BAB 10 PENGAKUAN

9 3 0
                                    

"Iya kamu yang mengangkat tangan, cepat maju kesini." Ucapan dari Pak Anton itu reflek membuat tubuh Nura berdiri dari kursinya dan maju ke depan.

Setiap langkah yang Nura ambil dibarengi dengan detakan jantung yang seakan ingin melompat keluar. Tidak bisa dibohongi bahwa Nura merasakan tekanan yang luar biasa dari Pan Anton juga dari seluruh teman sekelasnya yang langsung memperhatikan.

Dengan gugup Nura mengambil spidol yang berada di bagian bawah papan tulis. Karena terlalu gugup Nura tidak dapat membuka tutup spidol yang melekat, telapak tangannya dingin dan gemetar. Saat itu salah satu siswa laki-laki inisiatif membantu Nura membuka tutup spidol dan berhasil.

"Soal mana yang mau kamu kerjakan?" Tanya Pak Anton.

"S-Saya mau mencoba mengerjakan semua soal pak." Jawab Nura gugup. Sontak jawaban dari Nura untuk membuat terkejut semua orang yang ada di dalam kelas.

"Hhahaha, bagus-bagus. Saya suka siswa yang seperti ini, percaya diri. Tapi bapak mau lihat apakah hanya percaya diri saja yang kamu punya." Ucap Pak Anton tegas.

Segera Nura mengerjakan soal pertama dibantu dengan coretan yang dia buat di buku catatannya. Setiap rumus dan angka yang ada di lembar buku dia pindahkan ke papan tulis. Pak Anton juga sambil memperhatikan jawaban Nura dari belakang tanpa berkomentar. Satu demi satu soal mulai terisi meski tulisan Nura di papan tulis tidak rapi karena tangannya masih gemetar.

Namun sepertinya tulisan itu masih dapat dimengerti oleh Pak Anton. Setelah sampai di soal terakhir Nura kemudian menyingkir dari depan papan tulis dan memberikan ruang bagi Pak Anton untuk memeriksa jawaban. Seluruh siswa di kelas itu terdiam tegang, terutama untuk Nura. Dia tidak bisa berpikir bagaimana kalau jawaban yang dia tulid di depan itu salah. Respon apa yang akan teman sekelasnya berikan terhadapnya.

Setelah beberapa menit Pak Anton meneliti jawaban di papan tulis. Dia kemudian mendekati meja guru di depan.

BRRAAAKK!!

Pak Anton menggebrak meja tanpa aba-aba dan membuat hamper seluruh siswa berteriak. Nura hanya bisa berdiri lemar, berharap kedua kakinya masih kuat menopang berat badannya.

"Siapa namamu nak?" Tanya Pak Anton dengan suara agak tinggi.

"N-Nura pak." Jawab Nura gemetar.

"Perfect sekali!! Semua jawaban benar." Ucap Pak Anton sembari bertepik tangan.

Terjadi jeda keheningan beberapa detik di kelas itu yang kemudian disusul teriakan gembira dan tepuk tangan dari seluruh siswa. Banyak siswa perempuan yang langsung memeluk Nura dan berteriak gembira. Seluruh ketegangan yang ada di tubuh Nura langsung luntur digantikan dengan perasaan super lega.

"Sesuai janji bapak, pelajaran hari ini selesai sampai sini. Jangan lupa untuk meminta Nura agar mengajari kalian materi ini. Bapak tidak mau tahu minggu depan kalian harus sudah paham semua."

" Baik Pak Anton!!" Jawab seluruh siswa kompak.

Di saat Pak Anton keluar dari kelas, di saat itu juga keriuhan dimulai kembali. Dimana kali ini diiringi ucapan terimakasih yang bersahut-sahutan yang ditunjukan untuk Nura. Ketua kelas langsung meminta Nura memberikan penjelasan singkat materi yang diberikan oleh Pak Anton hari ini.

Dengan rasa canggung yang masih ada Nura mencoba menjelaskan materi tersebut kepada teman-teman sekelasnya. Tanpa orang lain lihat, Clarissa mengusap kedua matanya yang berkaca-kaca sembari tersenyum melihat Nura.

---

---

---

Sebelum bel pulang sekolah berbunyi, seluruh siswa dari kelas Nura dapat keluar terlebih dahulu akibat dari kejadian soal fisika tadi. Membuat Nura yang awalnya siswa paling dikucilkan, dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam menjadi siswa yang paling banyak dipuji hari ini.

Mereka semua mengagumi kepintaran Nura, dan keberaniannya terhadap tantangan dari Pak Anton tadi. Nura masih merasa aneh dengan semua kemeriahan ini, dia belum terbiasa. Saat dia membereskan buku dan tasnya, Clarissa beserta teman-temannya menghampiri Nura di mejanya.

"Nura terimakasih banyak untuk yang tadi. Dan kami minta maaf atas perbuatan kami di jam olahraga." Ucap Clarissa sembari memegang kedua tangan Nura.

"Iya, tidak apa-apa. Terimakasih kembali." Jawab Nura sembari tersenyum canggung.

"Ayo ikut kami ke kantin Nura." Ucap salah satu teman.

"Iya, sebagai ucapan terimakasih kami. Kamu boleh pesan apapun yang kamu mau." Timpal teman yang lainnya.

"Emm, sekali lagi terimakasih. Tapi aku mau langsung pulang saja." Ucap Nura.

"Ayolah Nura. Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kami." Bujuk teman lainnya.

Nura merasa sungkan untuk menolak, tetapi dia memang ingin bergegas untuk pulang. Masih ada satu permasalahan yang sangat ingin dia hindari, yaitu kakak kelas osis. Dia memang sangat bersyukur citra dirinya dapat membaik di kelas, tetapi Nura juga sudah lelah dengan hingar-bingar kelas hari ini.

"Ayolah teman-teman, biarkan Nura pulang dan beristirahat. Toh juga masih ada hari besok." Ucap Clarissa menengahi.

Nura tersenyum melihat Clarissa yang dapat menenangkat teman-temannya itu. Dan tentu teman-temannya tidak ada yang dapat membantah perkataan Clarissa. Dengan satu kalimat itu, dengan serentak mereka menyutujui ucapan Clarissa.

Mereka kemudian keluar kelas bersama, meski tujuan mereka berbeda. Nura dan Clarissa menuju gerbang depan sekolah, sedangkan sisanya menuju ke kantin. Clarissa berpesan kepada teman-temannya untuk menunggunya di kantin karena dia ingin berbicara empat mata dengan Nura.

Saat Nura sampai di gerbang depan sekolah, Clarissa mencoba memegang kedua tangan Nura.

"Aku benar-benar minta maaf atas kejadian di pemakaman, serta kejadian saat jam olahraga tadi. Serta sangat berterimakasih atas apa yang kamu lakukan tadi di jam pelajaran fisika." Ucapan Clarissa itu terdengar sangat tulus, dan itu langsung dirasakan oleh Nura.

"Iya, sama-sama."

"Dan satu lagi, aku tidak akan memaksamu melakukan hal-hal aneh sesuai keinginanku. Lupakan saja aku pernah memintamu begitu." Ucap Clarissa yang dijawab Nura dengan anggukan

Sejenak Nura bersyukur atas apa yang terjadi tadi, permasalahan di kelasnya dapat terselesaikan dengan sangat baik diluar dugaannya. Nura kemudian keluar gerbang untuk pulang sedangkan Clarissa kembali menemui teman-temannya di kantin.

Saat Clarissa berjalan menuju kantin, dia melihat seorang siswa laki-laki mengintip setiap ruang kelas. Wajahnya terlihat familiar, seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Saat siswa laki-laki itu sampai di kelas Clarissa, dia terkejut karena sudah kosong sebelum bel pulang. Dan tanpa disengaja mereka berhadapan dan saling melihat satu sama lain.

Clarissa langsung ingat saat melihat dari dekat, dia adalah salah satu siswa hits anggota osis yang dibicarakan temannya sewaktu di kantin. Penampilannya terlihat berbeda saat dirinya tidak mengenakan jas osis, namu wajahnya masih diingat Clarissa.

"Halo, permisi. Ini kenapa ruang kelas yang ini sudah kosong duluan ya?" Tanya Ava.

"Oh ini kak, tadi gurunya minta pulang cepat." Jawab Clarissa sekenanya.

"Jadi begitu, terimakasih ya." Ucap Ava sembari berjalan melewati Clarissa.

Tanpa sadar Clarissa memperhatikan kakak kelas itu sampai di ujung koridor. Sesaat dia mengagumi sikap kakak kelas yang sopan tadi.

"Hm, cocok juga dengan wajahnya lumayan itu. Eh, tadi aku bilang apa?"

DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang