"Ada yang bertunas tapi bukan tanaman..."
Mona yang baru saja turun dari mobil Yasa langsung disambut dengan celetukan iseng Hilda.
"Apa tuh...?" Terdengar seseorang menanggapi dan langsung disambut gelak tawa teman-teman lain.
Setelah ini Mona berjanji akan membujuk Celia untuk memindahkan mesin absen ke tempat yang lebih relevan. Artinya: JAUH dari meja resepsionis.
Selama ini, karena jarak keduanya berdekatan, seringkali para karyawan menghabiskan saat-saat sebelum masuk kerja untuk bercengkerama (baca: bergosip) di meja kebesaran Mba Win itu.
Biasanya Mona tak peduli. Selagi mereka masih disiplin terhadap waktu kerja, hal itu sama sekali bukan masalah besar. Ini baru akan jadi masalah besar kalau Bu Tanti menyempatkan diri untuk datang ke kantor dan menyaksikan anak buahnya bergerombol. Tapi Mona kan tak se-rese Bu Tanti.
Namun itu dulu. Sebelum Mona menemukan dirinya menjadi objek gosip paling hot se-Mutara. Padahal sudah lewat seminggu dari drama tak penting yang dibuat Yasa, tapi orang-orang masih betah membicarakannya.
"Ada yang bersemi tapi bukan musim..."
Mona memelototkan mata pada Mba Win yang bisa-bisanya mengekori Hilda. Bukannya diam, orang-orang malah tertawa makin keras. Semua orang kecuali Bang Daus yang sepertinya masih takut pada Mona akibat kejadian dengan Krisna waktu itu.
"Ada yang jatuh tapi bukan handphone..." Kali ini ejekan datang dari Dina.
"Curhat nih??"
Akhirnya orang-orang malah kompak meledek Dina yang selalu jeli jika terkait dengan penjualan tiket atau apa pun yang berhubungan dengan uang, namun ceroboh dan sering menjatuhkan ponselnya. Mau tak mau Mona ikut tersenyum.
"Sweetheart, ini jaket kamu ketinggalan."
Senyum Mona pudar seketika. BISA-BISAnya lelaki ini melenggang santai padahal orang-orang tengah membicarakan mereka berdua.
"Sweetheart ga tuh?" Sisil bisik-bisik sambil cekikikan.
Habislah dia...
"Mas ganteng ga kerja?" Tanya Hilda ramah.
"Kerja, Mba. Tapi menyempatkan diri untuk nganterin Calon Nyonya dulu."
Seruan gemas Sisil dan Aurora makin menjadi.
"Ga terlambat tah?" Tanya Mba Win.
"Kebetulan saya ga punya jam masuk, Mba. Bebas." Kata Yasa lagi.
Sebelum pembicaraan makin melebar, Mona langsung menyambar jaket dari tangan Yasa.
"Udah gih..." Usirnya judes.
"Ayah berangkat dulu ya, Ma..." Pamit Yasa sembari mengacak lembut rambut di puncak kepala Mona.
Para bocil yang menyaksikan itu mau pingsan saking bapernya.
"Deeuu... Ayah-Mama..." Ledek Hilda.
Sebelum situasi berubah makin tidak kondusif, Mona memutuskan cabut saat itu juga. Namun ia melihat Celia berjalan ke arah mereka.
Mona dan Celia tak terlalu sering bertemu dalam pekerjaan karena bidang mereka sangat berbeda. Jika Mona adalah pentolannya bidang teknis, maka Celia adalah pentolannya administrasi. Namun Celia menjadi salah satu orang favorit Mona di Mutara selain Roy. Kenyataan wanita itu mampu mengendalikan bawahan selicik Krisna semakin menambah kekaguman Mona pada wanita itu. Apalagi Celia juga tak gemar bergosip.
"Kebetulan ketemu, Mon." Sapanya ramah. "Gue udah kirim rencana acara untuk pembukaan Ruang Marini ke group. Lo udah baca belom?"
"Ntar gue baca deh." Mona mengangguk singkat lalu mengambil ancang-ancang hendak pergi ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tak) Hilang
Chick-LitMona, seorang kurator museum di usia awal tiga puluhan, harus berhadapan dengan dua hal saling kontradiktif di waktu bersamaan: 1. Koleksi yang ia harapkan tetap terpajang manis di ruang pamer, hilang secara misterius semalam. 2. Seseorang dari masa...