Sejak kejadian itu. Joshua merasa ada sesuatu yang disebunyikan oleh Seungcheol, karena setiap kali Joshua bertanya mengenai hal tersebut, pria itu selalu bilang tidak apa-apa. Yah, Joshua yakin sekali itu. Semenjak itu juga hubungan mereka agak merenggang. Seungcheol tidak lagi mengiriminya sebuah pesan atau telepon sekalipun hanya sekedar menanyakan kabar. Bukankah ini aneh? Seungcheol yang biasa menggodanya, kini menjaga jarak dengannya.
Joshua merasa bingung dan khawatir dengan perubahan sikap Seungcheol dalam dua hari terakhir. Ia mencoba memahami apa yang sedang terjadi, tetapi ketidaktahuan membuatnya semakin gelisah. Hatinya berkecamuk dengan kekhawatiran dan rasa cemas. Ia mencoba mengingat masa lalu yang mungkin berhubungan dengan bis dan Seungcheol, namun mengalami kesulitan dan merasa pusing yang semakin menjadi-jadi. Kepalanya terasa berat dan sakit.
Joshua merasa kesepian dan merindukan kehadiran Seungcheol. Ia merasa perlunya berbicara secara langsung dengan Seungcheol untuk mencari kejelasan. Dengan itu dalam pikirannya, ia mengambil telepon genggamnya dan menekan nomor Seungcheol.
Namun, sebelum dia menekan tombol panggilan, Joshua berhenti sejenak. Dia menyadari bahwa dalam menghadapi masalah, komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci. Dia menyadari pentingnya memberikan waktu dan ruang kepada Seungcheol, membiarkan waktu mengungkapkan kebenarannya.
Joshua menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan ketenangan. Dia tahu bahwa terkadang dalam hubungan, ada masa-masa di mana kesulitan dan jarak timbul. Dia memutuskan untuk memberikan waktu kepada Seungcheol dan menghormati privasinya.
Sambil menaruh teleponnya kembali di tempatnya, Joshua memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri. Dia mencoba mengisi waktu dengan kegiatan yang menyenangkan, membaca buku, mendengarkan musik, atau menulis di jurnalnya. Dia menggunakannya sebagai peluang untuk merenung, mengatasi kebingungannya sendiri, dan menenangkan pikirannya yang gelisah.
"Kau kenapa, hum?" tanya sang ibu yang muncul dari arah dapur sambil menghampiri Joshua.
Joshua seketika tersadar dari lamunannya dan menatap sang ibu yang sudah duduk disampingnya. Dia menghembuskan napas panjang "Ibu, apa sebelumnya Jisoo pernah bertemu dengan Seungcheol?"
Sang ibu terlihat sedikit terkejut dan tegang saat putranya bertanya tentang pertemuan dengan Seungcheol. Ia mencoba menyembunyikan kecemasannya dan menjawab dengan cermat, "Jisoo, apa yang membuatmu bertanya seperti itu? Apa ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?"
"Seungcheol bersikap aneh setelah Jisoo menceritakan tentang kecelakaan itu. Dia benar-benar sangat terkejut, bahkan hingga membuatnya sulit bernapas" jawab Joshua "Dia juga bilang, bagaimana jika dia tidak bisa bertemu dengan Jisoo lagi. Bukankah itu aneh? Maksud jisoo, kita barusaja bertemu. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan 'lagi'?" lanjutnya yang membuat sang ibu diam beberapa detik.
"Ibu juga tidak mengerti, mungkin sebelumnya kau mengenal Seungcheol?" ucap sang ibu.
"Apa sewaktu Jisoo ada di Korea ibu tidak mengenal teman-teman Jisoo?" tanya Joshua lagi.
Sang ibu meneguk ludah dengan sulit "Entahlah, ibu sudah lupa" jawabnya lalu pergi meninggalkan Joshua, menghindari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan padanya, yang tidak bisa ia jawab dengan benar. Dia tidak ingin Joshua memaksakan diri untuk mengingat masa lalu setelah kejadian itu. Terlebih, akhirnya sekarang Seungcheol mengetahui tentang kecelakaan itu.
.
.
Tok tok tok
Mingyu memasuki ruangan Seungcheol dengan hati-hati, tidak ingin mengganggu konsentrasi pria tersebut. Ia melihat Seungcheol tengah sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop. Mingyu memutuskan untuk duduk di dekatnya dan menunggu Seungcheol selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Submissive | CHEOLSOO
Hayran KurguSeungcheol menyukai ketika Joshua tersenyum manis kepadanya. Namun, pada akhirnya dia sendiri juga yang menghancurkannya. Seungcheol tidak pernah melihat lagi senyum itu. Entah apakah dia bisa mengembalikan senyum manis suaminya itu atau justu hilan...