Chapter 34: Florescence.

7 1 0
                                    

Chapter 34: Florescence.

"A state or period of being in bloom."

_______

Suara musik dangdut koplo memenuhi telinga, membuat beberapa orang ikut bersenandung sembari menunggu makanan mereka di antar. Menikmati panasnya kota Surabaya dengan semangkok bakso dan es degan menjadi pilihan para pengunjung warung bakso. Terlihat beberapa pekerja yang masih mengenakan seragam pabrik, duduk bergerombol di sisi kanan. Menikmati semangkok bakso dengan kerupuk serta lontong. Di bagian sisi tengah, ada beberapa anak sekolah SD yang makan bersama ibu mereka.

Sedangkan Hilmi dan Halwa duduk di dekat pintu warung, membelakangi jendela. Perut mereka sudah terisi semangkok bakso dengan es degan yang menghapus dahaga. Mereka datang makan bersama tiga sahabat Halwa beserta anak-anak mereka. Membuat Hilmi merasa terhibur akan kehadiran tiga bocah laki-laki yang usianya beriringan itu.

"Habis ini langsung balik ke Jakarta atau mau keliling dulu," tanya Riri pada Halwa yang mengelap bibirnya menggunakan tisu basah yang ia bawah sendiri.

"Keliling dulu sih, sekalian liburan sama cari inspirasi buat lagu," jawab Halwa dengan melihat pantulan dirinya di kaca kecil milik Sefa.

"Uh, suka banget lipstiknya awet gak pudar," celetuk Halwa riang dan membuat Hilmi yang tadinya asik mengoda tiga bocah laki-laki itu menoleh ke arah istrinya.

Saat Sefa akan menyahuti celetukan Halwa, terdengar suara ban truk meledak dan membuat beberapa orang yang ada di dalam warung terkejut. Terutama anak Sefa yang langsung menangis karena terkejut. Membuat Sefa langsung menggendong anaknya untuk menenangkan putranya tersebut.

"Pulang aja, yuk. Kasihan anak-anak udah capek kelihatannya," ajak Halwa karena melihat wajah kantuk di tiga bocah itu.

"Yaudah, nanti kita kumpul lagi. Soal resepsi, kita usahakan datang. Soalnya jauh di Jakarta," ucap Deva sembari memakaikan jaket kepada putranya.

Halwa mentoel-toel pipi anaknya Sefa yang sudah berhenti menangis. "Iya, semoga anak-anak pada sehat biar bisa dateng," ucap Sefa sembari memasangkan topi di kepala putranya.

Sedangkan Riri sibuk mengejar anaknya yang menghampiri sekumpulan anak kuliahan yang tengah menunggu pesanan mereka. Membuat Hilmi tertawa akan tingkah putra Riri tersebut. Halwa yang memperhatikan Hilmi tertawa akan tingkah putra Riri tersenyum. Dalam batinnya, ia mengutarakan do'a agar suatu hari nanti, mereka dapat diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak. Baik itu anak laki-laki mau pun perempuan, akan mereka sayangi dan jaga dengan tulus dan memberikan yang terbaik.

Setelah momen makan bakso bersama, mereka berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan Hilmi dan Halwa memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju Tunjungan untuk menghabiskan sore hari sampai malam hari di sana. Mereka juga sudah membawa baju ganti yang di letakkan di kursi belakang. Sebenernya ini ide Hilmi dan untuk mandi sore, mereka bisa mandi di masjid sembari sholat ashar.

Dua hari ini, mereka melakukan hal tersebut karena sekali jalan agar tak memakan banyak waktu jika pulang terlebih dahulu. Selesai mengurus dokumen dan tes kesehatan, mereka melanjutkan perjalanan untuk keliling Surabaya. Mengunjungi tempat yang ingin mereka kunjungi berdua.

Selama di Surabaya, mereka dipinjami mobil milik Freddie yang tak digunakan. Mereka sangat berterima kasih untuk hal itu karena dengan itu, mereka tak perlu melakukan rental mobil. Cukup menganti bahan bakar mobil yang dipinjami oleh Freddie.

"Teman-teman kamu itu unik-unik, ya. Riri yang paling rame dan super humble. Sefa yang ekstrovert banget. Terus Deva yang pendiem banget dan kayaknya dia yang paling pendiem di genk kalian." Komentar Hilmi akan para sahabat Halwa yang dua kali ini ia temui. Ia sudah cukup akrab dengan Riri dan Sefa karena mereka ekstrovert sedangkan Deva sangat pendiam dan kalem.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang