13 || Alzarevan

3.2K 377 321
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Ashila hanya diam, memandang keluar jendela dengan tatapan sendu, begitu pun dengan Kael yang tak bertanya kenapa Ashila menangis sepedih itu saat di supermarket.

Setibanya di basement, Kael keluar dari mobilnya, membuka pintu di samping Ashila hingga membuat Ashila terkejut.

"Jangan ngelamun," ujar Kael sambil tersenyum, tatapan mata Ashila mengarah pada kursi roda yang sudah tersedia di hadapannya.

"Aku tadi chat pak Idam buat siapin kursi roda, kayaknya kamu malam ini cape banget," ujar Kael sambil membantu Ashila untuk keluar dan mobil dan duduk di kursi roda tersebut.

"Tapi aku baik-baik aja."

"Katanya kaki kamu sakit."

"Belanjaannya gimana?"

"Nanti aku balik lagi buat ambil belanjaannya," sahut Kael dengan santai, ia menaikan kedua kaki Ashila ke atas pijakan kursi roda tersebut, kemudian mendorongnya memasuki lift.

Hening sejenak, mereka pun tiba di lantai 10, berjalan menuju unit nomor L10–1221.

"Kael.."

"Apa, sayang? Ada yang ketinggalan?" Tanya Kael sambil menghentikan langkahnya dan beralih menatap Ashila.

"Setelah aku lahiran, aku pengen temen-temen kita datang semua, harus komplit."

"Maksudnya Shaka, Sena, Nazell, sama Zearka?"

"Hm, boleh?"

"Boleh.. tapi aku masih gak enak sama Zear dan Nazell."

"Aku kangen mereka, harus komplit. Kalau salah satunya gak ikut, gak usah jadi."

Kael menghela napasnya, ia tersenyum sambil menatap mata Ashila lamat-lamat, "jangan nangis lagi, kalau ada masalah bilang, kalau ada yang kamu pengen bilang, aku bakal berusaha kabulin."

"Gendong.." lirih Ashila yang membuat Kael tertawa pelan, dan Kael sungguhan menggendongnya, membawanya masuk ke dalam mendudukan tubuhnya di atas sofa.

"Ashila.." bisik Kael saat Ashila memeluk lehernya dengan erat, seolah enggan untuk melepaskannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Kael lagi sambil mengusap pinggang Ashila, namun hanya terdengar suara isakan lirih di sana.

Kael yang merasa Ashila sedang tidak baik-baik saja pun beralih duduk di samping Ashila, membalas pelukan Ashila dengan lembut.

"Maafin aku, Kael.."

"Jangan pernah minta maaf, kamu gak salah apa-apa."

"M-maaf, maafin aku."

Kael tertawa pelan, ia melepaskan paksa pelukan Ashila dan menatap Ashila yang menangis lirih di hadapannya, "kenapa? Suka aneh kayak gini," tanyanya sambil mengusap jejak air mata di pipi Ashila.

"Aku bikin kamu kesel terus, jarang ngerjain kerjaan rumah, minta banyak hal, pokoknya nyusahin terus."

"Aku gak pernah ngerasa kayak gitu, aku tau kondisi kamu gak memungkinkan buat ngelakuin banyak hal. Dan gunanya aku di sini emang buat bahagiain kamu, jadi gak perlu ngerasa bersalah, sekiranya kamu gak bisa lakuin apa pun, aku selalu punya solusinya, gak usah dipikirin."

"Tapi kamu cape gara-gara aku."

Kael kembali tertawa, "enggak, aku mah kuat, suruh keliling lapangan sambil gendong kamu aja aku mampu, gak pernah cape."

"Serius Ish!" Ashila memukul lengan Kael.

Kael menangkup pipi Ashila dan mengecup bibirnya sejenak, "jangan minta maaf lagi, aku baik-baik aja, gak pernah ngerasa kerepotan sama sekali, aku seneng jalaninnya, asal kamu sehat terus."

Truth or Dare || Toxic Relationship + Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang