Spam komen yuk!Jangan lupa Vote, makasih. 💚
**
Kael
"Bunda, Evan mau bilang! Masa motoran Evan dimainin sama anak-anak, kata ayah gak apa-apa, padahal Evan kesel! Itu mainan Evan! Mereka harusnya beli!"Kael melirik Evan yang baru saja mengirim pesan suara pada Ashila, ia tahu Evan kesal, dan ia tahu dirinya bersalah karena telah meminta Evan untuk mengalah.
"Maafin ayah, nanti ayah ambil motorannya," ucap Kael sambil meraih ponselnya dan menaruhnya di atas meja kamar, kemudian ia membawa Evan ke atas pangkuannya.
"Kenapa sih ayah tuh kasih pinjem mainan Evan ke orang lain terus! Kan Evan gak kebagian!" Omel Evan sambil menarik-narik kedua telinga Kael tidak terlalu keras.
"Kan ayah bilang, kalau main motoran di halaman belakang aja, soalnya di depan banyak anak-anak, kasian mereka cuma ngeliatin doang, jadi kasih pinjem sebentar."
"Tapi kan mereka bisa beli."
"Anak-anak yang di depan itu rata-rata dari keluarga yang kurang mampu, uangnya dipakai buat kebutuhan sehari-hari, jadi belum bisa beli. Makanya ayah saranin mainnya di belakang, soalnya Kasian kalau mereka liat dan pengen."
"Kenapa gak ayah beliin aja? Uang ayah kan banyak."
Kael tertawa, "banyak dari mana?"
"Kata Om Memet, kalau Evan mau jajan harus minta uang yang banyak sama ayah, soalnya Ayah uangnya banyakkkk bangettttt!" Sahut Evan yang terlihat begitu menggebu-gebu.
"Jadi ayah boleh beliin mereka motor-motoran kayak Evan?"
"Boleh! Biar gak pinjem punya Evan lagi."
"Oke, besok kita pergi buat beli motor-motoran lagi," sahut Kael yang setuju dengan saran dari Evan, mengingat sebelumnya ia tidak terpikirkan sama sekali.
"Pasti mereka bakal seneng!" Evan terlihat bahagia, dan Kael menganggukan kepalanya.
"Kapan kita pulang, Yah? Evan kangen bunda," tanya Evan dengan raut wajah yang mendadak sendu.
"Besok malem? Gimana?"
"Iya iya iya! Besok! Lagian kenapa sih bunda gak ikut?"
"Bunda gak sempet. Hmm ayah mau nanya sesuatu sama Evan boleh?" Tanya Kael sambil mengusap surai Evan dengan lembut.
"Apa ayah?"
"Evan lebih suka tinggal di sini atau di rumah?"
"Di rumah."
"Kenapa?"
"Soalnya ada bunda.."
"Tapi kan di sini ada ayah."
"Evan mau ada bunda."
Kael tersenyum kecil, "oh gitu, jadi kalau tinggal sama ayah doang gak mau ya?"
"Maksudnya mau sama ayah dan bunda! Nanti Evan sekolah, diantar ayah dan bunda kayak Lily!" Evan terlihat antusias, bahkan tertawa hingga kepalanya terdongak.
Kael memeluk Evan dengan penuh kasih sayang, ia begitu marah pada dirinya sendiri yang memperlihatkan bagaimana ia bersikap pada Ashila akhir-akhir ini, dan hal itu membuat Evan sempat sedih dan menganggapnya orang jahat.
**
Sesuai perkataan Kael, ia sungguhan membelikan 5 orang anak motor-motoran seperti Evan, mereka terlihat begitu senang, begitu pun dengan Evan yang bisa bermain bersama teman-temannya di halaman rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare || Toxic Relationship + Lee Haechan ✔️
Romance[18+] [SELESAI] Semua karena Truth or Dare yang mereka mainkan, Kael memilih meminum bir ketimbang menjawab pertanyaan kejujuran dari temannya. "Truth or Dare, Hakkael?" Tanya Sena. "Truth." "Payah!" Ejek Shaka, namun Kael nampak tak peduli. "Seben...