Chapter 24: Letabund.

11 1 0
                                    

Chapter 24: Letabund.

"Filled with joy."

________

From : Mas Hilmi

Semangat untuk hari pertama dan pengalaman pertama

Halwa tersenyum, darahnya berdesir seakan kalimat penyemangat singkat itu mengalir ke dalam tubuhnya. Meski tak ada hubungan apa pun dengan Hilmi, ia tetap senang mendapatkan pesan-pesan dari Hilmi. Pesan-pesan yang selalu ia nanti dan ia akan mengirim pesan terlebih dulu jika ingin menceritakan sesuatu pada Hilmi. Ia sekarang mempunyai teman cerita dalam hal apa pun. Mulai dari penting dan hal acak lainnya. Tak jarang, ia mendapatkan foto-foto acak dari Hilmi dan membuatnya melakukan hal yang sama pula.

Bahkan, ia mempunyai album khusus di galerinya. Album tempat menyimpan semua foto yang Hilmi kirim padanya. Tak hanya itu, ia juga memiliki playlist bersama Hilmi karena selera musik mereka sama. Terkadang, ia mendengarkan playlist tersebut secara bersamaan dengan Hilmi. Tentunya tanpa sengaja karena jarak dan tanpa komunikasi terlebih dulu.

"Jadi, gimana hubungan kamu sama Hilmi," Freddie mengagetkan Halwa yang sedang mendengarkan lagu dengan mengenakan earphone, sembari membalas pesan Hilmi.

"Kemarin Mas Hilmi bilang kalo dia suka sama aku dan lagi nyiapin hari yang pas buat nyatain perasaannya," jawab Halwa sembari melepas earphone lalu memasukan earphone tersebut ke dalam tempatnya.

Freddie mengkerutkan keningnya, "Kamu percaya sama dia?" Sebuah pertanyaan yang selalu dilayangkan oleh Freddie padanya tiap kali ada seseorang yang dekat dengannya.

Anggukan dari Halwa tak membuat Freddie puas, pria tiga puluh satu tahun itu bertanya lagi, "Apa yang bikin kamu percaya sama dia? Apa rasanya sama seperti kepercayaan kamu ke Javin?" Jika bukan Freddie, Halwa tak akan menjawabnya karena itu rana pribadi hatinya.

Halwa menggeleng, "Mereka berbeda dan rasanya juga berbeda. Mas Hilmi, dia punya tempat khusus di hatiku. Beda sama Javin yang aku anggap kayak temen biasa." Sebenernya ia merasa bersalah karena menyakiti hati Javin, membuat perasaan Javin kecewa karena ia tak bisa merasakan hal yang sama.

Freddie menarik punggung tangan Halwa, menggenggam tangan kecil itu. "Kamu gak usah merasa bersalah karena menolak Javin dan lebih memilih Hilmi. Di sini, kamu gak pernah mempermainkan perasaan siapa pun soal ini. Jika Javin merasa sakit hati, itu karena ekspektasinya sendiri. Bukan salah kamu."

Kedua mata Halwa menatap Freddie nanar. Pria Oriental yang duduk di depannya itu selalu bisa menenagkannya. Meski tak memiliki darah yang sama, Freddie bisa memahaminya. Membuat Halwa merasa sangat bersyukur dipertemukan dengan Freddie. Sosok yang menyelamatkannya dalam keterpurukan. Membawanya menuju mimpi-mimpinya yang dulu ia pendam dalam. Kini mimpi itu satu persatu ia raih dengan bantuan Freddie.

"Ko, aku boleh peluk Koko, gak?"

Senyum hangat hadir di bibir Freddie, ia mengangguk dan berdiri dari duduknya. Lalu di ikuti oleh Halwa dan pelukan hangat itu tercipta. Mendamaikan gemuruh dalam diri Halwa. Memberikan ketenangan dalam keraguan Halwa akan hidupnya selama ini. Anak kecil yang duduk di belakang pintu kamar seorang diri sembari menangis itu, kini telah mendapatkan kasih sayang. Kasih sayang yang ingin ia rasakan selama ini.

"Terima kasih, ya Ko. Udah hadir di hidup Halwa dan bantu Halwa berdiri di tangga ini. Tetap jadi Kakak buat Halwa, ya Ko."

Anak perempuan pertama yang hidupnya penuh kekerasan dan bertahan hidup sendiri itu kini telah menemukan sebuah rumah. Seorang kakak laki-laki yang selalu ia dambakan kehadirannya. Kakak laki-laki yang ia sayangi meski tanpa ada ikatan darah. Kakak laki-laki yang tau akan betapa gelap hidupnya dan secara perlahan akan menjadi cerah.

DreeblissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang