Chapter 9: Abendrot.
"The colour of the sky when the sun is setting."
__________
Beberapa hari ini, Halwa disibukan dengan pekerjaannya sebagai seorang Beauty Creator dan juga model untuk beberapa brand lokal. Ia tak pulang ke rumah, melainkan menginap di rumah Laura selaku manajernya, untuk menghemat biaya. Tinggal di sana jauh lebih aman dan damai daripada di rumah meski ia mendapatkan pesan dan telpon makian dari ayahnya. Namun itu tak menggapa karena setidaknya ia tak mendapatkan pukulan dari ayahnya. Ia juga rutin datang konsultasi pada psikiater serta mengkonsumsi obat penenang.
Hidupnya kini jauh lebih baik karena bisa mendapatkan penanganan kejiwaan. Dulu, ia tak bisa mendapatkan fasilitas itu karena kurangnya biaya. Sekarang, ia punya uang lebih dan bisa ia gunakan untuk kesehatan mentalnya. Ia ingin sembuh dan tak sakit lagi. Dukungan dari Freddie dan Laura sangat berarti untuknya.
Sekarang, ia tengah duduk di antara tiga temannya yang tengah membahas tentang masalah rumah tangga. Ia hanya menjadi pendengar yang baik karena belum memasuki babak rumah tangga. Mendengarkan dari yang sudah mengalami membuatnya menjadi lebih selektif lagi. Ia tak ingin memiliki suami seperti ayahnya karena ia tak mau anaknya kelak akan bernasib sama seperti dirinya.
Topik obrolan yang di bahas pun sudah meloncat-loncat dan kini tengah membahas tentang Sonya yang sering membuat onar di kampung. Terkadang Halwa juga bingung, saat berkumpul bersama seperti ini mereka tak pernah kehabisan topik pembicaraan. Dari yang bermanfaat sampai tak bermanfaat.
"Tapi ya, orang macam itu di masukin ke rumah sakit jiwa aja gak sih," ucap Riri dengan mengambil snack dari bungkus kertas tersebut.
Mendengar kata rumah sakit jiwa membuat hari Halwa tersentuh. Jika ia tak segera mendapatkan penanganan, mungkin sekarang ia bisa saja masuk rumah sakit jiwa. Ia beruntung bisa bertemu dengan Freddie dan Laura sehingga bisa mendapatkan penanganan dari seorang psikiater. "Enak gak kulit ayamnya," tanya Halwa saat melihat Riri memakan kulit ayam dengan lahap seperti biasanya.
"Enak banget, coba-coba, ini enak," tawar Riri sembari akan menyuapi Halwa namun Halwa menggeleng pelan karena tak suka kulit ayam.
"Jadi kapan itu series nya tayang," tanya Sonya sembari meletakkan ponselnya di atas meja. Ponsel yang menampilkan foto mereka berempat barusan. Foto yang akan di edit bersama beberapa vidio untuk konten Tiktok di akun Sonya.
Halwa menerima tusukan Chicken Nuggets dari Gita lalu melahapnya dan mengunyahnya. Ia masih menggantung pertanyaan Sonya karena Chicken Nuggets yang tak bisa ia tolak. Ia suka Chicken Nuggets dan ketiga temannya itu sudah hafal. "Gak tau, kan kemarin aku gak bisa ikut tanda tangan basah. Katanya, masih proses reading skrip. Soalnya udah rampung skripnya," jawab Halwa setelah menelan sempurna Chicken Nuggets.
Es kopi yang tadinya berdiam di atas meja, kini telah habis oleh Halwa. Ia sangat suka mengkonsumsi kopi meski memilki penyakit gerd yang sewaktu-waktu bisa kambuh. Bagi Halwa, penawar dari rasa lelah adalah kopi dan kopi adalah minuman penting bagi Halwa setelah air putih.
"Nanti kalo jadi pindah ke Jakarta, hati-hati jangan sampai kena godaan buat main ke klub malam sama mabok ya. Terus, gak boleh terlalu percaya sama cowok, soalnya banyak cowok mokondo nanti. Kalo deket sama cowok, langsung cerita. Nanti tak lihat dulu, dia baik atau enggak." Riri memberikan nasehat pada Halwa bak nasehat pada adik kecilnya yang akan pergi merantau seorang diri. Tinggal jauh di tanah rantau tanpa pengawasan dari dirinya dan juga orang tua.
"Javin, itu gimana? Kalo aku belum nikah, aku milih Javin sih. Kenapa gak bisa jatuh cinta sama Jevin sih?" Sonya sangat gemas sampai mencubit pipi Halwa dan membuat Halwa mengadu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreeblissa
RomanceDalam masa patah hati setelah putus dengan kekasihnya yang selingkuh, Hilmi mencurahkan semua kisah masa lalunya itu dalam tiap bait lirik lagu yang ia buat. Hingga pada suatu kesempatan, ia membaca sebuah fanfiction yang mampu membuatnya jatuh cint...