Pt. 8

912 82 2
                                        

Setelah puas berkeliling di Guri Hangang Park. Seungcheol dan Joshua memutuskan untuk pulang setelah Joshua mengatakan sudah lelah dan merasa bosan.

"Kita cari makan dulu sebelum pulang, hum?" tanya Seungcheol yang mendapat anggukan dari Joshua sebagai bentuk persetujuan.

"Dan minum soju?" ucap Joshua menambahkan.

"Kau mau?" tanya Seungcheol meyakinkan. 

Joshua kembali mengangguk "Hm" gumamnya.

Akhirnya mereka pergi mencari restoran atau kedai makan sebelum melakukan perjalanan pulang. 

"Aku dengar ada restoran bagus di Guri, kau mau ke sana?" tanya Seungcheol memberi saran.

"Boleh. Lagipula aku tidak mengenal tempat ini" jawab Joshua.

 Setelah beberapa saat, mereka tiba di restoran yang disarankan oleh Seungcheol. Restoran itu terletak di tengah kawasan yang ramai, dengan suasana yang hangat dan mengundang. Mereka memarkir mobil dan masuk ke dalam. Cahaya yang terang membuat rambut Joshua terlihat berwarna merah maroon.

"Rambutmu berubah warna terkena cahaya" ucap Seungcheol yang membuat Joshua menyentuh rambutnya. Namun, tidak merespon apapun.

Seungcheol dan Joshua duduk di meja yang nyaman, meletakkan pesanan mereka kepada pelayan yang ramah dan melanjutkan percakapan mereka.

"Apa kau menyukai perjalanan hari ini?" tanya Seungcheol.

"Ya, aku sangat senang. Terimakasih untuk hari ini" jawab Joshua sambil tersenyum manis.

Seungcheol ikut tersenyum mendengar respons Joshua. Dia merasa hatinya berdebar lebih kencang, menyadari bahwa perasaannya terhadap Joshua masih ada dan semakin kuat.

"Aku juga merasa senang, Joshua. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu dan melihatmu tersenyum seperti ini" ucap Seungcheol mengingats sambil mengingat masa lalunya.

Flashback 12 tahun lalu (Sc = 21 thn & Js = 17 thn)

Joshua duduk sendiri di sebuah halte di Seoul dan terlihat kebingungan. Meskipun sudah mencoba naik setidaknya lima bis, ia merasa seperti hanya berputar-putar tanpa arah yang jelas. Rasa putus asa mulai merasuki dirinya, menyalahkan sikap percaya diri yang terlalu tinggi ketika ia meminta paman Kim untuk meninggalkannya sendirian di kota yang baru ia kunjungi.

Kini uang tunai yang diberikan oleh paman Kim sudah habis dan ponselnya juga mati. Joshua merasa terperangkap dan tidak tahu harus berbuat apa. Bahasa Korea yang tidak begitu lancar membuatnya kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang-orang sekitarnya. Setiap kali ia mencoba meminta tolong, orang-orang selalu menghindarinya dengan alasan kesibukan dan waktu yang sempit. Ketidaklancaran bicaranya hanya memperparah situasinya.

Joshua merenung sejenak, mencoba mengumpulkan pikiran dan mengendalikan kecemasan yang merayap di dalam dirinya. Ia tahu bahwa ia harus tetap tenang dan mencari solusi. Dengan langkah-langkah ragu, ia memutuskan untuk mencoba hal-hal berikut:

Dengan langkah hati-hati, Joshua meninggalkan halte dan berjalan mencari tempat yang lebih ramai. Ia berharap akan menemukan pusat perbelanjaan, stasiun kereta api, atau pusat informasi turis. Di tempat-tempat seperti itu, kemungkinan untuk menemukan orang-orang yang lebih bersedia membantu mungkin akan lebih tinggi.

Akan tetapi, untuk menemukan pusat perbelanjaan dan stasiun kereta api ataupun pusat informasi turis tidak semudah yang dia bayangkan. Dia pikir posisinya berada jauh dari temapat-tempat itu.

"I'm done" ucap Joshua.

Namun, Joshua tidak ingin menyerah begitu saja. Joshua melihat sekumpulan mahasiswa yang sedang bercanda akan melewatinya. Dengan berani bercampur putas asa, Joshua mendekati mereka.

Submissive | CHEOLSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang