Chapter 13: Dystychiphobia.

6 1 0
                                    

Chapter 13: Dystychiphobia.

"The fear of hurting someone."

__________

Warna-warni kaos yang dikenakan oleh orang-orang saat car free day membuat Halwa tersenyum. Ia mengabsen beberapa warna yang matanya lihat dan ia paling suka warna hitam. Ia mengkalkulasikan jika warna hitam lebih banyak dari warna lainnya. Ia dan Hilmi juga mengenakan pakaian olahraga berwarna hitam juga. Untuk kedua kalinya, pakaian mereka memiliki warna senada bahkan style mereka pun sama.

Ada beberapa pilihan untuk olahraga saat car free day. Mulai dari bersepeda, lari pagi, senam bersama dan sekedar jalan santai. Ia dan Hilmi memilih untuk lari santai bersama beberapa rombongan bapak-bapak. Hilmi bilang, bersama rombongan bapak-bapak jauh lebih asik daripada bersama rombongan ibu-ibu. Halwa menurut saja karena ini kali pertama baginya berbaur seperti ini.

Inilah yang dinamakan hidup bermasyarakat yang sesungguhnya karena selama ini Halwa hanya duduk berdiam diri di kurung dalam rumah.

"Kamu sering olahraga, ya? Kelihatan banget badan kamu fit dan cukup kuat lari satu kilometer," ucap Hilmi sembari menyentuh kedua lututnya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Mas tunggu di sini dulu, aku beli minum di adik itu bentar." Halwa menepuk pundak Hilmi pelan kemudian berjalan meninggalkan Hilmi. Menuju adik kecil perempuan dan laki-laki yang sedang berjualan minuman.

Hilmi yang ditinggal Halwa sendiri pun beralih untuk duduk di samping trotoar karena capek berlari. Ia menunggu Halwa yang masih membeli air minum dan gadis itu terlihat bercengkrama cukup akrab dengan anak kecil yang berdagang itu. Bibir Hilmi tersenyum melihatnya dan dengan gerak refleks, ia mengambil ponselnya lalu memotret Halwa bersama dua pedagang kecil tersebut. Ia mengirimkan foto Halwa tersebut kepada Bunda-nya dengan keterangan meminta pendapat akan sosok Halwa.

Tanpa Hilmi sadari karena sibuk pada layar ponsel, Halwa sudah kembali dan ikut duduk di sampingnya sembari menyodorkan air mineral padanya. "Di minum dulu biar gak dehidrasi," suruh Halwa karena air mineral yang ia sodorkan belum di terima oleh Hilmi.

Hilmi yang tertegun langsung meletakkan ponselnya di atas paha dan menerima botol air mineral tersebut. "Terima kasih dan habis ini kita mau kemana?'' Sejak awal, Hilmi sudah mengambil inisiatif yang matang untuk menghabiskan waktu bersama Halwa. Selagi perempuan itu berada di Jakarta.

Halwa masih belum menjawab karena sibuk meminum air mineral sampai tinggal setengah. Kemudian ia menatap ke arah kumpulan para pesepeda, seakan ia mengenal salah satu dari mereka. Namun ia menepis itu dan beralih untuk menjawab pertanyaan dari Hilmi. "Mau makan Soto Betawi," jawab Halwa mantap dan itu salah satu wish list Halwa saat berada di Jakarta.

"Bentar, aku tanya Kevlar dulu. Dimana Soto Betawi langganan dia yang katanya enak itu. Soalnya kemarin dia ngajak Jeff ke sana dan kata Jeff enak banget." Hilmi langsung melakukan panggilan telepon kepada Kevlar sedangkan Halwa mengalihkan perhatiannya pada anak perempuan yang duduk di dalam kereta bayi.

Karena Halwa suka sekali dengan anak kecil, ia mengeser posisinya untuk mendekati anak perempuan itu beserta Ibu-nya. "Hallo, adek cantik," sapa Halwa pada anak perempuan itu dan anak itu menatap Halwa dengan senyum sekaligus binar.

"Hallo kakak," jawab Ibu dari anak itu dengan ramah.

"Kalo boleh tau, umur berapa adeknya Bunda," tanya Halwa lagi sambari menggoda anak kecil itu dan anak kecil itu nampak riang gembira dengan tawa yang renyah.

"Baru umur delapan bulan, Kak." Ibu dari anak itu menjawabnya dengan senang hati dan ikut tersenyum tatkala anaknya tertawa karena di goda oleh Halwa.

Anak kecil yang imut mengemaskan itu menunjuk jepit rambut Halwa dan mengambilnya dari rambut Halwa. Ia nampak kegirangan karena mendapatkan jepit rambut tersebut. Sedangkan Ibu-nya panik karena anaknya mengambil jepit rambut orang lain.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang