A - Ketujuh

77 11 34
                                    

Hallo, apa kabar?

Sebelum baca jangan lupa pencet 🌟
dan berikan komen sebagai dukungan!

Maaf banget baru update, aku beberapa hari ini banyak banget halangan untuk update, apalagi aku yang tiba tiba unpub satu bookku karena alasan beberapa hal.

nggak ada revisi😁

Enjoy with story
and
Happy reading!

24 / 07 / 2023

▪▪▪

Dua anak manusia sedang berdebat di lapangan, tentu saja banyak pasang mata yang memperhatikannya, tapi mereka tidak berani merekam atau mengambil foto karena yang sedang berdebat adalah dua murid kelas unggulan.

"Gue udah bilang jangan gegabah ngelakuin apapun, Lily!" Gladys yang sudah kehabisan kesabarannya memaki temannya itu. "Lo goblok banget anjing, kalau anak orang mati gimana!"

Bagaimana tidak marah, Lily melakukan sesuatu di luar pengawasan yang lain, "Gila lo emang! Lo sebenernya punya masalah apa sama Monica!"

Entahlah cewek itu benar benar terobsesi dengan Monica, padahal prinsip kelas mereka tidak akan mengganggu orang lain jika mereka tidak mengusik mereka, tapi apa ini? Lily dan beberapa anak kelas lain malah membullying Monica hingga mengunci cewek itu semalaman di gudang.

"Peduli banget lo sama tuh cewek!" balas Lily yang sejak tadi hanya berdiam mendengar makian temannya itu.

"Iya, gue nggak suka sama tuh cewek! Gue udah baik baik sama dia tapi malah dia nusuk gue dari belakang kalau lo mau tau,"

"Rencana lo apa? Gue yang bakal bantu tapi nggak usah ganggu Monica lagi!" suara itu membuat kedua gadis itu menoleh dan mendapati Yoshua yang berjalan mendekati mereka. "Berhenti berantem!"

"Gue nggak butuh siapa siapa buat lancarin semuanya, gue nggak bakal ganggu dia lagi, lo nggak perlu khawatir," Lily pergi dari sana meninggalkan Gladys dan Yoshua.

"Kenapa lo ngomong gitu?" tanya Gladys.

"Nggak ada, gue capek denger kalian debat mulu. Kalian bukan bocah lagi buat berantem yang nggak penting, biarin apapun yang Lily lakuin jangan pernah ikut campur,"

"Tapi, Lily nggak bisa di diemin kalau gitu, nggak inget kejadian itu? kalau bukan karena kita yang nolong dia mungkin sekarang dia udah nggak sama kita,"

"Iya, tapi biarin aja. Dia pasti udah tau konsekuensi dari apa yang dia lakuin,"

Gladys menghela napas pasrah dan pergi begitu saja meninggalkan Yoshua yang berusaha mengingatkannya.

"Gue nggak tau apa yang terjadi pas kejadian itu, tapi yang gue tau Lily jelas merasa ketakutan dan cara dia nutupin semuanya dengan kayak gini," gumamnya menatap punggung Gladys yang mulai menghilang dari pandangannya.


Jeremy dan Rana sedang makan bersama di kantin namun, Rana merasa kurang nyaman sejak tadi terbukti dengan dirinya yang berusaha menghindar dari cowok itu.

"Sayang, kamu nggak papa?" tanya Jeremy yang merasa aneh dengan gelagat ceweknya tersebut.

"Nggak papa, aku cuma kepikiran sama tugas yang belum selesai," balas Rana setenang mungkin.

"Sayang, maaf kalau aku—"

"Jere, aku baru inget harus ke perpus buat pinjem buku, aku duluan ya!" tanpa menunggu persetujuan Jeremy Rana langsung pergi dari kantin.

"Diko!"

Karena tidak ada jawaban Rana mengikuti cowok itu, terlihat mencurigakan saat dia berjalan waspada, mengikuti dengan pelan agar tidak ketahuan hingga sampai pada satu ruangan yang tidak Rana ketahui.

Sebelum masuk Diko menengok kanan kiri memastikan tidak ada yang melihatnya masuk, semakin membuat Rana penasaran

Menguping pembicaraan di dalam sana samar samar dirinya mendengar, "Lo yakin mau ngelakuin hal yang sama lagi? Apa nggak bahaya kalau kita sampai ketahuan?"

"Nggak bakal! Gladys terlalu banyak ikut campur dan seakan dia yang berkuasa disini, gue nggak suka!"

"Tapi kalau lo lakuin itu sama Gladys kemungkinan kita nggak bakai selamat kayak pas kejadian—"

KREET

Suara pintu yang terbuka membuat mereka menghentikan obrolannya, "Siapa?" Rana panik, suara langkah kaki mendekat ke arah pintu.

CEKLEK!

Pintu dibuka oleh Diko, mencari ke kanan kiri tidak ada seseorang membuatnya kembali menutup rapat rapat pintu tersebut.

Sedangkan Rana bersama seseorang yang menolongnya dalam situasi tadi bersembunyi di tiang yang menjadi pembatas ruangan tersebut dengan yang ruang lainnya.

Dada Rana naik turun karena kepanikannya tadi, tangan orang yang membekapnya terlepas, Rana mengatur napasnya.

"Masih mau bertindak sendiri?"

"Minggir!"

Bukannya minggir orang itu malah mengungkung Rana, membuat cewek itu tidak bisa bergerak, "Coba kalau aku nggak cepet nolong kamu? Mungkin kamu akan bernasib sama dengan—eumh"

Sebelum kalimatnya selesai, Rana langsung menarik tubuh orang itu semakin dekat saat mendengar langkah laki hingga tidak sengaja bibir keduanya bertemu, "Mesum kok di sekolah!" gumam Diko yang melihat dua anak manusia yang sedang berbuat tidak senonoh dan berjalan bodoh amat setelahnya.

Setelah memastikan Diko pergi Rana langsung mendorong keras dan pergi dari sana meninggalkan orang itu yang membasahi bibirnya dan tersenyum.


Setelah mendengar obrolan Diko dengan entah siapa Rana terus mengawasi Gladys yang mungkin menjadi target mereka.

"Shasha, ayo kita lomba renang! Kalau lo menang gue beliin tas yang lo mau!" tantang Nancia.

Saat ini mereka ada kelas renang, Nancia dan Shasha bahkan sudah berganti pakaian menjadi baju renang.

"Rana ikutan yuk!" ajak Shasha yang langsung mendapat gelengan kepala dari Rana.

"Enggak, gue lagi nggak mood buat renang," tolak Rana.

"Kenapa biasanya kamu paling suka berenang," tanya Jeremy yang baru selesai berganti pakaian.

"Nggak mood juga!"

Terlalu fokus mengawasi Gladys sampai Rana tidak sadar jika ada yang berniat buruk padanya, mendorong cewek itu saat semua orang fokus dengan aktivitas masing masing.

BYUR!

Air kolam yang sebelumnya tenang berubah saat Rana terjatuh ke dalamnya, semua langsung menoleh dan kaget.

"To—long..." Rana melambaikan tangannya meminta tolong.

Jeremy, Juno dan Rakana yang berada dari arah berbeda buru buru berlari dan menyebur, berenang mendekat kearah Rana yang terus meminta tolong.

Juno yang sampai duluan langsung meraih Rana, "Hah... hah... hah..." Rana berusaha mengatur napasnya yang sempat berhenti tadi, dadanya sakit.

"Sayang, kamu nggak papa?" tanya jeremy yang langsung meraih tubuh pacarnya itu, "Kenapa bisa gini?" tambahnya, karena yang Jeremy tau Rana pintar dalam hal berenang.

"Kram?" berganti Rakana yang bertanya, Rana hanya mengangguk lemah. "Bawa ke atas!"

Rakana dan Juno terlebih dahulu naik dari kolam, sedangkan Jeremy membantu Rana. Karanina memberikan handuk pada Rana yang duduk di tepi kolam meluruskan kakinya.

Hanni berjongkok menyentuh pengelangan kaki Rana, "Akh!" Rana meringis kesakitan.

"Kaki lo sakit"

"Iya,"

"Kita ke uks aja ya," ajak Jeremy yang sangat khawatir.

A - ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang