A - Keempat

89 14 13
                                    

Hallo, apa kabar?

Sebelum baca jangan lupa pencet 🌟
dan tulis beberapa komen untuk dukungan!

Ayo kita main tebak tebakan, kalian harus tebak!
aku udah kasih tipis tipis kodenya disini

Enjoy with story
and
Happy reading, guys!

16 / 07 / 2023

▪▪▪


Seakan semua orang lupa dengan kejadian beberapa bulan lalu, dimana ada kejadian salah satu murid tergeletak mengenaskan di tangga rooftop dengan darah yang sudah mengenang di bagian kepalanya.

Rana benci mengingatnya, penghuni sekolah ini terutama teman sekelasnya bermuka banyak, tidak akan bisa dilupakan kejadian itu karena cukup membekas dan membuat muak kala dia mengingatnya!

"Gue bakal bales kalian semua!" monolog Rana menutup buku diarynya.

Mengambil note yang dia simpan di laci paling bawa, menuliskan beberapa nama yang di curigai terlibat dalam kejadian itu.

Dirinya sudah bertekad untuk membongkar semuanya, membalas rasa sakit dan penghianatan mereka, dia tidak akan membiarkan satupun lolos dari balasannya!

Cepat atau lambat semua akan terbongkar dan mereka semua yang terlibat mendapat balasan yang setimpal, walau pihak orangtua tidak memperpanjang masalah ini, tapi semua harus tau kejahatan apapun akan mendapatkan sanksi!

"Ben, gimana?"

Ben yang sedang bermain game terhenti saat seseorang bertanya padanya, "Gimana apanya?" tanya baliknya yang kembali fokus pada gamenya.

"itu—"

"Lily, gue nggak mau ikutan lagi rencana lo, udah cukup! Gue mau kehidupan sekolah gue tenang tanpa bayang bayang penyesalan!"

Tidak ingin terlalu jauh pembicaraan mereka, Ben memilih pergi dari sana karena pastinya cewek itu akan terus membujuknya hingga mau.

"Nggak cukup yang waktu itu? tujuan lo apa sebenernya sampai seobsesi itu? merasa kalah?" tanya Ben sebelum dirinya benar benar pergi.

Lily meremat roknya menahan emosi mendapat penolakan dari cowok tersebut, harga dirinya tergores rasanya. "Bodo amat! Kalau lo nggak mau biar gue sendiri yang ngelakuin!" pikirnya.

"Kenapa lo?" tanya Hanni yang tiba tiba datang, Lily langsung me-rileks wajahnya, "Gue lihat Ben dari sini kalian abis ngapain?"

"Nggak ada, lo sendiri ngapain kesini?" tanya balik Lily untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Ada yang harus gue ambil," balas Hanni. "Oh ya, lo kok masih disini, semua di suruh kumpul ke ruang musik, lo nggak lihat grup?" tanya Hanni setelah mendapatkan barang yang dia butuhkan.

Lily langsung merogok saku roknya dan benar ada pesan dari grup untuk kumpul di ruang musik, "Yaudah, lo mau kesana kan? Bareng aja,"

Keduanya berjalan bersama menuju ruang musik, tidak ada obrolan diantara keduanya, keduanya sama sama membisu. Sesampainya di ruang musik semua sudah berada di sana dan ada guru juga.

"Semua udah kumpul ya, saya absen dulu!"

"A—Airana Regatha?" ucap guru saat menyebut nama Rana dengan gugup dan seperti tidak percaya.

"Hadir!" balas Rana mengangkat tangan kanannya santai padahal yang lain ikut panik saat melihat ekspesi gurunya.

"Why?" Rana yang merasa di tatap oleh semua orang yang berada di ruang musik bingung.

"Nggak ada, saya cuma kaget saat ada nama kamu di kelas saya." balas sang guru, Rana hanya ber'oh' dan mengangguk ngangguk.

"Biasanya Rana nggak pernah ikut kelas musik," tambah Rakana yang duduk di paling belakang.

"Yasudah, tidak papa. Rana kamu mau coba alat musik mana?" tanya guru sebelum anak muridnya itu berbicara terlalu banyak.

"Gitar,"

"Eh, kamu emang bisa?" tanya Jeremy yang kaget saat mendengar alat musik yang ingin dia coba.

"Kenapa? ada yang salah?" tanya balik Rana, "Kalian kenapa sih panik banget dari tadi, ada yang aneh sama gue?" Rana jadi bingung kenapa dengan teman temannya.

Mereka mengeleng cepat membuat Rana tersenyum, "Juno boleh pinjem gitarnya, gue nggak bakal putusin senarnya, tenang aja." ujar Rana.

Juno memberikan gitar miliknya dan Rana membuktikan bahwa dia bisa menggunakannya, setelahnya mereka bernyanyi bersama.

"Ini adalah kemajuanmu, Rana!" bangga sang Guru saat petikan terakhir, "saya senang, kalian juga keren!" memberikan dua jempol untuk anak muridnya.

"Untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kalian menunjukkan bakat masing masing, saya akan membagi kelompok untuk praktek pertemuan selanjutnya," itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan, karena setelah itu guru benar benar membagi kelompok sebelum mereka menyetujuinya.

"Rakana Pradipta, Hanni Cantika, Sandiko Yosua, Gladys Arabella dan Airana Regatha, kalian satu kelompok," kelompok terakhir sudah diumumkan.

"Kenapa Rana nggak sama saya sih pak!" protes Jeremy saat menyadari dirinya dan Rana tidak satu kelompok.

"Lah suka suka saya, mau apa kamu?"

"Bener pak, Nanti kalau mereka dijadiin satu malah ngebucin!" sahut Haidar yang duduk di sebelah Jeremy, mengejek cowok tersebut yang membuat kesal saja.

"Mau latihan dimana?" tanya Gladys, ketika mereka sudah berkumpul, lebih tepatnya keempat orang itu mendatangi tempat Rakana.

"Siapa yang punya alat musik lengkap?" tanya Diko melihat satu persatu temannya itu.

"Di rumah gue ada," sahut Rana, "Sisa band punya Abang gue," tambah Rana sebelum mereka kembali bertanya.

"Nanti pulang sekolah gimana? Kita perlu nyatuin intrumen alat musiknya dulu kan, dan itu cukup lama," Hanni ikut berpendapat.

"Gimana menurut kalian?" Gladys memandang Rakana dan Rana bergantian, sedangkan kedua orang itu malah saling melempar tatap.

"Terserah yang punya rumah," balas Rakana.

"Gimana, Rana?"

"Oke aja gue,"

"Gue lihat dia kenapa makin segalanya? Kalau gini terus peringkatnya beneran nggak bisa di geser!"

"Ini nggak bisa di biarin! atau kita beneran bakal kalah telak sama dia!"

"Bener banget! Bukannya makin goblok setelah kejadian itu malah semakin pinter!

Beberapa murid itu sedang membicarakan salah satu temannya yang makin hari makin bisa segalanya, yang membuat mereka resah karena peringkatnya yang makin tidak bisa di geser.

"Ada ide?"

"Banyak, tapi kita nggak bisa gegabah gitu aja, ada yang berhianat, berusaha lindungi dia sekarang, kita harus cari sekutu lain juga buat bantu,"

"Orang terdekat dia gimana? Gue punya kartu AS dia yang bisa digunain buat ngancem!" bangganya dan tersenyum mengingat apa yang dia miliki untuk mengancam.

A - ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang