11. Menjauh?

40 7 0
                                    

Haii maaf kalau ceritanya kurang bagus ataupun kurang menarik gitu yaa.

Disini aku cuma bilang, kalian jangan jadi silent readers ya? yang hanya membaca tapi tidak meninggalkan sedikit jejak.

***

Mozza melangkah kan kakinya riang, seperti biasa menuju kelasnya.

Pagi yang sepi, tidak ada yang membangunkan nya, seperti toa lagi. Untungnya, Mozza menyetel alarm malam itu.

"Heyyo" tiba tiba Reyna muncul dari belakang lalu merangkul pundak Mozza, membuat gadis itu tersenyum tipis

"Begadang ya lo?" tanya Reyna kepada Mozza.

Mozza mengernyit heran. Apa terlalu terlihat, kalau Mozza begadang? Pasalnya semalam dia hanya merenung, sudah menghabiskan banyak waktu. Pukul 2 pagi tadi, gadis itu tidak memikirkan sesuatu, tapi dia susah tidur.

"Keliatan banget?" lalu dibalas anggukan oleh Reyna.

"Tumbenan. Ada masalah?"

"Engga" jawab Mozza lalu tersenyum kecil membuat Reyna mendecak sebal.

Mereka beriringan masuk ke kelas. Mozza melihat bahwa Arka belum datang, apa cowok itu ada di rooftop? Entahlah.

"Kenapa za? Nyariin Arka ya?" celetuk Lion yang baru saja datang.

"Ha? Engga sih, hehe"

"Ndeh, jujur aja kali za, dia di rooftop tu. Seperti biasa" jawab Lion lalu beranjak dari situ.

"Lion, mau ke rooftop juga?" tanya Reyna.

"Iya, kenapa?"

Mozza yang mendengar mereka mengobrol mengulum senyumnya. Reyna sudah berani mengajak mantannya itu berbicara. Mozza tau, mereka sama sama gamon, tapi kehalang gengsi.

"Mau ikut" jawab Reyna membuat Lion menaikkan kedua alisnya.

"Em, yaudah ayok"

"Za, mau ikutan?" Mozza yang tersadar, mendongak. Lalu mengangguk.

Mereka pun berjalan bertiga. Lalu naik ke atas rooftop melihat sekumpulan anak laki-laki, ya siapalagi kalau bukan Arka dkk.

"Eh Lion, banyak amat pasukan lu" ceteluk Aris membuat Lion memutar bola matanya malas.

"Duduk disini Na" pinta Lion membuat Reyna mengangguk paham lalu duduk disebelah Lion.

Mozza? Mozza sangat canggung saat ini, Astaga! Mau nya dia menolak ajakan Reyna tadi, sangat menyesal.

"Mozza, sini samping gue aja duduk nya" ucap Calvin tiba tiba membuat Gavin memukul kepada kembarannya itu.

"Gausah za, bau dia" balas Gavin membuat Calvin mencebikkan bibirnya. Mozza hanya menyengir kaku saja.

"Na, gue balik aja dah" bisik Mozza.

"Ish, terserah lah" balas Reyna, Mozza pun mengiyakannya.

Sedari tadi, Mozza tidak melirik Arka. Seberusaha mungkin, tidak. Walaupun mata Mozza sudah tidak tahan ingin melihat Arka. uhug.

"Gue kebawah aja deh, bye semua" pamit Mozza lembut membuat mereka semua terheran. Mozza pun melenggang pergi.

"Tumbenan ya Mozza langsung pergi? biasanya nyantol ke si itu" celetuk Aris. Mereka semua paham, yang dimaksud Aris.

"Iya juga" balas Aryan yang menoleh kepada Arka.

"Kenapa?" jawab Arka yang merasa ditatap oleh Aryan.

"Dih, liat doang sih" balas Aryan membuat Calvin tertawa melihat percakapan dua kulkas itu.

***

Mozza sudah turun dari tempat itu.

Brakk..
"Duh" ringis gadis itu pelan, lalu mendongak.

"Eh kak Bian?" cicit gadis itu sambil mengelus dahinya yang sakit

"Iya, maaf Mozza" jawab cowok jangkung itu. Bian adalah ketua OSIS disini. Terkenal sifatnya ramah, namun hanya ke orang terpilih saja.

"Eh iya kak, gapapa" balas Mozza dengan senyum simpul.

"Kakak mau kemana bawa barang sebanyak itu?"tanya Mozza melihat Bian yang membawa kardus yang berisi sesuatu. Mozza tidak tahu itu.

"Oh, keperluan OSIS" jawab cowok itu membuat Mozza hanya ber oh ria.

"Mozza boleh bantu?" tanya gadis itu sambil menatap mata kecoklatan cowok itu.

Bian berpikir sejenak. Gadis ini memang bukan anggota OSIS. Namun, Mozza cukup dikenal di SMA SENJA ini.

"Boleh, nih" balas Bian lalu menyerahkan sebagian isi kardus itu.
Ternyata, adalah berkas berkas penting kepengurusan OSIS.

"Ke rooftop sebentar, mau ngambil sebagian berkas lagi" ucap Bian membuat Mozza mengangguk.

"Harus banget ke rooftop, astaga. Males banget harus ketemu Arka lagi" batin gadis itu.

Mozza dan Bian pun berjalan beriringan menuju rooftop itu. Terdengar suara percakapan orang yang ada di rooftop itu menggelegar.

"Ada orang disitu?" tanya Bian membuka obrolan.

"Ada kak" jawab gadis itu seadanya.

Sesampai nya di tempat itu. Semua pasang mata menuju ke arah mereka. Arka juga. Membuat Mozza meringis tak enak.

"Eh ada abang ketua OSIS, hehe" ucap Calvin basa basi, supaya Bian tidak cepu kepada guru.

Bian tidak menjawab itu, lalu langsung menuju gudang yang berada di rooftop itu. Mozza mengikuti langkah Bian dari belakang, berusaha tidak melirik Arka.

Disisi lain, Arka yang sadar sedari tadi Mozza sama sekali tidak menatapnya, mengernyit dalam diam. Ada yang salah pada gadis itu? Apa dia marah pada Arka? entahlah.





Arka ga pekaan bgt ya, dasar batu.

SEE YOU READERS GEMES, <333

MOZZARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang