32 || Untuk selamanya

2.9K 334 364
                                    

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih 💚

**

Saat itu om Zear banyak memberi masukan padaku untuk bertemu ayah, om Zear bilang aku tidak boleh sedih saat melihat kondisi ayah, aku harus tetap tersenyum seperti biasanya agar ayah tidak merasa sedih.

Aku melakukan itu dengan terpaksa, anak sekecil aku sudah bisa menahan rasa sedih yang luar biasa, menahan tangis yang bisa pecah kapan saja.

Sungguh, aku menahan semua rasa sedih itu demi ayah, karena aku pikir benar kata om Zear, bahwa senyumku adalah obat untuk ayah.

Namun nyatanya bohong, penyakit ayah tidak ada obatnya.

Namun nyatanya bohong, penyakit ayah tidak ada obatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Shaka dengan telaten mengusap wajah Evan dengan air, ia juga membantu Evan menggosok gigi menggunakan sikat gigi yang baru saja ia beli, ia juga mengganti pakaian Evan dengan pakaian yang baru.

Raut wajah Evan terlihat begitu sendu saat ini, membuat Shaka merasa tak tega.

"Ahk!"

"Eh maaf, gak sengaja."

"Sakit, om! Belalai Evan kena resleting!"

"Iya iya maaf, om gak sengaja," ujar Shaka sambil meringis kecil, sebab ia tahu rasanya miliknya terkena resleting celananya sendiri.

"Jangan bilangin siapa-siapa ya? Nanti om diomelin, belalai Evan gak kenapa-kenapa kok," ujar Shaka lagi, dan Evan mengangguk patuh.

"Om, ayah kenapa sih? Kok tante Nazell nangis?" Tanya Evan saat Shaka menyisir surainya dengan rapi.

"Nahh udah ganteng, abis ini kita sarapan!" Shaka tersenyum puas dengan hasilnya, ia telah mengurus Evan hingga Evan terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Truth or Dare || Toxic Relationship + Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang