19 || Apartment

3.1K 363 264
                                    

Sudah pukul 3 pagi, namun Kael masih setia duduk di kursi kamar Evan, memandang keluar jendela yang sengaja tirainya tidak ia tutup.

Sudah 4 tahun lebih ia menikah dengan Ashila, namun selama pernikahan ini berjalan ia tak bisa menebak jalan pikiran Ashila, ia tak menganggap Ashila sudah mencintainya, namun terkadang sikap Ashila menunjukan bahwa Ashila sangat mencintainya.

Entahlah, Kael bingung, ia tidak ingin berasumsi yang jelek-jelek tentang Ashila, namun kissmark di tengkuk Ashila membuatnya kesulitan untuk tidak berpikiran jelek.

Kael marah, Kael kecewa, namun ia berusaha menahan untuk tidak menunjukannya di hadapan Ashila, ia berharap apa yang ia pikirkan tidak benar adanya, tak terbayang jika Ashila benar-benar bermain di belakangnya, akan segila apa ia setelahnya.

"Ayah.."

Sontak Kael menoleh, Evan terbangun dan menghampirinya, duduk di atas pangkuannya dan memeluknya, "Evan mimpi dimakan Allucard."

Kael tersenyum kecil, "Bobo lagi, Allucard gak bakal berani makan Evan," bisiknya sambil mengusap punggung sempit Evan dengan lembut.

Hening untuk beberapa detik, tatapan mata Kael terlihat kosong dengan pikiran-pikiran buruk yang terus terlintas di otaknya.

"Ayah.."

"Tidur."

"Ayah kenapa di sini?"

"Tidur."

"Ayah, Evan sayang ayah."

"Ayah juga sayang Evan, Evan harus cepet tidur, biar besok bisa bangun pagi."

"Ayah sedih ya? Ayah— ayah lagi sedih, ayah mau makan daging kambing, tapi nenek masaknya ayam," racau Evan yang membuat Kael tertawa pelan.

"Ayah gak sedih."

"Ayah tau gak? Masa ada ayam yang bilang sama Evan, kalau bebek Evan jelek, jalannya geal geol."

Evan jika diladeni tidak akan berhenti berbicara, jadi Kael pura-pura tertidur, hingga Evan tak bersuara lagi. Tak lama kemudian Evan kembali terlelap dengan pulas.

Kael menghela napas lirih, ia berusaha untuk terlelap, namun benar-benar sulit, padahal nanti pagi ia ada urusan penting dengan rekannya.

**

Pagi-pagi Nazell keluar dari rumahnya, dan kebetulan orang yang ingin ia lihat baru saja mengeluarkan mobilnya dari pekarangan rumah.

"Ngapain?" Tanya Shaka setelah menurunkan kaca mobilnya tepat di depan rumah Nazell.

"Hati-hati, semoga lancar," sahut Nazell tanpa eskpresi, membuat Shaka tertawa keras.

"Tumben, seseneng itu gue mau move on dari lo?"

"Lo tuh aneh, gak biasanya ngomong gitu, jadi ya gue semangatin."

"Sini deh.."

"Ngapain?"

"Sini dulu, gue mau ngomong sesuatu."

Nazell pun mendekat, gerakan Shaka seolah ingin berbisik, namun nyatanya mencuri kecupan di bibir Nazell, membuat Nazell mengerang kesal.

"Jangan cium-cium sembarangan!" Omelnya sambil memukul lengan Shaka.

"Rutinitas yang gak bisa ditinggalin, gue pergi dulu.." sahut Shaka, kemudian ia melajukan mobilnya menjauh dari komplek rumahnya.

Nazell menghela napas lirih, sebenarnya semalaman ia terpikirkan dengan ucapan Shaka soal move on darinya, tak dipungkiri ia mendadak sedih, namun memang sudah seharusnya Shaka seperti itu, menunggunya hanya buang-buang waktu saja.

Truth or Dare || Toxic Relationship + Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang