BAB 11 PENCARIAN

7 4 0
                                    

"Va, nanti jangan lupa minta si Fazril selesain proposal acara." Ucap seorang siswa perempuan yang mendekati meja kantin yang ditempati Ava.

"Ok Din, nanti aku bilang Fazril lagi." Jawab Ava singkat. Segera siswa perempuan itu pergi meninggalkan meja Ava bersama beberapa temannya.

"Eh, itu Dinda sudah ada pacar belum sih Va?" Tanya Dito.

"Jangan mulai, dia sudah punya pacar." Jawab Ava singkat.

"Mana? Siapa? Perasaan nggak pernah kelihatan." Tanya Dito bersikeras.

"Di luar daerah, mahasiswa. Udah mending nggak usah cari masalah." Jawab Ava tegas.

"Sayang banget ya Va, nggak bisa manfaatin posisi osismu." Ucap Andra tiba-tiba.

"Memangnya ketua osis sama wakilnya harus pacaran? Bangun pak, ini bukan di cerita manga jepang." Jawab Ava yang sudah lelah berargumen.

"Baru inget, udah ketemu sama cewek yang dicari?" Tanya Jason.

"Belum, tadi aku perhatiin kantin sampai sekarang nggak ketemu orangnya." Jawab Ava lemas.

"Kayak gimana sih orangnya? Namanya siapa emang?" Tanya Andra penasaran.

Sekilas Ava tersenyum sebelum menjawab pertanyaan temannya itu. Seperti ada permen di mulutnya, rasa manis itu tidak dapat dia sembunyikan di wajahnya. Dan tentunya hal tersebut sudah disadari oleh teman-temannya.

"Dia cantik, manis, baik hati, suka menolong..."

"Stop, yang objektif tolong. Sia-sia kalau jawabnya kayak gitu. Namanya siapa?" Potong Jason.

"Namanya nggak tahu. Sebutin ciri fisiknya?" Tanya Ava yang dijawab anggukan oleh teman-temannya.

"Rambutnya pendek ikal diatas bahu, tingginya ya rata-rata anak cewek sini. Namanya nggak tahu, mau lihat name tag tapi dianya kemarin pake hoodie biru." Jelas Ava kepada temannya.

"Tahu anak kelas berapa?" Tanya Jason penasaran.

"Antara anak kelas satu atau kelas tiga, kalau anak kelas dua pasti udah hafal. Wajahnya kurang familiar buatku." Jawab Ava.

"Mau coba kita bantu?" Ucap Dito menawarkan.

"No, thanks. Pasti harus ada imbalannya. Mending cari sendiri aja." Jawab Ava ketus.

Mereka kemudian tertawa ringan dan melanjutkan menikmati makanan mereka. Menyadari bahwa waktu istirahat sebentar lagi akan berakhir. Dengan rasa penasaran yang masih menghantui Ava, dia kemudian memilih untuk berjalan memutar melewati gedung kelas tiga terlebih dahulu sebelum menuju kelasnya.

Dia tidak ingin menunda pertemuannya dengan kakak cantik yang menolong Browny kemarin. Dilihatnya setiap kelas yang dilewati, diperhatikannya setiap siswa yang masih berada di koridor gedung kelas tiga. Mengingat jam pelajaran belum dimulai, masih banyak siswa yang berada di luar kelas.

Namun hasilnya sudah dapat ditebak, nihil. Ava bahkan sudah bertanya ke setiap kelas, dan jawabannya tetap sama. Mereka tidak merasa kenal dengan seseorang yang sesuai dengan ciri-ciri yang telah disebutkan Ava. Dengan lemas Ava kemudian kembali menuju kelasnya.

Ruang kelasnya sudah dipenuhi oleh teman-temannya yang kembali dari jam istirahat, bisa dibilang Ava yang terakhir masuk ke dalam kelas. Ava kemudian mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan yang dia tujukan kepada Fazril, sekretaris osis. Perihal proposal acara yang sedang osis canangkan, Ava tidak ingin membuat Dinda marah karena lupa menyampaikan pesannya.

Sepanjang jam pelajaran itu pikirannya tidak tenang, Ava memang lemah dengan rasa penasaran. Dia sampai mengingat-ingat siswa yang biasanya memakai jaket atau sejenisnya. Haruskah dia menunggu di gerbang depan setiap jam pulang? Tapi itu mustahil untuknya di waktu sekarang ini karena osis sangat sibuk dan selalu pulang paling terakhir.

Ava kemudian duduk sembari meletakkan kepalanya di meja, dan mencoba mengingat kembali kejadian kemarin. Mustahil apabila ada seseorang yang tidak tahu dirinya, bukannya bersikap sombong atau bagaimana, hal itu bisa terjadi karena Ava menjabat sebagai ketua osis. Kemungkinan siswa yang dia cari adalah siswa dari kelas satu memang besar. Dan dia sudah tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Pak Guru, saya ijin ke kamar mandi."

Satu kalimat yang dilontarkan Ava dapat membawanya keluar dari kelas. Meski memang bohong kalau toilet adalah tujuan utamanya, melainkan gedung kelas satu. Ava berlari kecil menuju tempat tujuannya sembari waspada apabila ada guru yang lewat.

Dengan waktu kurang dari lima menit, sampailah dia ke gedung kelas satu. Dimulailah pencarian Ava, dengan mengintip setiap kelas melalui jendela. Dia perhatikan setiap wajah siswa perempuan dengan ciri-ciri kakak cantik berhoodie biru. Tunggu, haruskah Ava mengganti julukannya dengan 'adek' apabila terbukti kalau orang yang dia cari adalah dari kelas satu?

Ava menggelengkan kepalanya, pikirannya dipenuhi dengan hal-hal yang melenceng dari tujuan utamanya. Satu demi satu kelas dia perhatikan, namun belum melihat wajah si hoodie biru itu. Namun saat sampai di kelas yang selanjutnya Ava kaget karena tidak ada siswa di dalamnya, kosong. Perasaan bel pulang belum berbunyi dan hari itu tidak ada jam pelajaran olahraga ataupun pelajaran lain yang mengharuskan para siswa keluar kelas.

Dia kemudian melanjutkan langkahnya dan tanpa sengaja mata Ava beradu dengan mata seorang siswa perempuan bertubuh mungil.

"Halo, permisi. Ini kenapa ruang kelas yang ini sudah kosong duluan ya?" Tanya Ava tanpa ragu.

"Oh ini kak, tadi gurunya minta pulang cepat." Jawab siswa perempuan itu.

"Jadi begitu, terimakasih ya." Ucap Ava sembari sembari melanjutkan jalannya.

Dia tetap berhenti di setiap ruang kelas satu, melihat dari balik jendela kelas dan memperhatikan satu persatu wajah. Namun sampai di kelas terkahirpun Ava tidak menemukan orang yang dia cari.

'Aku rasa memang kakak cantik itu berada di ruang kelas yang telah kosong tadi.' Gumam Ava.

Ava kemudian bergegas kembali ke kelasnya. Dia berniat besok akan langsung pergi ke kelas tadi dan akan mengecek langsung ke dalamnya. Ava kemudian mulai mengisi pikirannya dengan berbagai hal positif. Tentang siswa perempuan yang dia cari akan segera ketemu, tentang hutang terimakasihnya akan akan segera terbayar, dan rencana kegiatan osis yang akan berjalan lancar.

"Ava, kamu habis dari mana?!!"

Omelan dari pak guru di kelas Ava tidak bisa terhindari. Tidak terasa ternyata Ava sudah meninggalkan kelas selama tiga puluh menit. Dan jam pelajaran akan berakhir dalam lima menit lagi. Tidak ada pembelaan yang dapat diterima oleh guru kelas Ava.

"Sebagai hukuman, kamu gantikan bapak berdiri di depan."

"Saya ngapain ini pak di depan?" Tanya Ava bingung.

"Kamu gantikan tugas bapak, jelaskan materi yang sudah ada di papan tulis ke teman-teman kamu."

"Tapi pak, saya belum terlalu paham." Ucap Ava memelas.

"Salah siapa tadi keluar kelas sampai mau jam pulan. Mengaku saja tadi kamu kemana Va? Ke kantin?"

"Tidak Pak, sudah saya bilang tadi saya ke toilet. Tapi karena urusannya lebih lama dari yang saya kira jadinya selesainya juga lama." Sontak jawaban yang dikeluarkan oleh Ava membuat seisi kelas tertawa.


DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang