BAB 12 RAPAT OSIS

11 3 0
                                    

Ruang osis mulai terisi oleh para anggotanya. Tanpa arahan atau pentunjuk dari siapapun mereka langsung duduk mengikuti kursi yang telah disediakan. Meski ruangan itu berukuran setengah dari ruang kelas biasa, namun berkat penataan yang tepat ruangan itu tampak lebih lega dari yang seharusnya.

"Siapa lagi yang belum hadir?" Tanya Dinda kepada yang lain.

"Ava?"

"Kapan sih dia bisa datang lebih cepat." Ucap Dinda sembari memegang keningnya.

"Kita tunggu saja sebentar lagi, kalau dia belum datang.."

"Kita mulai rapat duluan saja." Ucap Dinda yang langsung membuat anggota osis lain kembali ke tempat dan menyiapkan materi yang akan mereka bahas.

Tepat sebelum rapat dimulai, tiba-tiba Ava masuk ke dalam ruang osis dengan napas terengah-engah. Terlihat bahwa Ava menuju ke ruang tersebut dengan berlari, hal itu membuat para anggota osis teralihkan perhatiannya. Meskipun bukanlah pemandangan langka seorang Ava terlambat untuk mengikuti rapat osis.

"Huh-huh, maaf telat. Ada urusan bentar tadi sama guru kelas." Jelas Ava yang masih mengatur napas.

Semua anggota mencoba menahan tawa mereka, terkecuali Dinda. Dia hanya berdiri dengan pandangan lelah saat melihat Ava berada tepat di depan pintu ruang osis. Ava kemudian berjalan mendekati Dinda, dan berdiri di sebelahnya.

"Bisa kita mulai sekarang?" Tanya Dinda.

"Ok, kita bisa mulai sekarang." Jawab Ava yang langsung ditanggapi Dinda dengan memberikan bahan materi untuk rapat hari ini.

Meski bisa dibilang Ava memiliki sifat serampangan dan kebiasaan kurang wajar yang biasanya merusak stereotip sikap anak anggota osis. Namun berbeda saat dia sudah berada di situasi seperti ini, seolah-olah ada tombol khusus di tubuh Ava yang dapat mengubahnya ke mode "Ketua Osis".

Kharisma dan sikap kepemimpinan langsung keluar dari diri Ava. Bahkan teman-temannya juga heran kenapa sikapnya saat di acara atau kegiatan osis dengan sikapnya saat di luar situasi tersebut sangat berbeda. Namun itulah kelebihan dari diri Ava, dia dapat memimpin seluruh anggota osis tanpa ada suatu masalah yang berarti.

Seperti halnya kegiatan rapat hari ini. Dia dapat memaparkan materi dengan sangat baik serta mengatur jalannya kegiatan. Setiap saran dan masukan dari anggota lain dia tampung. Kemudian memberikan waktu kepada yang lain untuk berargumen apabila ada ketidak cocokan pendapat.

Hal lain yang dikagumi dari Ava saat menjadi ketua osis adalah saat pemilihan keputusan. Bahkan seluruh anggota osis setuju bahwa Ava dapat memberikan keputusan yang dapat membuat semua anggota osis puas. Sama seperti hari ini.

Meski ada beberapa pendapat yang saling bertabrakan, Ava selalu menawarkan jalan tengah dari permasalahan tersebut, dan tidak ada yang membantah. Materi rapat osis hari ini adalah untuk membahas acara ulang tahun sekolah. Sebagian anggota osis mengharapkan acara dilaksanakan dengan meriah, sedangkan sebagian mengharapkan adanya kegiatan yang menimbulakn hal positif dan memberi dampak ke sekolah.

Ava sebagai orang yang dituakan dalam osis menganjurkan bahwa perayaan ulang tahun sekolah sebaiknya dimeriahkan dengan para siswa sekolah ini sendiri untuk menekan anggaran pengeluaran. Serta di sesi akhir acara diberikan kegiatan penggalangan donasi amal guna membantu orang-orang yang membutuhkan atas nama osis serta sekolah.

Dan seperti yang sudah diperkirakan, tidak ada sanggahan dari anggota osis lain. Bahkan Dinda juga setuju dengan usulan dari Ava. Meski dari luar terlihat Dinda bersikap cuek dan dingin dengan Ava, namun tidak bisa dibohongi sebagai seorang wakil ketua osis dia sangat bersyukur Ava yang menjadi ketuanya. Tidak habis pikir apabila orang lain yang didampingkan dengan Dinda, sudah dapat dipastikan setiap kegiatan rapat isinya hanyalah sesi debat.

"Bagaimana teman-teman? Ada yang kurang setuju?" Tanya Ava. Banyak yang hanya diam dan beberapa ada yang yang menjawab dengan kata setuju.

"Baiklah, kalau begitu kita akhiri rapat untuk hari ini. Tolong sekertaris catat di buku notulen dan ingatkan untuk pertemuan selanjutnya kita akan membuat peta kegiatan beserta perkiraan anggaran yang kita butuhkan." Ucap Ava mengakhiri rapat hari ini.

Beberapa dari anggota osis ada yang sudah keluar dari ruangan dan langsung pulang, namun ada juga yang masih di dalam. Tidak ada hal penting yang dilakukan bagi anggota yang masih ada di ruang osis. Kebanyakan hanya menunggu jemputan mereka dan sisanya hanya beristirahat atau sibuk dengan urusan sendiri.

"Din, mau tanya. Kamu pernah lihat cewek sekolah kita yang pakai hoodie biru?" Tanya Ava ke Dinda yang sedang duduk dengan temannya.

"Memangnya kenapa?" Tanya Dinda balik.

"Tanya aja sih." Jawab Ava dengan ekspresi mencurigakan.

"Pernah." Ucap Dinda singkat.

"Iya? Beneran? Tahu orangnya nggak?" Tanya Ava dengan semangat.

"Ada yang tahu ada yang nggak." Jawab Dinda .

"Lah kok gitu? yang jelas dong jawabnya." Paksa Ava.

"Banyak Va yang pake jaket hoodie warna biru di sekolah ini. Sebagian kenal, banyak yang nggak kenal juga." Jawab Dinda dengan nada sedikit naik.

"Ya maaf Din." Ucap Ava memelas.

"Kenapa jadi minta maaf?!" Tanya Dinda emosi.

"Nggak-nggak, bukannya gitu. Akunya minta maaf tanya aneh-aneh ke kamu." Jawab Ava takut.

"Kenapa nyari cewek hoodie biru?" Tanya Dinda.

"Itu, aku punya hutang ke orang. Tapi yang aku tahu Cuma jaket hoodienya aja." Jelas Ava.

"Oh gitu." Jawab Dinda singkat.

"Nggak ada niatan buat bantu gitu?" Tanya Ava balik.

"Nggak ada, sibuk. Mending minta tolong yang lain." Jawab Dinda yang kembali sibuk dengan ponselnya.

"Dasar Dinda galak." Gumam Ava pelan.

"Apaan ngomongnya tadi Va?!" Tanya Dinda emosi.

"Nggak, ini cuma mau keluar pulang aja." Jawab Ava sembari keluar kelas.

Dinda melihat Ava keluar kelas dengan pandangan malas. Meski dia menghormati Ava sebagai ketua osis, namun saat Ava kembali ke mode serampangannya seperti tadi entah mengapa rasa kagum dan hormatnya langsung hilang. Yang tersisa hanya rasa kesal dan lelah saat menghadapi Ava. Bisa dibilang seperti Ava memiliki dua sifat ataupun kepribadian.

Dinda yang awalnya menjadi saingan musuh selama pencalonan ketua osis, yang selalu berpikir kalau dirinya akan menjadi pemenang dalam pencalinan tersebut, kini berdiri mendampingi Ava. Namun Dinda sudah paham dengan sifat dan karakter Ava sekarang, dan mulai menerima posisinya di struktur anggota osis. Bukanlah hal yang mengherankan lagi dan sudah diketahui oleh seluruh anggota osis bahkan seluruh siswa sekolah dan para guru. Anak itu memiliki karakter unik yang dapat disukai oleh semua orang tanpa terkecuali bagi semua kalangan.

"Ava !" Panggil Dinda dari dalam ruangan.

"Iya Din?" Jawab Ava dari luar ruangan.

"Kamu masih ingat wajahnya kan? Cari saja nanti pas upacara hari senin." Ucap Dinda tanpa menoleh ke arah luar ruangan.

"I LOVE YOU DINDA!!" Teriak Ava yang diiringi suara langkah kaki yang berlari menjauhi ruangan.

"DASAR GILA!!"

DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang