Selama perjalanan pulang Evan terus meracau sambil melontarkan kata-kata candaan dengan Kael, sementara Kael mendiamkan Ashila, bahkan saat membeli ayam tepung ia tidak menawari Ashila, ia hanya membelinya untuk Evan.
Ashila takut, takut dengan sikap Kael yang tak biasa, mengingat selama ini semarah apa pun Kael tak pernah mendiaminya, dan ia mengerti bahwa kemarahan Kael sudah berada di ujung tanduk, namun berusaha menahannya di hadapan Evan.
"Ayah, kata bunda emang nenek sakit?"
"Iya, nenek dirawat di rumah sakit, ditemenin om Memet, nanti kita jenguk nenek."
"Bawa kambing ya Yah?"
Kael tertawa, "enggak lah, masa kambing dibawa ke rumah sakit?"
"Emang gak boleh?"
"Gak boleh."
"Kalau kambingnya sakit gimana? Kan harus dibawa ke rumah sakit, diperiksa dokter.. dokter dokter ini si Tika sakit demam! Infus infus! Gitu Yahh.."
"Evan duduk yang bener, nanti jatoh," tegur Kael dengan lembut, sebab Evan terus berdiri di sampingnya sambil memainkan telinganya.
"Ayah kenal om Zear?"
Ashila mencengkram tali tasnya saat Evan mulai membahas Zear, membuatnya semakin merasa takut.
"Kenal dong, om Zear itu dulu satu sekolah sama Ayah dan bunda. Evan kok bisa tau om Zear?"
"Evan juga sering main sama om Zear, Evan dibeliin baju iron man, sepatu, tas, robot, helikopter! Banyak deh!"
"Bukan bunda yang beliin buat Evan?" Tanya Kael dengan santai, ia sengaja mengorek informasi tentang Zearka di hadapan Ashila.
"Bukan! Kata bunda, bilang ke ayah dibeliin bunda gitu! Hahahaha biar ayah beliin mainan lagi buat Evan! Jadi banyak deh! Iyakan bunda?" Evan beralih mengecup wajah Ashila, namun Ashila menepis tangannya dengan lembut, Ashila memilih memandang keluar jendela tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Jadi Evan sering main sama Om Zear?"
"Sering! Setiap ayah pergi kuliah! Atau ayah pergi ke rumah nenek. Ayah tau gak Thomas yang gede itu? Tau kan Yah? Yang warna biru, Evan gak pernah keluarin!"
"Tau, kenapa sayang?"
"Itu dibeliin om Zear! Terus baju Spiderman yang udah gak cukup juga dibeliin om Zear, tapi Evan lupa! Evan masih bayi! Hahahahahahah!" Evan tertawa terbahak-bahak seolah yang ia ceritakan adalah hal lucu.
Kael terdiam sejenak dengan tangan yang mencengkram stirnya kuat-kuat, ia menahan diri untuk tidak menginjak pedal gas lebih keras, ada Evan yang harus ia jaga.
"Ayahhhh, ayah, ayah makan kecowa gak? Eheheh!" Racau Evan sambil memainkan bibir Kael.
"Kecowa gak bisa dimakan."
"Kenapa sih gak bisa?"
"Kecowa itu serangga yang gak bisa dimakan."
"Kalau sapi?"
"Sapi bukan serangga, itu hewan ternak, boleh dimakan."
"Om Memet hewat ternak bukan?"
Lampu merah menyala, Kael tertawa pelan sambil mengecup wajah Evan, "om Memet manusia, gak boleh begitu."
"Evan mau nyetir mobil kalau udah besar!"
"Iya, nanti kalau Evan udah besar ayah beliin mobil yang bagus, ayah bakal kasih apa pun buat Evan, asal Evan harus sayang sama ayah, harus nurut sama ayah."
"Iya iyaaa sayang ayah Kael ganteng! Emuachh!" Diakhiri dengan kecupan ringan di bibir Kael, Kael pun kembali melajukan mobilnya setelah lampu hijau menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare || Toxic Relationship + Lee Haechan ✔️
Romance[18+] [SELESAI] Semua karena Truth or Dare yang mereka mainkan, Kael memilih meminum bir ketimbang menjawab pertanyaan kejujuran dari temannya. "Truth or Dare, Hakkael?" Tanya Sena. "Truth." "Payah!" Ejek Shaka, namun Kael nampak tak peduli. "Seben...