BAB 18 PELARIAN

7 2 0
                                    

Seorang lelaki berjas putih terlihat sedang mengamati sesuatu melalui mikroskop. Entah apa yang sedang dia amati, tapi raut wajahnya mengeluarkan ekspresi yang serius. Tidak lama setelah itu seorang lelaki lainnya datang mendekati lelaki yang sedang sibuk dengan mikroskop.

" Bagaimana? Ada perkembangan?" Tanya lelaki yang baru datang.

" Sepertinya, tetapi kita harus melakukan tes dahulu untuk mengetahui hasil yang lebih jelas." Jawab lelaki satunya sembari membereskan beberapa preparat yang telah diamati.

" Akan saya siapkan ruangan tesnya." Jawab lelaki satunya.

" Masih adakah subjek yang tersisa?"

" Tenang saja, sepertinya masih ada."

" Kalau begitu ayo kita ke ruang tes segera." Ucap lelaki tersebut keluar ruangan yang diikuti rekannya.

Mereka berdua berjalan di lorong, tampak seperti area rumah sakit karena didominasi warna putih. Mereka pun memasuki ruangan dengan pintu besi yang cukup kokoh.

Di dalam ruangan tersebut ada banyak lemari kaca berisikan botol-botol obat dan alat medis. Sedangkan di tengah ruangan terdapat meja operasi lengkap dengan lampunya.

Seperti sudah tahu hal apa yang harus dilakukan, mereka langsung menyiapkan peralatan begitu memasuki ruangan tersebut. Mereka juga mengganti pakaian seperti baju dokter yang akan melakukan operasi lengkap dengan masker, penutup rambut, kacamata dan sarung tangan karet.

Salah satu diantara mereka menekan tombol telepon kabel yang ada di ruangan itu tanpa bicara sepatah kata pun. Segera setelah itu seseorang dengan pakaian teknisi masuk ke ruangan tersebut dengan membawa kandang di tangan kanannya.

Ditaruhnya kandang itu di atas meja operasi. Ternyata di dalam kandang itu ada seekor kucing hitam yang sedari tadi memberontak seperti ingin keluar kandang. Untuk membuat kucing itu tenang lelaki berbaju teknisi tadi mengeluarkan taser gun dari kantong celananya dan tanpa aba-aba langsung menyetrum kucing itu sampai lemas tak berdaya.

Dikeluarkannya kucing itu dari kandang dan direbahkan di meja operasi. Perlahan kedua lelaki dengan pakaian operasi itu mendekat, disiapkan beberapa obat dan jarum suntik di meja kecil di samping mereka.

Diambilnya jarum suntik yang telah terisi cairan obat, perlahan disuntikkan ke tubuh kucing itu. Namun tanpa diduga kucing hitam itu terbangun dan langsung mencakar tangan lelaki yang memegang jarum suntik.

" Aaarrgh!"

Dengan cepat kucing itu langsung melompat ke meja kecil tadi dan membuat semua benda di atasnya terjatuh.

" Cepat tangkap kucing itu!"

Kucing itu berlari tak tentu arah dan membuat semua barang-barang di ruangan tersebut jatuh berantakan, tidak sedikit juga botol obat yang pecah di lantai. Lelaki yang satunya berusaha mengejar tetapi usahanya nihil.

Dengan tangan yang berlumuran darah, lelaki yang satunya memanggil teknisi yang membawa kucing itu tadi dan langsung masuk untuk menangani situasi tersebut.

Dengan sigap lelaki berbaju teknisi itu menyudutkan kucing hitam dan langsung dapat ditangkap. Kucing itu memberontak dengan menggigit dan mencakar namun hal tersebut sia-sia karena lelaki itu memakai baju lengan panjang dan memakai sarung tangan yang tebal.

" Anda tidak apa-apa?" Tanya lelaki satu kepada rekannya yang sedari tadi memegangi tangan kanannya.

" Kau tidak lihat darah di tanganku masih mengalir?!" Jawab lelaki itu emosi. Perlahan dia mendekati kucing tadi yang telah kembali dimasukkan kandang.

" Kucing sialan!" Teriak lelaki itu yang langsung menendang kandang kucing berkali-kali. Kandang itu beberapa kali menabrak dinding dan terguling.

" Kita harus mulai dari awal, obat yang kita punya sudah rusak. Semua terjadi karena kucing sialan ini!" Umpat lelaki tadi sembari membanting kandang kucing itu.

BRRAAKKK!!

" Segera panggil bagian kebersihan untuk membereskan ruangan ini, aku harus mengobati lenganku dahulu. Dan kau buang saja kucing itu, kalau bisa bunuh dahulu sebelum kau bereskan." Ucap lelaki tadi kepada lelaki yang berpakaian teknisi.

Setelah kedua lelaki berpakaian baju operasi tadi keluar ruangan, segera beberapa orang masuk dengan alat-alat kebersihan dan langsung membereskan seisi ruangan. Lelaki berbaju teknisi itu keluar sembari membawa kandang yang sudah rusak dengan kucing hitam itu yang masih di dalam.

" Huh, padahal aku ingin pulang cepat tetapi tidak bisa." Keluh lelaki itu berjalan sembari membawa kandang yang sudah rusak.

Lelaki itu kemudian menuruni tangga dan menyusuri lorong yang minim akan penerangan. Ditujunya ruangan di ujung lorong tersebut yang mana saat memasuki ruangan itu terjajar berbagai kandang dengan banyak ukuran.

Dilempar kandang kucing yang dia bawa tadi sampai membuat tumpukan kandang yang ada di ruangan tersebut ambruk. Dan tanpa menghiraukan hal tersebut lelaki itu langsung menutup pintu dan meninggalkan ruangan.

Kucing hitam itu mulai bangun dan mencakar-cakar kandangnya, mencoba untuk keluar kandang. Beberapa kali kucing itu mengeong dan menggigit jeruji kandang.

Diamati kondisi kandang itu, terdapat celah yang sedikit lebar diantara jeruji karena kondisi kandang itu yang sudah rusak. Dengan susah payah kucing tersebut berusaha keluar melalui celah itu dan berhasil.

Kucing itu berjalan dari tumpukan kandang dengan kaki yang pincang dan napasnya yang tersengal-sengal. Kini dia harus mencari jalan keluar dari ruangan itu.

Dilihatnya setiap sudut ruangan, tidak ada jendela, pintu terkunci dan tidak ada ventilasi. Kucing itu mulai kelelahan dan kelaparan namun tidak ada makanan apapun disana, mencari tempat sampahpun tidak ada.

Kucing itu menghampiri genangan air yang berada di dekat tumpukan kandang dan meminum air itu. Meski tidak dapat menghilangkan rasa lapar tetapi itu cukup untuk mengisi sedikit tenaga.

Saat kucing itu melihat keatas, ternyata sumber tetesan air tersebut berasal dari pendingin udara yang bocor. Kucing itu berusaha menaiki tumpukan kandang untuk bisa mencapai pendingin udara yang ternyata di bagian samping terdapat lubang yang mana dibuat untuk jalur pipa penghubung.

Saat kucing itu mulai melompat dari atas tumpukan kandang untuk meraih pipa pendingin, percobaan pertama gagal, percobaan kedua juga sama. Kucing itu kemudian mengambil ancang-ancang lebih jauh untuk melompat dan ternyata hal tersebut berhasil.

Cakar kucing itu menancap di pipa pendingin dengan tubuh yang ikut menggantung. Perlahan kucing itu menaikkan tubuhnya ke unit pendingin udara dan mulai mencakar serta menggigit pipa penghubung.

Hampir satu jam waktu berjalan hingga pipa penghubung terputus dan membuat lubang di dinding terlihat. Kucing itu memaksakan dirinya untuk melewati lubang tersebut meski kecil.

Kucing itu dapat melihat pemandangan dari balik dinding dan dengan sigap dapat keluar meski dirinya harus terjatuh dari ketinggian karena tidak adanya tumpuan baginya.

Dengan cepat kucing itu berlari meski beberapa kali terjatuh. Saat dirasa sudah jauh dia pun mulai berjalan dan berbaring di bawah pohon.
Hari sudah malam dan kucing itu sudah tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dirasakan nyeri yang amat sangat di kaki belakangnya, sepertinya jarum suntik itu tertinggal di sana.

" Ugh, aku tidak ingin mati di sini..."

DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang