Pt. 4

843 87 4
                                    

Joshua tiba di kantor Seungcheol setalah mengendarai mobilnya selama kurang lebih 20 menit. Dia menyusuri lorong-lorong kantor yang sibuk, mencari staf resepsionis untuk meminta izin bertemu dengan Seungcheol. Saat Joshua sampai di meja resepsionis, ia dengan sopan bertanya, "Permisi, apakah Seungcheol sedang ada di kantor? Saya ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya."

Staf resepsionis memandang Joshua dengan ramah namun dengan hati-hati menjawab, "Halo, maaf sekali, tapi Pak Seungcheol sedang berada dalam rapat yang cukup penting saat ini. Dan apakah anda sudah membuat janji sebelumnya untuk bertemu dengan Pak Seungcheol?"

Joshua merasa sedikit kecewa, dia menggelengkan kepala. Menjawab bahwa dia belum membuat janji dengan Seungcheol. Namun, dia akan berusaha untuk bertemu dengan pria itu, karena masalah ini harus dibicarakan secepat mungkin dan secara langsung. Dia tidak ingin menunda-nunda dan berakhir menyesal nantinya.

"Saya benar-benar harus bertemu dengan Seungcheol. Apakah bisa saya menemuinya sebentar setelah rapatnya selesai. Paling lama 20 menit? Kumohon" pinta Joshua penuh harap.

Staf resepsionis merenung sejenak, melihat kedua mata Joshua yang memancar penuh harap, membuatnya tidak tega. Akhirnya, staf resepsionis mengangguk dan memberikan izin, "Baiklah, anda boleh menunggu di ruang tunggu di depan ruangan Pak Seungcheol disebelah sana. Jika Pak Seungcheol sudah selesai, dia akan segera menuju ke ruangannya" ucap staf itu sambil menunjuk ruang tunggu yang tidak jauh dari meja resepsionis.

Joshua mengucapkan terima kasih dan menuju ruang tunggu yang nyaman. Ia duduk dengan sabar, merenung tentang apa yang akan ia sampaikan kepada Seungcheol. Maksudnya bagaimana dia akan memulainya. Setelah beberapa saat yang terasa lama, pintu sebuah ruangan yang agak jauh dari Joshua namun masih dapat dilihatnya, terbuka dan ia melihat Seungcheol melangkah keluar dan berjalan menju ke arahnya. Saat mata mereka bertemu, Joshua mengulas senyum manisnya. Sementara Seungcheol mengernyit, dia bingung mengapa Joshua ada di kantornya.

"Joshua? Apa yang kau lakukan di kantorku? Bukankah kita sudah membahas semuanya di restoran tadi?" Tanya Seungcheol.

"Masih ada satu hal yang ingin aku sampaikan padamu?" Jawab Joshua.

Mata Seungcheol memincing "Baiklah, ayo masuk keruanganku" ucapnya. Namun dalam hati malas 'Apa lagi yang dia mau, Ya Tuhan'

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan Seungcheol. Joshua duduk di sofa yang ada disana dan Seungcheol duduk dihadapannya dengan ekspresi seriusnya. Dengan penuh keyakinan, Joshua mulai menjelaskan tujuannya kemari "Setelah kita menikah, aku ingin kita memiliki kamar tidur terpisah."

Seungcheol terkejut dengan permintaan tersebut. Ia mengernyitkan dahinya dan berpikir sejenak sebelum memberikan respons, "Tidakkah kita sudah sepakat untuk belajar saling mencintai?"

"Te-tetap saja itu perlu proses. Intinya, aku mau kamar terpisah" Ucap Joshua sedikit menekankan kalimatnya.

Seungcheol tidak langsung menerima permintaan Joshua. Bukan Seungcheol namanya jika dia tidak mendapatkan alasan yang masuk akal. "Bukankah dengan tidur bersama akan membuat proses itu semakin cepat?"

Joshua terkejut dengan jawaban Seungcheol. Bisa-bisanya Seungcheol memiliki jawaban seperti itu. Akan tetapi, Joshua sudah menyiapkan jawabannya. Tentu saja bukan jawaban alasan yang sebenarnya. Dia pun menjelaskan dengan bijaksana, "Seungcheol-ssi, aku sangat menghargai pandanganmu tentang tidur bersama berpotensi mempercapat proses belajar mencintai satu sama lain. Namun, aku juga percaya bahwa memiliki ruang pribadi adalah penting untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan kita. Ini bukan berarti aku tidak ingin belajar mencintaimu, tetapi aku ingin kita tetap memiliki identitas dan kebebasan individu"

Seungcheol merenung sejenak, mencoba memahami perspektif Joshua. Ia menyadari bahwa keinginan Joshua bukanlah sesuatu yang dilakukan dengan maksud menghindar, melainkan sebagai bentuk menjaga diri dan menghormati kebutuhan individu masing-masing. Namun, bukankah tadi di restoran Joshua memintanya untuk saling jujur dan terbuka? Kenapa omongan Joshua berubah-ubah seperti ini?

Submissive | CHEOLSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang