Chapter 5: Ukiyo.

8 0 0
                                    

Chapter 5: Ukiyo.

"Living in the moment detached from the bothers of life."

________

From: hilmiprananta@gmail.com
To: halwaaira@gmail.com

Selamat malam penulis Sunzarry, saya harap Anda dalam kondisi baik setelah melihat keributan di media sosial. Netizen itu tidak tau seberapa cantik dan indah tulisan Anda jadi berkomentar negatif. Anda tenang saja, kami akan membereskan masalah ini.

Terima kasih sudah menulis cerita yang indah dan Anda memang layak untuk mendapatkan juara. Sampai bertemu nanti, penulis Sunzarry.

Best regard

Hilmi Prananta and team

Halwa membaca surel masuk dari Hilmi, pria yang tadi sempat diceritakan oleh Javin. Pria yang banyak menulis komentar afeksi dalam cerita yang ia tulis. Ia tersenyum membaca pesan tersebut dan langsung salah tingkah karena ini kali pertama baginya mendapatkan pesan seperti ini dari orang penting seperti Hilmi. Saking salah tingkahnya, ia sampai menjatuhkan tabletnya di atas kasur dan mengabaikan surel masuk dari klien. Ia malah menutup wajahnya dengan bantal untuk meredam teriakan bahagianya.

Setelah lima menit salah tingkah, ia mulai mengambil tablet tersebut dan membuka kotak masuk untuk membalas pesan dari Hilmi. Ia mengetuk-ngetuk layar tabletnya untuk memikirkan balasan yang baik dan benar serta pantas untuk seorang komposer sekaligus juri lomba yang telah memilih karyanya. Setelah mendapatkan referensi kata yang otaknya berikan, ia mulai mengetikan pesan balasan untuk Hilmi.

To: hilmiprananta@gmail.com
From: halwaaira@gmail.com

Terima kasih Mas Hilmi, terima kasih sudah membaca karya saya serta memberikan apresiasi untuk karya saya. Saya sangat senang saat membaca surel dari Mas Hilmi. Saya berharap, kita bisa bertemu secara personal untuk mengucapkan rasa terima kasih.

Halwa langsung mengirim pesan balasan itu kepada Hilmi dan hampir saja ia kelepasan untuk membahas spam afeksi yang Hilmi berikan. Jika itu sampai terjadi, Hilmi akan bertanya, darimana ia tau akan spam afeksi serta akunnya tersebut. Tidak mungkin jika ia menjawab tau dari Javin. Itu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tak ingin ia jawab atau jelaskan.

Ngomong-ngomong soal Javin, laki-laki itu baru saja mengirim makanan untuknya melalui ojek online. Seperti biasa, setelah makanan sampai, pria itu menghubunginya melalui panggilan telpon untuk menanyakan apakah sudah makan serta menemaninya makan. Sebenarnya, Javin ingin melakukan panggilan vidio tapi Halwa tak berkenan jadi hanya panggilan telpon.

Jika ditanya, apa hubungannya dengan Javin maka jawabannya hanyalah teman. Teman jauh yang begitu mendukungnya bahkan melebihi dukungan dari teman-teman dekatnya. Ia terharu pada Javin, dimana pria itu mengunduh Wattpad serta membuat akun Wattpad untuk membaca karya-karyanya. Jika teman-temannya kagum akan konten kecantikan yang ia buat maka Javin kagum akan karya sastra yang ia tulis. Tak hanya itu, Javin juga selalu berkomentar pada postingan di media sosialnya. Entah itu tentang tulisan atau pun konten kecantikan yang ia unggah.

Javin adalah sosok yang Halwa butuhkan dalam hidupnya tapi hatinya tak bisa berbohong jika ia tak mencintai pria itu. Seharusnya, hatinya bisa menerima cinta Javin namun hatinya tetap membeku seperti es yang tak dapat cair.

"Kenapa jadi mikirin Javin, sih," gumam Halwa kemudian membereskan meja riasannya yang berantakan.

Tangan Halwa meletakkan kuas yang baru saja ia cuci dan sudah kering itu pada tempatnya. Kemudian tangannya meraih ponselnya yang bergetar, ada dua pesan masuk. Satu dari Javin dan satu dari nomor tak dikenal. Namun ia bisa membaca dari pop up bar jika itu pesan dari Hilmi. Tanpa pikir panjang, ia lebih memilih untuk membuka pesan dari Hilmi daripada Javin.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang