BAB 25 MASALAH KECIL

10 1 0
                                    

" Ada dimana kakakku?!" Ucap kucing oranye itu cukup keras. Nura masih terdiam dengan posisi yang sama.

" Cepat jawab! Ada dimana kakakku?!" Bentak kucing oranye itu sekali lagi. Nura kemudian berdiri sembari mengembalikan botol minum yang jatuh tadi. Mencoba menghiraukan kucing tersebut.

" Hei! Cepat jawab! Aku tahu kalau kamu bisa mendengarku!" Ucap kucing itu sembari mengejar Nura. Tetapi kucing itu kewalahan mengikuti langkah Nura yang lebar. Ditambah tubuh kucing itu lumayan kecil.

Setelah mengembalikan botol minum, Nura kemudian kembali masuk ke kamar mandi. Mencoba menghiraukan teriakan yang berasal dari kucing oranye itu.

" Bagaimana aku menyingkirkan kucing itu?" Ucap Nura kebingungan sembari menatap bayangannya di cermin wastafel.

Tidak lama kemudian terdengar suara cakaran yang berasal dari luar pintu kamar mandi. Nura menghela napas, memegangi pangkal hidungnya. Terlintas satu ide, tapi Nura tidak tahu ide tersebut akan berhasil atau tidak.

Dengan pakaian lengkap, Nura keluar dari kamar mandi. Namun alangkah terkejutnya dia saat cakaran dan gigitan mendarat di kakinya. Dan tentunya hal tersebut berasal dari kucing oranye itu.

" AAAWW!" Teriak Nura reflek sembari menghentakkan kakinya.

" Apa sih yang kamu lakukan?!" Ucap Nura sembari memegangi kakinya.

" Benar kan, kamu bisa dengar ucapanku. Jadi jangan abaikan aku lagi!"

Nura berjalan sembari menahan rasa sakit di kakinya. Terlihat bekas cakaran yang mulai memerah dan mengeluarkan darah. Nura hanya mendengus kesal dan berjalan ke lemari dapur sembari mencari kotak P3K.

" Kamu benar melihat kakakku kan? Hei manusia, jawab dulu pertanyaanku." Ucap kucing itu sembari berjalan mengikuti Nura.

" Kakakmu yang mana?" Tanya Nura duduk di meja makan sembari mengobati lukanya.

" Kakakku, kucing hitam yang ada di pasar kemarin." Jawab kucing itu.

" Aku tidak melihatnya." Ucap Nura singkat.

" Jangan berbohong, aku melihatnya kemarin. Kamu membawa kakakku pergi entah kemana."

" Aku tidak membawanya." Ucap Nura dengan nada datar.

" Tapi, aku kemarin melihatnya. Kakakku-" Ucap kucing oranye itu dengan terisak. Dia menangis sembari tertunduk.

" A-Aku mohon. Kakakku, d-dia satu-satunya keluargaku.."

Nura terhenti dari kegiatannya tadi, melihat kucing kecil di depannya menangis terisak. Ada rasa iba muncul dalam diri Nura. Rasa yang sejak dulu dia coba untuk ditumpulkan.

" Dia menolongku saat aku tertangkap oleh manusia jahat. K-kakakku, d-dia...huuhuhuhu"

" Iya, aku membawa kucing hitam kemarin dari pasar. Tapi aku tidak yakin dia kakakmu." Ucap Nura setelah dia selesai menempelkan plester luka di kakinya.

" Kemana kamu membawa kakakku?" Tanya kucing oranye itu.

" Aku membawanya ke dokter, kucing itu masih disana untuk penyembuhan." Jawab Nura.

" Kamu bisa membawaku bertemu kakakku kan? Iya kan?"

" Aku belum bisa menjawabnya, itu tergantung dari sikapmu kedepannya." Ucap Nura.

" Tunggu, aku menyesal. Aku mohon tolong aku. Aku janji tidak akan mengganggu lagi." Ucap kucing itu memohon.

Nura merasa kucing kecil yang berada di depannya itu memang tidak memiliki niat jahat, hanya sekedar ingin menemui kakaknya.

DUNIA NURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang