Pt. 14

800 56 2
                                    

Selama seminggu berbulan madu di Los Angeles, Seungcheol dan Joshua menjadi semakin dekat seperti pasangan yang saling mencintai. Mereka telah melewati momen-momen indah bersama, menikmati keindahan kota, dan mendalami hubungan mereka. Bahkah kini mereka memutuskan untuk berbagi kamar bersama sekalipun nanti sudah berada di Seoul. Yah, tidak ada lagi kamar tidur terpisah. Joshua yang memintanya. Dia mengungkapkan bahwa ia tidak ingin lagi memiliki kamar tidur terpisah. Lucu memang melihat perubahan ini, karena pada awalnya Joshua yang meminta kamar tidur terpisah, namun sekarang ia merasa bahwa kehadiran Seungcheol begitu berarti baginya. Sebelum tidur mereka selalu menyempatkan untuk melakukan pillow talk. Dalam momen itu, mereka memperdalam pemahaman satu sama lain dengan cara yang tak tertandingi. Dalam cahaya redup, kata-kata lembut mereka mengalir, mengungkapkan rahasia-rahasia terdalam dan mimpi-mimpi yang hampir terlupakan. Dalam keheningan yang nyaman, mereka saling mendengarkan dengan sepenuh hati, membuka pintu ke dalam lubuk-lubuk hati mereka yang tersembunyi. Seperti saat ini.

Joshua merasa berat hati saat menyadari bahwa besok mereka harus kembali ke Seoul, meninggalkan kenyamanan Los Angeles. Ia duduk di atas ranjang, memeluk erat gulingnya, seakan mencari sedikit kenyamanan dalam objek itu.

"Tidak terasa besok kita harus kembali ke Seoul," ucap Joshua dengan suara lembut, suara yang terdengar terhanyut dalam rasa sedih yang merasukinya.

Seungcheol duduk di sampingnya, menatap Joshua dengan ekspresi campuran antara penyesalan dan kekhawatiran. Ia mengerti perasaan Joshua, tetapi pekerjaannya menuntutnya untuk kembali ke Seoul.

"Mau bagaimana lagi? Aku harus bekerja, Mingyu sudah menerorku berulang kali," jawab Seungcheol dengan suara yang terdengar berat, seolah melempar beban tanggung jawabnya ke dalam kalimat tersebut. Ia merasa bersalah karena tidak dapat menghabiskan waktu lebih lama bersama Joshua.

Joshua meresapi kata-kata Seungcheol dan setelah sejenak merenung, ia melanjutkan dengan suara yang sedikit tercekat, namun penuh pengertian, "Hm, aku mengerti. Kita bisa kan kembali lagi lain waktu?"

Seungcheol mengangguk perlahan, "Tentu" jawabnya dengan suara lembut.

Joshua mengubah posisinya, berbaring di samping Seungcheol, dan dengan lembut menyandarkan kepalanya pada lengan kokoh pria itu. Matanya terfokus menatap wajah Seungcheol yang penuh dengan cinta dan kehangatan. Dalam diam, Joshua merasakan detak jantung Seungcheol yang stabil, mengingatkannya akan kehadiran yang kokoh dan nyaman.

Seungcheol sesekali membelai dan mencium surai Joshua yang lembut dan wangi. Rasanya menenangkan. Seungcheol menyukainya. Merekapun akhirnya terlelap dan pergi ke alam mimpi masing-masing.

.

.

Siang itu, suasana di bandara Los Angeles terasa sibuk. Seungcheol dan Joshua telah sampai di terminal keberangkatan untuk penerbangan menuju Seoul, Korea Selatan. Meskipun berat meninggalkan Los Angeles, tapi mereka harus kembali ke Seoul.

Keduanya berjalan berdampingan dengan Seungcheol yang menggenggam erat tangan Joshua dan tangan yang satunya membawa koper. Seminggu di Los Angeles terasa singkat  bagi mereka. Yah, mereka sangat menikmati waktu disini, karena itu waktu terasa begitu cepat bagi mereka. 

"Besok pagi kau tidak akan langsung pergi bekerja kan?" tanya Joshua.

Seungcheol berpikir sejenak. Mungkin Joshua akan keweca jika mengetahui bahwa besok dia harus sudah berangkat bekerja. Mingyu tadi pagi menelponnya dan mengingatkan tentang rapat dengan klien penting besok pagi.

"Aku harus berangkat bekerja, tadi pagi Mingyu sudah menelponkku lagi" jawab Seungcheol dengan nada was-was.

Joshua melepas genggaman tangan Seungcheol lalu menghembuskan napas panajng "Apa kau bercanda? Kita bahkan baru sampai jam lima pagi" gumamnya dengan mempoutkan bibir.

Submissive | CHEOLSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang