clarissa yang menunduk. Terdengar suara Clarissa bergumam tidak jelas diantara suara ranting pohon yang tertiup angin.

" Aku tidak dapat mendengar ucapanmu, aku harap kamu dapat langsung pulang ke rumahmu. Dan menganggap pertemuan ini tidak pernah terjadi." Ucap Nura ketus, kemudian dia berbalik dan berjalan menuju tujuan utamanya. Pulang kerumah.

Clarissa mulai memandang belakang tubuh Nura yang mulai menjauh. Ada rasa yang mengganjal di hatinya, rasa familiar yang telah lama ia lupakan. Namun Clarissa tidak sanggup untuk memanggil Nura kembali.

Dilangkahkannya kaki itu dengan cepat. Nura hanya berharap agar dapat segera keluar dari area pemakaman. Meski ada sedikit kekhawatiran, seharusnya Clarissa dapat keluar dari komplek pemakaman ini. Dia belum terlalu jauh dari gerbang belakang, itu tidak akan menjadi masalah baginya.

Butuh waktu sepuluh menit berjalan kaki untuk melewati area pemakaman. Nura ingin memangkas waktu itu lebih cepat. Tidak ada niat buruk di hati Nura, dia hanya tidak suka melakukan hal yang merepotkan. Salah satunya adalah tampil di dalam video youtube. Dia tidak nyaman apabila dirinya direkam dan menjadi tontonan khalayak ramai.

Lagipula Nura tidak mempunyai kemampuan yang dicari oleh Clarissa. Jadi seharusnya itu hal wajar apabila dia menolak tawaran dari teman sekelasnya itu. Tidak berapa lama gerbang masuk pemakaman mulai terlihat. Seperti biasa kawanan burung gagak yang bertengger di pagar besi selalu menjadi hal pertama yang menyambutnya.

Dipasangnya kembali earphone itu di telinga Nura. Tujuan selanjutnya adalah toko roti milik Olfie. Hanya itu tempat yang terpikirkan oleh Nura saat perutnya lapar, sekalian saja untuk membeli makan malam nanti untuk di rumah.

Suasana di toko itu lumayan ramai oleh pengunjung yang mana didominasi oleh para pekerja yang baru pulang dari tempat kerjanya. Nura mulai mengikuti barisan antrian menuju meja pemesanan. Tidak banyak meja yang disediakan untuk pengunjung yang akan makan ditempat, oleh sebab itu banyak yang memilih untuk membungkus pesanan mereka dan menikmatinya di rumah.

Seorang pria paruh baya dengan cekatan melayani para pelanggan, dibantu dengan seorang pria muda sebagai asistennya. Tidak terlihat tanda keberadaan Olfie, mungkin dia belum pulang dari sekolah. Saat sampai gilirannya untuk memesan, Nura meminta sebungkus roti tawar dan selai strawberi.

" Orang tuamu tidak di rumah?" Tanya paman pemilik toko.

" Iya, mereka ada pekerjaan lembur sampai malam." Jawab Nura sembari menerima pesanannya tadi.

" Apa kamu tidak mau duduk disini terlebih dahulu? Atau nanti aku mintakan Olfie untuk mampir ke rumahmu?"

" Tidak usah paman, saya langsung pulang saja." Ucap Nura yang langsung berpamitan untuk pulang.

Saat baru membuka pintu toko, Nura dikejutkan dengan keberadaan Olfie yang baru pulang dari sekolah. Terlihat karena dia masih memakai seragam.

" Halo babe." Ucap Olfie dengan senyuman jail.

" Hai, aku duluan ya." Jawan Nura singkat yang langsung berjalan keluar toko.

" Hei tunggu!" Teriak Olfie yang tidak dihiraukan oleh Nura.

Trotoar di area pertokoan itu ramai oleh lalu-lalang orang-orang. Dan tidak lupa juga kerumunan burung merpati yang berkerumun di pinggiran guna mencari makan. Beberapa mengikuti langkah Nura yang terlihat membawa sekantong roti tawar di tangannya.

" Aku lapar, aku lapar.."

"Aku lapar, aku lapar.."

" Aku lapar, aku lapar.."

" Syuh, ini bukan untuk kalian." Ucap Nura sembari mengusir gerombolan burung merpati yang mengikutinya. Disembunyikannya kantong roti itu dubalik hoodie biru yang dia pakai dan berjalan secepat yang dia bisa. Segera Nura memakai earphone di kedua telinganya, berharap suara itu segera menghilang dari pendengarannya.

Saat Nura sedang menyusuri jalanan itu, tiba-tiba dia tersentak. Seseorang menarik bagian tudung hoodienya yang membuat dirinya hampir saja terjatuh. Nura kemudian menoleh ke belakang, orang macam apa yang berani menarik hoodienya sampai hamper jatuh dan tercekik.

" Sudah kubilang kan, tunggu aku sebentar.." Ucap Olfie dengan napas terengah-engah. Nura hanya diam dengan ekspresi heran. Tidak bisakah temannya yang satu ini muncul dengan normal.

" Ayo pulang. Aku akan membuatkanmu makan malam yang enak." Ucap Olfie sembari tersenyum riang.

DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang