Chapter 2: Eccedentesiast.

16 1 0
                                    

Chapter 2: Resign: Eccedentesiast.

"Someone who hides pain behind a smile."

______

Halwa merentangkan kedua lengannya setelah menutup mulutnya karena menguap. Perempuan itu kemudian mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Begitu melegakan, seakan pegal-pegal yang ada pada tubuhnya hilang terbawa bunyi barusan. Ia menutup mulutnya lagi dengan punggung tangan kiri karena kembali menguap untuk yang kedua kalinya. Kedua matanya terlihat sayu. Sangat membutuhkan tidur siang namun ia tak bisa melakukan itu karena harus melakukan pemotretan lagi.

Sebuah Hot Latte datang beserta Puding Kiwi yang diberi toping Saus Stroberi. "Menu siang ini biar gak ngantuk. Kamu gak biasa makan siang kan, ini aku kasih Puding Kiwi biar seger. Sama Latte soalnya Ko Freddie bilang kamu punya riwayat Gerd. Lumayan bisa ngilangin ngantuk Latte-nya."

Senyum Halwa mengembang menatap Clara, selaku manajernya. Perempuan yang usianya lebih tua dua tahun darinya. "Makasih ya, Mbak. Tau aja kalo aku suka Kiwi." Ia memang menyukai buah Kiwi namun tak bisa sering memakannya.

"Tadi Ko Freddie bilang mau ke sini bentar. Mau ngomong sesuatu sama kamu katanya." Clara mengatakannya setelah meneguk Kopi Luwak yang aromanya sangat menggoda keimanan Halwa.

Dengan mengendus aroma Kopi Luwak yang begitu khas serta sangat tajam, Halwa meneguk Hot Latte sembari membayangkan bahwa itu adalah Kopi Luwak. Sebagai pecinta kopi, Halwa mudah tergoda oleh aroma kopi yang begitu khas. Namun karena penyakit Gerd, ia harus menghindari kopi jika ingin bernapas dengan lancar.

"Iya Mbak. Jadi deg-degan aku, kira-kira mau ngomong apa, ya Mbak," tanya Halwa pada Clara yang tersenyum gemas akan pertanyaan Halwa barusan.

"Mungkin kamu dapat tawaran khusus dari Gucci kali, karena kemarin kamu pamer beli parfum Gucci Harry Styles," canda Clara dan itu membuat dua perempuan itu tertawa.

Halwa tak ada niat pamer parfum Gucci yang di iklankan oleh Harry Styles. Ia hanya ingin menunjukkan, seperti apa wangi parfum tersebut. Disamping itu, ia melakukannya untuk mendukung Harry Styles. Selain bekerja untuk menafkahi keluarganya, ia bekerja untuk memberi makan kebahagiaan batinya. Yaitu, dapat mendukung Harry Styles.

"Siapa tau Harry lihat vidio ku di Instagramnya. Siapa tau lewat gitu tiba-tiba di Reelsnya," kata Halwa dengan wajah penuh harap tapi ia sadar jika itu tidak mungkin.

"Bentar, ini klien minta ketemu sekarang. Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana. Habisin ngemilnya nanti Ko Freddie ke sini." Pesan Clara sebelum berdiri dari duduknya pada Halwa.

Jempol Halwa melayang di udara setelah itu ia mengangguk. Tak dapat menjawab karena masih menguyah Puding.

Dalam kesendiriannya di kafe pada siang hari seperti ini, membuat Halwa teringat akan dirinya yang dulu. Dulu sebelum keluar dari kantor, jam segini ia akan duduk di kursi kantor dengan melamun. Melamunkan masa depannya yang gamang. Ada banyak hal yang ingin ia lakukan namun di batasi. Ada sebuah mimpi yang ia kubur dalam dan merubah kembali rencana hidupnya berulang kali. Jika diresapi oleh hati nurani, ia tak menyangka tumbuh menjadi perempuan sekuat ini. Meski pada akhirnya ia kalah dan menderita Gerd. Tapi, ia tak berhenti hanya di situ. Ia kembali belajar dan mencari peluang hingga sekarang bisa duduk di kafe ini.

Terlalu banyak koma yang ia lewati hingga ia sekarang berada di titik ini. Ia berharap tak akan kehilangan harap lagi. Ia harus berani untuk menjalani hidup. Berani hidup adalah wujud dari rasa syukurnya kepada yang Maha Kuasa.

"Gimana rasanya resign dari kantor? Udah satu bulan pasca resign, ada perubahan, gak?" Halwa langsung menoleh ke arah Freddie yang melontarkan pertanyaan. Ia melihat Bos barunya itu duduk berhadapan dengannya dan entah sejak kapan duduk di sana. Sedari tadi ia sibuk melamun jadi tak sadar kapan datangnya.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang