BAB 19 INTERAKSI

14 2 0
                                    

Hari pertama di awal minggu mengharuskan Nura berangkat lebih pagi dari biasanya. Hal ini dia lakukan dikarenakan ada upacara rutin hari senin di sekolahnya. Seperti biasa segelas susu coklat hangat dan sebuah donat selalu menemani paginya ke sekolah.

" Kenapa rasanya pagi ini lebih dingin dari biasanya ya?" Ucap Nura yang berjalan menyusuri area pemakaman.

Saat dia keluar dari gerbang pemakaman terlihat beberapa anak dari sekolahnya sedang bergerombol di area tersebut, namun saat melihat Nura keluar melalui gerbang makam mereka mulai berbisik kemudian tertawa dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Nura sudah menduga hal seperti ini bisa saja terjadi. Dia sedikit menyesal kenapa saat sesi perkenalan Nura mengucapkan hal-hal yang tidak diperlukan, sepertihalnya rute dia berangkat ke sekolah.

Entah apa lagi yang akan menanti Nura saat sampai di sekolah. Harapannya sekarang hanyalah semoga tidak akan ada pembulian berupa tindakan fisik yang akan menimpanya.

Suasana di sekolah bisa terbilang masih sepi. Saat dia masuk ke dalam kelas pun baru dia yang pertama membuka pintu kelas. Dilihatnya jam yang ada di dinding depan, masih ada waktu tiga puluh menit lagi sebelum upacara rutin dimulai.

" Hm, ternyata masih lama juga."

Beberapa saat kemudian ada beberapa orang yang masuk ke dalam kelas. Mereka tidak menghiraukan Nura yang duduk di kursinya dan langsung keluar kelas, mungkin pergi ke kantin.

Dilihatnya pemandangan luar jendela kelas. Nura teringat kembali akan kucing hitam yang dia temukan kemarin.

" Bagaimana ya keadaannya?" Gumam Nura. Dia mulai bingung dengan apa yang dia rasakan kemarin, kenapa dia bisa merasa emosi yang campur aduk saat melihat kucing itu.

Dibuangnya pikiran itu jauh-jauh, sekarang yang harus dia pikirkan adalah bagaimana dia bisa menebus biaya pengobatan kucing itu nanti. Biayanya dirasa akan cukup besar mengingat luka parah yang dialami kucing itu.

Suasana kelas mulai ramai, sudah setengah dari penghuni kelas hadir. Dan bel tanda akan dimulainya upacara sudah berbunyi, lebih cepat lima belas menit sebelum waktu pelaksanaan sebenarnya.

Nura dan anak kelas lainnya mulai keluar dari kelas. Setiap lorong sudah dipenuhi para siswa yang menuju ke lapangan upacara.

" Awas! Minggir!"

Teriakan itu mengalihkan semua perhatian siswa yang berjalan di lorong termasuk Nura. Ternyata itu Clarissa yang sedang berlari, sepertinya dia berangkat kesiangan.

" Ayo! Ayo! Cepat segera ke lapangan upacara!" Teriakan beberapa anggota osis yang berdiri di setiap ujung lorong, mengarahkan para siswa agar segera ke lapangan.

Lapangan upacara sudah dipenuhi oleh para siswa. Mereka berbaris sesuai urutan kelasnya. Setiap kelas akan dipimpin oleh ketua kelas masing-masing. Dan seperti yang sudah diduga, Nura memilih untuk berdiri di urutan belakang.

" Belum mulai kan!?" Ucap Clarissa yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Nura dengan napas terengah-engah.

" Belum. Kamu datang tepat waktu." Jawab Nura.

" Aku hari ini bangun kesiangan. Ditambah jalanan tadi lumayan macet. Untung saja pintu gerbangnya belum di tutup." Ucap Clarissa menjelaskan dan Nura hanya mendengarkan.

Upacara rutin pun dimulai. Ada pengibaran bendera dan menyanyikan lagu nasional. Cuaca hari ini lumayan terik, tidak ada awan sama sekali. Para siswa mulai merasa kepanasan, ditambah lagi amanat yang disampaikan oleh inspektur upacara sangatlah panjang.

Nura mencoba menggerakkan jari-jari kakinya di dalam sepatu. Kakinya sudah terasa kaku dan mati rasa karena terlalu lama berdiri. Dilihatnya Clarissa yang berdiri di sampingnya, sudah tidak ada lagi suara celoteh dari dirinya.

BRUKK!!

Clarissa jatuh pingsan saat upacara itu, beruntung Nura dapat memegangi tubuhnya meski hal itu harus membuat Nura ikut terjatuh. Segera petugas PMR yang berdiri di belakang barisan menghampiri mereka.

" Cepat angkat! Bawa segera ke UKS!" Teriak salah satu siswi anggota PMR. Anggota PMR lain langsung segera membopong Clarissa yang sudah tidak sadar ke UKS. Nura kemudia dibantu berdiri oleh siswi anggota PMR itu.

" Lutut kamu berdarah dek." Ucapan itu membuat Nura tersadar bahwa lututnya mengalami luka saat menangkap tubuh Clarissa tadi.

" Eh, iya kak." Ucap Nura sembari melihat lututnya yang berdarah.

" Kamu keluar saja dari barisan ikut ke UKS, daripada nanti kamu malah nambah beban anggota PMR. Sebentar lagi juga upacaranya akan selesai." Ucap siswi PMR itu yabg langsung dituruti Nura. Dia takut membantah perintah kakak kelasnya.

Nura berjalan dengan agak pincang. Ternyata rasa sakit di kakinya baru terasa saat dibawa untuk berjalan. Ruangan UKS ramai dengan para anggota PMR yang sibuk mengurusi beberapa anak yang pingsan.

" Ada apa dek ke UKS?" Tanya seorang anggota PMR.

" Itu, lutut saya luka kak." Jawab Nura.

" Oh, ayo masuk. Kamu duduk sana, aku ambilkan kotak P3K dulu"

Nura langsung duduk di kursi dekat jendela, berseberangan dengan jajaran ranjang UKS. Terlihat lima ranjang itu telah terisi semua termasuk juga Clarissa yang masih terbaring disana, dikelilingi anggota PMR.

" Mana bagian yang luka?"

" Kak Ava?" Ucap Nura kaget, kenapa jadi Ava yang membawakan kotak P3K bukan anggota PMR tadi?

" Aku sedang cek ruang UKS karena hari ini banyak juga yang tumbang saat upacara." Ucap Ava.

" Oh, begitu. Sini kak kotak P3Knya saya minta–" Belum Nura menyelesaikan ucapannya, Ava langsung berjongkok di hadapan Nura dan melihat lututnya yang berdarah.

" Kamu tadi lari atau gimana sampai luka gitu? Ini pegang dulu kotaknya." Ucap Ava yang menaruh kotak P3K di pangkuan Nura.

Ava kemudia mengambil obat merah dari kotak itu dan mengoleska lutut Nura dengan kapas. Nura me coba menahan rasa sakitnya, terlihat jelas dari ekspresi wajah Nura.

" Coba tahan sebentar." Ucap Ava yang dijawab Nura dengan anggukan. Dengan cekatan Ava menempelkan plester luka di lutut Nura secara perlahan.

" Va, ngapain kau disini?" Tanya seorang anggota PMR saat melihat Ava yang sedang berjongkok di hadapan Nura.

" Bantu kalian. Tumben upacara kali ini banyak yang tumbang?" Tanya Ava.

" Sepertinya karena cuacanya yang lumayan panas, ditambah juga pembacaan amanatnya kelamaan tadi. Makasih kalau gitu Va atas bantuannya, PMR memang keteteran hari ini."

" Iya sama-sama. Sana balik urus anak- anak yang lain." Ucapan Ava membuat anggota PMR itu kembali ke tugasnya.

" Makasih ya kak. Saya malah merepotkan." Ucap Nura pelan.

" Sudah, tidak apa-apa. Aku sudah biasa membantu anak PMR kalau ramai begini." Ucap Ava.

" Oh, begitu ternyata." Ucap Nura.

" Boleh minta nomor handphonenya?" Tanya Ava tiba-tiba.

" Apa?!" Ucap Nura kaget.

" Soal kucing yang kemarin kamu bawa ke pet hotel, aku akan kabari kalau sudah boleh dibawa pulang. Jadi aku minta nomormu agar lebih mudah nanti." Ucap Ava menjelaskan.

Nura langsung memberitahukan nomor handphonenya yang langsung dicatat oleh Ava. Setelah itu dia pamit kepada Nura untuk keluar dari UKS lebih dulu karena dia harus menemui guru di ruang guru.

" Terimakasih Nura, nanti akan segera ku kabari." Ucap Ava tersenyum saat keluar ruang UKS.



DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang