Bulan purnama bersinar, nampak anggun mengintip diantara tirai awan yang berjajar. Nura berjalan melewati hamparan bunga hortensia dengan kaki telanjang. Gaun off shoulder yang dia kenakan beberapa kali tersangkut oleh tanaman itu.
Nura berjalan tanpa arah, seperti tidak tahu kemana tujuannya. Namun yang pasti kedua kakinya tidak berhenti bergerak membawa tubuhnya yang hanya bisa pasrah mengikuti.
Malam itu sangat sunyi. Tidak ada angin yang berhembus, tidak ada suara hewan malam. Yang terdengar hanya suara langkah kakinya, meninggalkan jejak di tanah.
Setelah beberapa saat Nura berjalan, dia menemukan kolam kecil. Air di kolam itu sangat tenang sehingga pantulan bulan dan wajah Nura terlihat jelas di permukaan.
" Aku sudah menunggumu."
Suara itu sontak mengalihkan perhatian Nura dari kolam air itu. Terlihat ada siluet seekor kucing di seberang kolam. Dengan langkah tenang kucing itu berjalan mendekati Nura melewati kolam.
Anehnya kucing itu tidak tenggelam. Seperti berjalan dipermukaan air, setiap langkah yang kucing itu buat meninggalkan gelombang di permukaannya. Seperti terhipnotis, Nura hanya bisa diam di ujung kolam menunggu kedatangan kucing itu.
Begitu kucing itu melompat di hadapan Nura, seketika ada angin kencang yang berhembus. Nura mencoba menahan gaun yang dia pakai agar tidak tersingkap, namun hal itu membuatnya jatuh terduduk. Angin itu juga membuat kelopak-kelopak bunga hortensia beterbangan. Seketika setelah itu kelopak bunga berjatuhan seperti hujan.
Kucing hitam itu diam di hadapan Nura yang sedang terduduk. Mata mereka bertemu. Nura seperti jatuh kedalam keindahan mata kucing itu. Warna mata biru laut yang sangat cantik, sekaligus dingin dan menusuk kedalam diri Nura secara bersamaan.
Tanpa sadar wajah kucing itu semakin dekat. Tatapan mereka masih beradu. Dan saat kucing itu mencoba menempelkan kepalanya dengan kepala Nura, reflek Nura langsung memejamkan matanya dengan posisi tubuh yang masih sama. Terduduk diam.
Nura merasakan seperti ada yang memeluk tubuhnya. Mendekapnya sangat erat. Saat Nura mencoba membuka kedua matanya, terlihat siluet laki-laki dengan rambut hitam. Terangnya cahaya bulan saat itu membuat helaian rambut laki-laki itu berkilau. Sebelum Nura mencoba membuka matanya lebih lebar, laki-laki itu menutup mata Nura dengan tangannya.
" Jangan sekarang." Bisik laki-laki itu di telinga Nura.
Terasa ada angin lembut yang bertiup melewati wajah Nura. Saat dia membuka matanya, laki-laki itu sudah tidak ada di hadapannya. Begitu juga dengan kucing hitam tadi, sudah tidak terlihat lagi. Kelopak bunga masih berjatuhan, namun kali ini seperti gerimis hujan.
Nura mulai berdiri melihat kolam air tadi yang permukaanya sudah tertutup kelopak bunga. Dicarinya keberadaan laki-laki tadi, tetapi tidak ada jejak yang tersisa.
Saat Nura mencoba melangkah pergi untuk mencari laki-laki tadi tiba-tiba ada sesuatu yang menarik kaki Nura. Tanpa bisa memberikan perlawanan Nura langsung jatuh ke dalam kolam.
Semakin Nura mencoba menggerakkan tubuhnya untuk naik ke permukaan, tubuhnya malah semakin tenggelam menuju ke dasar kolam. Dadanya mulai sesak dan napasnya sudah habis.
Sesuatu yang memegangi kakinya mulai menjalar sampai ke bagian lutut. Tubuhnya mulai lemas dan kehabisan tenaga. Perlahan Nura mulai kehilangan kesadarannya, gelembung air yang keluar dari mulut dan hidung Nura mulai habis.
Nura terbangung dengan napas yang terengah-engah. Ternyata semua yang Nura alami tadi hanya mimpi. Keringat dingin masih mengalir dari keningnya. Terasa seperti nyata.
Dilihatnya jam dari ponsel, ternyata masih jam tiga pagi. Sangat jarang bagi Nura untuk bangun lebih awal dari alarm yang dia pasang. Dengan tubuh yang masih lemas dia bangun dari tempat tidur dan keluar menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Nura duduk di meja makan memandangi gelas air yang sudah kosong di hadapannya. Rasa kantuk sudah hilang dan dia bingung apa yang harus dia lakukan sembari menunggu pagi.
Tiba-tiba dia teringat kepada kucing hitam di mimpinya. Apakah ada hubungannya dengan kucing yang pernah dia tolong? Entahlah, Nura juga belum mendapatkan kabar dari Ava tentang kucing hitam itu juga.
" Loh, sudah bangun?"
Nura langsung menoleh ke arah sumber suara yang tenyata dari Ayahnya.
" Iya Ayah, kebangun tadi. Terus ngantuknya hilang. Ayah kenapa bangun sekarang?" Ucap Nura.
" Ayah harus berangkat pagi hari ini. Mau mandi dulu."
" Ayah mau aku buatkan kopi?" Tanya Nura.
" Boleh saja. Ayah akan senang." Jawab Ayah singkat sebelum masuk ke kamar mandi.
Nura kemudian bangun dari kursinya dan segera mendidihkan air. Tidak lupa juga Nura membuatkan sarapan sederhana untuk Ayahnya. Dua buah roti panggang tanpa selai.
Dia juga meracik kopi sesuai selera Ayahnya. Dimana pada umunya orang akan mencampur kopi dengan gula pasir, Ayahnya lebih suka kopinya dicampur dengan gula aren. Hal tersebut membuat hasil kopi yang sudah disedu memiliki rasa manis yang khas dan unik.
" Nura sudah bangun? Tumben." Ucap Ibu mendekati Nura.
" Iya, tadi kebangun terus nggak bisa tidur lagi." Ucap Nura yang masih sibuk memanggang roti.
" Mana yang bisa Ibu bantu?" Tanya Ibu yang masih memperhatikan pekerjaan Nura.
" Ibu berangkat pagi juga kan?" Tanya Nura.
" Iya, tapi tidak sepagi Ayah. Mau Ibu buatkan sarapan? Bagaimana kalau salad tuna?" Ucap Ibu menawarkan.
" Iya boleh. Sesekali sarapan selain dari bakery Olfie sepertinya bagus." Jawab Nura yang langsung mengundang tawa kecil dari Ibunya.
Tidak menunggu waktu lama sarapan untuk mereka bertiga sudah siap di meja makan. Ayahpun sudah bergabung dengan mengenakan pakaian kerja. Berbeda dengan Nura dan Ibu yang masih mengenakan piyama.
" Bagaimana sekolahmu Nura?" Tanya Ayah kepada Nura.
" Baik." Jawab Nura singkat.
" Tidak masalah di sekolah kan?" Tanya Ibu.
" Yang ada hanya masalah tugas yang menumpuk." Jawab Nura sembari menikmati sarapannya.
" Bagaimana dengan teman di sekolah?" Tanya Ayah.
" Lebih baik dari yang diharapkan." Jawab Nura tersenyum canggung.
" Bagus. Perlahan-lahan saja, tidak usah terburu-buru." Jawab Ayah yang bangun dari kursinya dan mengusap kepala Nura.
" Ayah harus berangkat sekarang." Ucap Ayah.
Ibu pun bangun dari kursi dan mengantar Ayah ke pintu depan. Meninggalkan Nura yang masih di meja makan. Bukannya Nura tidak ingin mengantar Ayah pergi, hanya saja dia tidak nyaman saat melihat kedua orang tuanya bermesraan. Kalian pasti tahu, kecupan di kening untuk berpamitan.
" Entah kenapa akhir-akhir ini banyak kegiatan di kampus, jadi Ayahmu harus berangkat pagi untuk mempersiapkannya." Ucap Ibu kembali duduk di meja makan.
" Iya Ibu, Nura paham." Jelas Nura.
" Benar tidak ada yang terjadi di sekolah kan?" Tanya Ibu kembali.
" Tidak ada. Tidak usah khawatirkan itu." Jawab Nura.
" Ibu pikir kamu tidak bisa tidur karena ada masalah di sekolah." Ucap Ibu sembari menikmati tehnya.
Nura hanya tersenyum kecil. Bukan karena Nura tidak bisa tidur, hanya saja dia terbangun karena mimpi aneh. Ah, dia teringat kembali mimpinya semalam. Soal kucing hitam dan seorang lelaki misterius.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada notifikasi pesan masuk. Saat Nura melihat layar ponselnya, dia tidak menyangka pesan tersebut berasal dari Ava.
![](https://img.wattpad.com/cover/344636150-288-k216858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA NURA
Fiksi RemajaNura, seorang gadis yang benci akan keramaian. Berharap mendapatkan kehidupan yang tenang di bangku SMA. Namun hal tersebut sepertinya akan sulit dia dapatkan karena pertemuannya dengan kakak kelas hits dan seorang gadis populer di kelasnya. Tidak h...