A - Kedua puluh dua

93 7 2
                                    

Masih ada yang baca nggak sih?

enjoy with story
and
happy reading

08 / 09 / 2023

▪▪▪

"Nancia udah ketahuan, untung aja dia nggak bawa nama kita," leganya menyandarkan tubuh pada kursi yang dia duduki. "Kalian harus hati hati, barang bukti jangan sampai bocor dan sesuatu yang bisa mengancam kalian!" peringatnya pada yang lain.

"Kasus itu beneran di buka lagi sama bapaknya Rakana? Bukannya itu bakal ngebahayain anaknya juga?" komentar cowok berwajah pucat yang duduk di samping cewek yang berbicara tadi.

"Nggak taulah sebenarnya Rana itu seberpengaruh apa sekarang, makin songong dia!" komentar cowok yang memiliki tampang paling brandal.

"Gue masih penasaran siapa yang sebarin video itu? setau gue cuma kita doang yang tau kalau Nancia itu simpenan kepsek? Siapa yang ngerekam?" ujar penasaran cewek yang biasanya hanya diam menyimak. "Apa jangan jangan di antara kalian ada yang sengaja ngerekam dan nyebarin?" tuduhnya melihat ketiga temannya yang lain.

"Lo nuduh siapa?" sahut cewek dengan wajah mahalnya alias high class. "Jangan mulai saling tuduh tuduhan, yang ada kita yang pecah! Inget kita disini buat balas Rana, gue nggak mau dia terus menang dan playing victim nantinya,"

Setiap perbuatan mereka pasti ada sebab yang mendasari dan, sekarang pertanyaanya apa yang membuat mereka melakukan semua itu?


"Sean, kenapa kelas kita jadi hancur gini? Padahal dulu kita nggak kayak gini," Shasha berbicara pada Sean.

Kedua anak itu sedang duduk bersama di salah satu bangku taman yang berada di belakang sekolah, apa yang salah dengan teman temannya hingga seperti ini, tidak pernah berpikir di benak Shasha Nancia melakukan hal seperti itu dengan kepala sekolah.

"Gue pikir kelas unggulan itu keren, orang orang hebat yang ada di dalamnya, tapi sejak kejadian Rana yang jatuh, gue jadi ragu sama yang lainnya,"

"Sha, tapi kalau nggak ada kelas unggulan apa kita bisa kenal dan deket kayak gini? Semua hal memang ada baik buruknya, Tapi gue seneng karena kelas unggulan bikin gue kenal Rakana dan—  lo," ucap Sean tanpa sadar mengatakan yang terakhir.

"Gue juga seneng..." sahut Shasha yang membuat Sean tersenyum tipis sekali, "Karena kelas unggulan gue bisa rasain perasaan yang udah lama hilang, ketemu orang baik dan peduli sekitar kayak lo,"

Sean yang mendengarnya ingin terbang saja mendapat pujian dari orang yang dia suka, Sean harus pamer pada Rakana dan Renata nanti, dua orang yang terus menebar uwu di dekatnya.

"Lo bisa kayak gini nggak sama Shasha? Nggak bisa ya, nggak bisa ngungkapin sih, cupu! Kalah sama Kana diem diem udah punya tunangan!" begitu kurang lebih ledekan Renata setiap kali dirinya berada di antara dua sejoli itu.

"Sean," panggilan itu mampu membuyarkan lamunan cowok itu yang sudah berbangga hati, "Rakana sama Rana hubungannya apa? Video waktu itu beneran? Rana cheat dari Jeremy?"

"Bukan ranah gue buat jelasin itu, yang gue tau mereka bertiga baik baik aja," jawab Sean apa adanya, "Kenapa?" tanya baliknya melihat Shasha yang sedikit kusut mendengar jawaban yang mungkin tidak diinginkannya.

"Rakana itu cuek kan? Dia susah di deketin? Tapi, kenapa sama Rana dia sedeket itu... maksud gue, dulu Rakana bahkan ogah sama Rana, lo tau sendiri seberapa keras Rana ngejar Rakana sebelumnya. Nggak ada yang di respon sama sekali sama Rakana waktu itu tapi, kenapa sekarang saat Rana sama Jeremy, dia jadi selingkuhan,"

Penjelasan Shasha cukup panjang membuat Sean paham maksudnya, apalagi tidak ada yang tau sebenarnya yang bersama mereka adalah Renata, kembaran Rana.

Bukan rahasia lagi diantara mereka, jika dulu sebelum berpacaran dengan Jeremy, Rana begitu keras mengejar Rakana, mencari perhatian pada cowok itu namun, tidak ada yang di respon oleh putra pemilik sekolah itu.

"Ini salah kita semua—" ucap Sean menggantung, " Kalau aja dulu kita nggak ada persaingan juga rasa iri satu sama lain mungkin,  nggak akan ada drama yang nggak berujung gini,"

"Maksud lo apa, Sean?"

"Inget dulu kita diluar emang kayak temen, tapi saat kita di kelas kita bersaing, saat temen kita unggul sedikit saja, kita merasa kalah dan berakhir iri dengan pencapaian yang lain, ujungnya apa? circle dalam circle, biasanya kita jadi pembullying ke kelas lain, malah bullying teman sendiri, teman makan temen, dan banyak lagi,"

"Setoxic itu kita ya?" Sean mengangguk menanggapi pertanyaan Shasha, perempuan itu menyadarinya seberapa rusak mereka dulu hingga membuat satu teman mereka menjadi korban.

"Karena itulah ayo perbaiki semua, kita semua nggak bisa terus ada dalam penyesalan nantinya," ujar Sean, "Siapapun yang salah Rana atau kita semua harus dapat balasannya kan?"

"Iya, karma itu nyata. Mungkin kejadian tangga rooftop itu karma buat Rana, tapi sekarang karma kita apa?" tanya Shasha yang mulai paham dengan arah pembicaraan Sean. "Rana emang salah tapi kita juga salah disini, kita nggak bisa nyalahin satu orang aja,"

"Gue berdoa semoga kelas unggulan cuma sampai di kita aja, gue nggak tau kalau kelas ini terus ada, untungnya kelas unggulan apa sih?" Shasha mulai mempertanyakan kelas ini, "bukannya semua murid unggul di bidang masing masing? kalau kayak gini bisa timbul rasa bersaing itu kan?"

Sean mengangguk, berbicara dengan Shasha sungguh membuatnya terbuka, pemikiran perempuan itu sangat membantu Sean, keduanya seperti memiliki pemikiran yang sama, sangat cocok.

A - ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang