BAB 16 PILIHAN

7 2 0
                                    

Nura berlari kecil keluar dari area pasar setelah dia berhasil meyakinkan si bapak penjual bahwa dia akan mengurus bangkai kucing yang sebenarnya masih hidup itu. Dengan sedikit bingung dia mulai mengeluarkan handphonenya dan membuka aplikasi peta online.

Nura berhenti sebentar, dirinya agak kesulitan untuk mengetik karena dia membawa belanjaan sekaligus mendekap tubuh kucing hitam itu dalam kantong plastik. Dicarinya klinik hewan terdekat, dan ternyata butuh waktu dua puluh menit perjalanan dari tempat Nura sekarang.

" Tolong..selamatkan aku.."

Nura melihat tubuh kucing yang terbungkus plastik dalam dekapannya. Mata kucing itu sedikit terbuka dan tanpa sengaja menatap kearah Nura.

" Aku mohon..selamatkan aku.."

Nura tersentak tatapan mereka beradu. Kucing itu mencoba menggerakkan tubuhnya tetapi tidak bisa. Digerakkan kepalanya mendekati tubuh Nura, ditempelkannya kepala itu tepat di tangan Nura.

" Aku berjanji akan membalas budimu.. aku mohon selamatkan aku.."

Tanpa sadar mata Nura sudah berkaca-kaca. Entah kenapa dia bisa merasakan perasaan dari kucing itu. Ada rasa sakit dan sesak sekaligus ketakutan yang dirasakan Nura. Segera dia mulai berlari ke halte bus secepatnya tanpa menghiraukan kondisi di sekelilingnya.

-----

Begitu tiba di halte bus suasana nampak sepi, hanya Nura seorang yang berada di sana. Diletakkannya belanjaan yang sedari tadi dia bawa, dan kemudian Nura duduk di bangku panjang. Perlahan Nura mulai mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

" Hei.."

Nura kaget karena tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Dan saat Nura menoleh kearah sumber suara ternyata itu Kak Ava.

" Benar dugaanku ternyata, kau anak berhoodie biru itu." Ucap Ava sembari tersenyum, namun ekspresi itu langsung berubah saat melihat wajah Nura yang menangis.

" Hei, kenapa? Ada apa?" Tanya Ava mendekati Nura.

" Ini kak, saya mau ke klinik hewan. Ada kucing yang terluka." Jawab Nura sembari menunjukkan tubuh kucing di dekapannya.

" Mau kau bawa ke klinik mana? Sudah ikut aku saja, ada tempat dekat sini yang dapat mengatasi hal itu." Ucap Ava menawarkan.

" Tapi ini darurat kak, kucing ini harus cepat diberi pertolongan." Ucap Nura.

" Maka dari itu kamu harus mengikuti ucapanku." Tanpa menunggu jawaban dari Nura, Kak Ava langsung membawakan barang belanjaan dan menarik Nura dari tempat duduknya.

" Eh kak, mau kemana kita?"

" Diam dan turuti saja ucapanku." Jawab Ava yang tetap menarik tangan Nura.

Mereka berjalan ke arah berlawanan dari Nura datang tadi, dan beberapa kali memasuki gang. Jujur saja Nura pun baru kali ini melewati jalanan tersebut. Dan setelah mereka berjalanan kurang lebih sepuluh menit, sampailah di depan bangunan ruko kecil yang bertuliskan "Pet Hotel".

Langsung saja Ava membuka pintu depan ruko itu, terdapat ruang tunggu minimalis yang banyak akan ornamen hewan peliharaan. Bel yang berada di meja depan langsung dibunyikan Ava tanpa henti hingga seorang wanita muda keluar dari salah satu ruangan.

" Ya ampun ada apa lagi ini? Bukannya tadi kakak sudah menyuruhmu untuk pulang?"

" Tolong lihat kondisi kucing ini dulu kak, keadaan darurat." Ucap Ava sembari mendorong tubuh Nura mendekat.

Segera Nura menyodorkan tubuh kucing yang ada di dekapannya. Dilihatnya sebantar oleh wanita itu dan segera wanita itu mengambil tubuh kucing dan membawanya masuk ke dalam salah satu ruangan.

" Kalian tunggu di luar dulu." Ucap wanita itu sebelum masuk ke ruangan.

Nura masih berdiri diam tanpa berkata apapun, tanpa memalingkan pandangan ke ruangan dimana wanita muda itu masuk. Ava kemudian menarik Nura untuk duduk di kursi tunggu yang tersedia. Untuk beberapa saat mereka hanya diam tanpa suara.

" Tidak usah terlalu khawatir, kamu bisa tenang sekarang." Ucap Ava mencoba menenangkan.

Nura mulai tersadar dan mencoba mengendalikan dirinya. " Terimakasih banyak ya Kak Ava, jika tidak ada kakak pasti saya masih menunggu di halte." Ucap Nura berterimakasih.

" Kamu tunggu dulu sebentar." Ucap Ava yang kemudian berjalan masuk ke salah satu ruangan yang berbeda dari wanita muda itu masuk.

Tidak lama kemudian Ava keluar dengan membawa dua buah minuman kaleng dan diberikan salah satu kepada Nura.

" Ini, kamu bisa minum terlebih dahulu." Ucap Ava menyerahkan minum kepada Nura.

" Terimakasih kak." Ucap Nura menerima minuman itu.

Setelah itu mereka berdua hanya diam. Ada jeda keheningan yang mengisi interaksi antara mereka berdua. Hal ini tentunya tidak dapat dihindari karena mereka bukanlah teman akrab.

" Kak Ava tau tempat ini dari mana?" Tanya Nura mencoba memecah keheningan.

" Oh, tempat ini milik kakakku. Sebenarnya ini adalah tempat penitipan hewan peliharaan,  merangkap pet shop juga vet." Jawab Ava.

" Kamu tahu namaku dari mana ya?" Tanya Ava.

" Sepertinya semua siswa di sekolah kita tidak ada yang tidak tahu nama kakak." Jawab Nura. Sebenarnya Nura pun baru tahu bahwa Kak Ava adalah ketua osis kemarin saat dia tidak sengaja membaca papan informasi di perpustakaan sekolah.

" Ah, benar juga. Aku kn ketua osis.." ucap Ava. Keheninganpun terjadi lagi diantara mereka berdua.

" Siapa pemilik kucing ini?" Ucap wanita muda tadi yang baru keluar dari ruangan. Nura dan Ava reflek lamgsung berdiri menghampiri.

" Iya, itu, saya pemiliknya." Jawab Nura sedikit ragu.

" Kamu menemukan kucing ini di jalanan?"

" Eh, iya. Saya menemukannya tergeletak di pinggir jalan." Jawab Nura.

" Kondisinya sangat mengenaskan kalau bisa dibilang, tulang kaki bagian belakang patah, rusuk pun ada juga beberapa, ada bekas luka kekerasan juga dari benda tumpul. Terus sepertinya ada yang sengaja memberikan racun kepada kucing itu." Jelas wanita muda tadi.

Nura hanya bisa diam. Dia bingung harus merespon bagaimana. Bingung akan reaksi yang harus dia berikan.

" Apa kucing itu bisa diselamatkan kak?" Tanya Ava tiba-tiba.

" Kemungkinannya kecil. Dan ini harus segera dilakukan operasi juga, jika kamu bersedia akan aku bawa ke tempat kenalanku. Di sini peralatannya kurang memadai." Ucap wanita muda itu menawarkan.

" Tolong lalukan apa saja untuk selamatkan kucing itu kak." Ucap Nura dengan mata yang berkaca-kaca. Entah kenapa dia teringat dengan rintihan kucing tadi, dan rasa sesak di dadanya.

" Baiklah kalau kamu bilang begitu. Aku akan siapkan. Kamu boleh pulang terlebih dahulu, besok lusa kamu bisa kembali ke sini."

Perkataan itu sedikit membuat Nura lega. Setidaknya kucing itu masih punya kesempatan. Entah bagaimana kelanjutannya nanti, tetapi yang penting sekarang dia masih memiliki harapan.

" Terimakasih kak, terimakasih banyak. Kalau begitu saya pamit pulang dahulu. Terimakasih juga Kak Ava untuk bantuannya." Ucap Nura sembari membawa barang belanjaannya tadi dan langsung keluar.

" Hei! tunggu dulu." Ucap Ava sembari mengejar Nura keluar.

" Iya kak? Ada apa ya?" Tanya Nura.

Mereka pun berdiri berhadapan di luar bangunan Pet Hotel itu. Ava mulai mengatur napasnya.

" Aku belum tahu siapa namamu, hoodie biru." Ucap Ava. Nura pun sedikit terkejut, dia kira akan ada hal lebih penting yang dia dengar.

" Namaku?" Tanya Nura.

" Iya, namamu." Jawab Ava.

" Panggil saja aku Nura kak."

DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang