Chapter 17: Mellifluous.

7 1 0
                                    

Chapter 17: Mellifluous.

"A sound that is sweet and smooth, pleasing to hear."

_

______

Halwa meneteskan air mata, ia menangis sesenggukan. Ia terlihat sangat terpukul dan rapuh. Bahkan, air mata itu akan bercampur dengan ingus namun segera di seka olehnya. Ia terduduk dengan menahan gejolak yang ada di hatinya. Seakan apa yang barusan ia dengar mensayat hatinya hingga berdarah-darah. Namun itu tak berlangsung lama, ia menyeka air matanya dan mendongakkan kepalanya. Wajahnya berubah menjadi ceria dan ia tertawa dan tak lama suara tepuk tangan terdengar sangat keras.

"Bravo, bravo! Saya suka dengan akting kamu. Sangat natural dan transisi dari menangis ke bahagia itu sangatlah cepat," tunjuk Mario, seorang sutradara film yang tengah menjadi juri audisi casting hari ini.

Halwa bangkit dari duduknya, ia merapikan rambutnya sejenak kemudian menunduk hormat kepada tiga juri tersebut. "Terima kasih," ucapnya dengan tersenyum manis.

"Gak nyangka banget, calon pemain baru ini," tunjuk Alaya selaku kepala produksi rumah film sembari memberikan dua jempol untuk Halwa.

"Untuk kabar selanjutnya, nanti kita hubungi manajer kamu dan terima kasih sudah menerima tawaran untuk casting. Semoga kita berjodoh untuk bekerja sama," ucap penulis skenario kawakan yang bernama Marta tersebut.

"Terima kasih dan saya tunggu kabar baiknya," pamit Halwa sebelum menyalami satu-satu para juri tersebut.

Keluar dari ruang audisi, Halwa di sambut oleh Clara yang langsung menghampirinya. Manajernya itu memberikan tisu sekaligus kaca untuk Halwa karena penampilannya yang berantakan. Clara tak bertanya kenapa bisa sampai berantakan, itu karena ia sudah tau jika Halwa di babat habis saat audisi tadi.

Tanpa memperdulikan tatapan dari peserta lainya, Clara langsung mengajak Halwa pergi ke toilet untuk membetulkan riasan.

"Aku tadi kaget saat di suruh akting nangis terus ketawa. Padahal peran yang ditawarkannya ke aku nanti itu anak manja banget, ya. Pas habis akting jadi anak mami yang super manja tiba-tiba di suruh nangis. Di suruh bayangin kalo di tinggal pacar meninggal terus berubah ketawa bahagia." Cerita Halwa pada Clara saat mereka berada di depan wastafel untuk menghapus makeup Halwa.

Clara menepuk pundak Halwa penuh bangga seperti biasanya dan itu sangat menenangkan Halwa. "Anak ku yang cantik dan hebat ini sudah bekerja dengan keras. Sebagai Ibu yang baik, ayo kita makan bersama," ajak Clara pada Halwa dengan nada keibuan yang membuat Halwa menatap Clara geli namun tertawa.

"Anak Ibu yang cantik ini mau belajar masak sendiri, apa Ibu mau membantu memasak?"

Kini ekspresi Clara terlihat menahan ringisan, "Saran Ibu, kamu masak yang simple aja. Takutnya wajan baru itu ganti besoknya."

Halwa tertawa mendengarnya lalu mengajak Clara untuk pulang bersama meski pun pada akhirnya mereka berbeda tujuan.

Mereka memang baru saling mengenal sebagai artis dan manajer tapi hubungan mereka terasa sudah dekat. Sifat keduanya yang bisa saling cocok membentuk rana profesional itu menjadi kekeluargaan.

*.*.*.*

Hari yang bergulir begitu cepat, membuat bulan yang bersinar redup di langit malam mulai terlihat dari kaca apartemen Halwa. Perempuan itu baru selesai mandi dan akan memasak untuk dirinya sendiri malam ini. Rasanya begitu menyenangkan bisa masak sendiri meski pada dasarnya ia payah dalam urusan dapur. Meski begitu, ia sangat semangat untuk belajar memasak karena memasak adalah basic life skill yang harus ia bisa meski tak dapat menjadi ahli macam master chief.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang