A - Kedua puluh tiga

70 4 3
                                    

Maaf banget guys, aku baru muncul lagi hari ini, enam bulan belakang hpku rusak dan tentu draf draf juga ilang, sedih banget padahal waktu itu ini cerita udah tinggal satu chapter buat ending di catatanku.

Enjoy with story
and
Happy Reading !

12 / 02 / 2024

°^°

Renata berusaha tidak terprovokasi oleh ucapan Nancia waktu itu, kubunya tidak boleh terpecah atau nanti semua rencananya hancur.

"Ah, sialan! bisa gila gue lama lama!" umpat Rena yang berjalan di koridor, "ayolah semuanya terungkap, pusing gue," Rena mengeluh untuk yang terakhir karena kemudian ada yang datang memeluknya dari belakang.

"Eh?!" Rena menoleh mendapati tunangannya, "Dear, kenapa sih? Makin banyak gosip kita nanti!" Rena menoleh ke sekitar dan semua orang sudah menatap mereka tidak suka.

"Sekarang tanggal berapa?" bukannya menjawab Rakana malah kembali bertanya, "Lupa?"

"20, eh- aku tembus?!" kaget Rena berbisik, agar tidak ada yang mendengarnya, Rakana hanya berdehem, "Aku nggak sadar, biasanya juga nyeri tapi ini nggak. Jadi aku nggak sadar,"

Rakana melepaskan almetnya dan menggunakannya untuk menutupi rok Rena yang ada bercak merah, "Di dalam lokerku ada seragam olahraga, kamu ganti pake itu, ini kuncinya. Aku harus ke Papa, bisa sendirikan?"

Rena mengangguk, "Dear, makasih,"

"Udah sana!"

Rena dan Rakana berjalan berlawanan arah, Rena jadi kepikiran apa orang orang tadi sudah melihatnya tapi kenapa tidak ada yang menegur kalau mengetahuinya.

"Rana!"

Pikiran Rena terhenti saat suara panggilan tersebut memasuki pendengarannya, menoleh pada sumber suara mendapati Yasmine dan Hanni menghampirinya.

"Eh, lo kenapa?" tanya Hanni melihat almet yang melingkar di pinggannya, "Almet siapa tuh?"

"Gue tembus, ini almet Rakana,"

"Eh, lo nggak sadar emang?"

"Gue lupa kalau waktunya periode gue, tapi untung ada yang tau coba kalau nggak, udah malu banget pasti gue,"

"Lo bawa ganti nggak? Gue ada di loker, mau?" Yasmine menawarkan barang saat datang tamu, karena cewek itu memang selalu menyetok disana takut takut seperti ini. "Ada rok juga, kebetulan gue selalu nyiapin takut kejadian gini,"

"Nggak papa, gue bawa kok. Gue mau ganti baju olahraga punya Rakana juga, nih kunci lokernya," ujar Rena menunjuk kunci loker milik Rakana.

"Lo ada apa sama Rakana?" pertanyaan itu terlontar dari gadis yang baru datang, Shasha. "Rakana nggak bakal mudah kasih barang pribadinya apalagi ke lo yang jelas dia nggak suka banget!"

Rena kebingungan dengan ucapan Shasha, Rakana tidak suka pada kembarannya? kenapa bisa begitu? "Maksud lo?"

"Sha, lo salah kalau tanya ke orang yang nggak inget apa apa. Gue kasih tau aja mungkin Rakana ngelakuin itu bukan penebusan dosa dia selama ini," sahut Nancia. yang datang bersama Gladys dan Karanina.

"Gue nggak tau maksud kalian apa, dan soal hubungan gue sama Rakana juga bukan urusan kalian," balas Rena yang memilih pergi daripada nanti malah goyah.

Rena berjalan kearah loker Rakana, membuka loker tersebut untuk mengambil pakaian cowok itu, "Tak!" saat mengambil baju itu ada sesuatu yang jatuh.

"Tumben Kana nyimpen hape di loker?" gumam Rena mengambil ponsel tersebut, "Kok mati?" tambahnya saat berusaha menghidupkan ponsel tersebut.

A - ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang