Chapter 1: Inneffable.

18 1 0
                                    

Chapter 1: Ineffable.

"Too great to be expressed in words."

_____

"Karena lagi bucin Andrew Garfield, jadi kita ikut lomba ini."

Halwa menekan ikon published pada layar laptopnya dan cerita yang ia tulis selama tiga bulan itu, kini telah di publikasikan. Ia tak berharap untuk mendapatkan juara, ia hanya ingin memanfaatkan momen lomba tersebut untuk mendapatkan beberapa pembaca. Pembaca yang sudi untuk membaca ceritanya. Cerita yang ia buat dengan persiapan penuh serta riset yang tak sebentar. Sebenarnya, itu adalah fiksi penggemar Harry Styles namun ia rubah menjadi fiksi penggemar Andrew Garfield karena ia tengah bucin pada Spiderman London tersebut.

Setidaknya, meski cita-citanya untuk menjadi penulis tak terwujud, ia masih bisa untuk meluangkan waktu menulis. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri jika ia bisa menghasilkan karya yang baik. Cukup sekali mimpinya menjadi seorang Psikolog tak terwujud. Ia ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang penulis terwujud, meski tak memiliki ribuan pembaca.

Sekarang, ia harus bekerja karena ini adalah pekerjaan yang cukup menjanjikan untuknya dan juga finansial nya agar tak jatuh terlalu lama. Menjadi seorang model iklan dan kosmetik di media sosial. Jika saat masih sekolah dulu ia tersinggung dengan ucapan temannya yang seperti ini, "Enak ya kamu cantik, cuma modal tampang doang." Kini, ia menunjukkan pada temannya bahwa ia lebih dari sekedar modal tampang.

Dalam bidang ini, tak hanya modal tampang tapi juga kreativitas serta skill yang mumpuni.

"Di pikir mikir ide iklan, proses pengambilan vidio dan editing itu gampang apa. Jelas pakai otak lah. Kalo gak ada skill, mana bisa ngandelin tampang. Mikir kan pakai otak, gak pakai wajah," kesal Halwa sembari meletakkan laptop di atas kasur.

"Di usia dua puluh lima tahun ini, aku benar-benar memulainya dan alhamdulilah bisa berada di titik ini. Ini semua gak mudah, terlebih masih ada halangan dari ayah untuk karir ini. Gak pa-pa, fokus aja biar nanti makin besar namaku." 

Halwa membereskan beberapa makeup yang berantakan di atas meja rias. Ia baru saja melakukan pengambilan vidio untuk iklan produk lip tint. Ia tinggal mengedit vidio tersebut kemudian mengirimkannya kepada klien. Apa sudah sesuai dengan keinginan mereka atau belum.

Halwa sendiri tak menyangka ia akan menjadi seorang Beauty influencer serta model iklan. Ia melakoni pekerjaan ini karena melihat ada peluang untuknya. Terlebih saat ia bertemu dengan Freddie Wang, seorang Bos Agensi Entertainment. Saat tiba-tiba mendapatkan tawaran untuk menjadi seorang model, ia takut itu aksi penipuan. Namun setelah ia mencari tau, ia mengambil tawaran tersebut. Itu karena ia butuh uang banyak untuk biaya kuliah adiknya dan membayar hutang.

"Eh, jadi ikut lomba itu," tanya Freddie pada Halwa ketika perempuan itu baru saja mempromosikan ceritanya di Instagram-nya. Tentu saja, itu akun Instagram khusus untuk memposting karya tulisnya.

Halwa mengangguk, kemudian menyahut tisu yang ada di atas meja untuk mengelap keringat yang ada di hidungnya. "Iya, Ko. Meski pun gak menang atau pun dapat pembaca banyak, setidaknya cerita ku ada yang baca."

Freddie tersenyum lembut, menepuk-nepuk pundak Halwa. Pundak yang menampung beban berat dan beruntungnya Tuhan memberikan kekuatan lebih pada pundak itu. "Kita mulai berangkat sekarang, manajer kamu udah nunggu," ajak Freddie dengan berjalan terlebih dulu.

Halwa menatap wajah ayunya pada layar ponsel lalu tersenyum penuh percaya diri. Ia harus memberikan performa yang sangat baik untuk pekerjaan ini. Ini satu-satunya yang dapat ia harapkan untuk memperbaiki hidupnya. Tujuannya adalah membesarkan namanya dan mengumpulkan aset untuk keluarganya.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang