A - Keenam

72 13 8
                                    

Hallo semuanya, aku kembali apa kabar kalian?
sehat? kalau aku agak pusing dikit

Sebelum baca jangan lupa pencet 🌟
dan beberapa Komen sebagai dukungan!

Chap ini mari kita tebak tebakan karena bakal ada beberapa clue kalau kalian sadar ya

Aku nggak revisi dulu jadi maaf kalau ada typo!

Enjoy with story
and
Happy reading!

21 / 07 / 2023

▪▪▪

"Gila lo!"

Makian tersebut membuat semua yang ada di studio kaget, terlihat Karanina menunduk karena Juno yang ngatainya.

"Ada apa?" Yoshua bertanya mewakili yang lain.

"Lihat perbuatan temen lo! Kalau nggak bisa main gitar nggak usah sok!" tunjuk Juno pada gitarnya yang satu tali senarnya putus karena Karanina yang ngotot ingin mencoba bermain gitar.

"Cuma senarnya, nanti bisa beli lagi, jangan kayak orang miskin deh!" Gladys berucap membela Karanina.

"Lo bilang cuma?! Nggak semua hal bisa digampangkan!"

Ada sedikit perdebatan diantara mereka, membuat mereka fokus pada Juno dan tanpa sadar ada seseorang yang keluar dari studio tersebut.

"Jun, Maaf. Nanti gue ganti," cicit Karanina dengan ketakutan, ini kali pertama melihat seorang Juno Leonard marah semenyeramkan ini ternyata.

"Nga—"

"Lo kayak bocah, Jun! Kara udah minta maaf dan mau ganti juga apa yang lo permasalahin?!" Sean jadi ikut emosi melihat sikap temannya itu.

"Bener kata Sean, udah nggak papa. Setidaknya Nina udah mau bertanggung jawab," setuju Shasha.

Juno menghela napas, entahlah kenapa dirinya bisa seemosional ini, dirinya terlalu lelah dengan sesuatu yang membuat dirinya gusar.

Rana yang akan kembali dengan beberapa camilan dan minuman soda, tiba tiba di tarik begitu saja oleh seseorang, membawanya ke belakang rumah.

"Babe, kenapa kamu bertindak sendiri?" tanyanya dengan tatapan mata yang tertuju pada mata indah Rana, jangan lupakan senyum yang membuat cewek itu gugup.

Rana berusaha menghindari tatapan tersebut tapi, dengan segera cowok itu memalingkan wajah Rana dengan kasar untuk kembali menatapnya, bahkan kedua pipinya di pegang dan di tekan cukup keras hingga membuatnya meringis.

"A—apa yang—aakh!" sebelum Rana menyelesaikan ucapannya, pegangan pada pipinya semakin di eratkan, berusaha melepaskannya tapi tidak berhasil karena kedua tangannya yang di pegangi oleh tangan satunya cowok itu.

"Aku nggak suka kamu bertindak gegabah gitu! itu bisa membahayakan kamu, dan aku nggak bisa bikin kamu berada di situasi kayak gitu!"

Rana mengelengkan kepalanya berharap tangan yang berada di kedua pipinya bisa terlepas, "Diem! Kamu punya aku, kenapa ngelakuin sendirian, hm?"

"Kamu pengen bernasib sama?"

Deretan pertanyaan terus terucap dari mulut cowok itu, tentu saja tidak ada yang Rana jawab, "Le—pas, sakit!" cicitnya yang sudah tidak bisa menahan rasa sakit terlalu lama diarea pipinya, air matanya bahkan sudah keluar.

Mendengar rintihan dan air mata Rana membuat cowok itu sadar dan langsung melepaskan tangannya dari pipi juga tangan Rana, kesempatan itu di gunakan oleh Rana untuk mendorong cowok tersebut menjauh darinya, memegang pipinya yang memerah.

"Babe, sorry. Aku nggak maksud ngelakuin itu!" paniknya yang langsung mendekat dan berusaha meraih pipi Rana namun, oleh Rana langsung di tepis.

Rana tidak menanggapi ucapan cowok itu dan segera pergi dari sana sebelum dia semakin nekat melakukan sesuatu padanya.

"Shit!" umpatnya.


"Rana pipi lo kenapa merah?" tanya Yasmine saat melihat kedua pipi Rana memerah, Rana kembali memegang pipinya dan mengeleng.

"Nggak papa, kayakan gue tadi salah pake skincare dah," balas Rana yang berusaha menyakinkan. "Gue tadi sempet coba coba pake skincare baru rekomendasi dari temen eh malah gini,"

"Lain kali jangan nyoba nyoba, udah pake yang cocok aja," nasehat Karanina, Rana hanya mengangguk.

"Iya, eh ini tadi gue bawa camilan sama soda buat kalian," Rana meletakkan seplastik camilan di atas meja dan ikut duduk bersama yang lain, tapi sebelum benar benar duduk Rana sempat melihat salah satu cowok kelasnya tersebut.

"Kemana gitar lo Jun?" tanya Rana saat tidak melihat gitar kesayangan cowok itu yang biasanya selalu dia pangku.

"Senarnya putus,"

"Bentar, gue ambilin gitar legendnya Abang gue," Rana kembali berdiri dan membuka salah satu lemari, mengambil gitar yang biasanya Abangnya gunakan saat ngeband dulu bersama teman temannya.

"Nih, pake aja dulu buat lo," Rana memberikan gitar tersebut pada Juno, "Udah lama nggak di pake sih tapi moga masih enak di gunain,"

Juno menatap Rana dan gitar tersebut bergantian, "Gue kayak pernah lihat gitarnya," ujar Juno.

Karena tak kunjung di raih oleh Juno, Rana meletakkan di bawah, dan kembali mendudukkan diri. " Lo kenal Ghamaniel Junior?" tanya Rana pada Juno.

"Gitaris dan vokalis band Boys7 bukan?"  bukan Juno yang bersuara melainkan Diko, Rana berganti menoleh pada cowok itu dan mengangguk.

"Iya, dia Abang gue. Kalau kalian pernah lihat dia dulu pas mamggung pasti nggak asing sama gitar itu,"

"Pantes aja, gue lihat foto Abang lo yang ada di ruang tamu kayak nggak asing ternyata dari Boys7, gue sempet lihat karena diajak nonton sama sepupu," Gladys ikut bersuara.

"Mau mulai latihannya kapan?" tanya Rakana yang mulai bosan dengan obrolan mereka yang tidak akan ada ujungnya nanti dan tentu akan memperlambat latihannya.

A - ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang