20. God, please..

27 2 0
                                    

Gadis itu melangkah ceria melewati koridor sekolah nya. Sesekali bersenandung kecil, menyapa setiap orang yang melewati nya dengan senyum andalan gadis itu.

Memasang lagu kesukaannya dibalik earphone yang dipakai nya "Slut!" (Taylor's Swift) (From The Vault). Gadis itu sangat menyukai lagu itu, juga maknanya.

Everyone wants him
That was my crime
The wrong place at the right time
And I break down, then he's pullin' me in
In a world of boys, he's a gentleman

Gadis itu mengikuti alunan lagu itu, lalu sedikit tersenyum. Sebuah manifesting untuk gadis itu mendengarkan lagu tersebut. Keinginan nya yang memiliki pasangan gentleman (?)

"Anjay senyam senyum lu!" sentak Reyna dari belakang membuat Mozza sedikit tergelojak kaget.

"Ngagetin aja eek"

"Hari ini kita full jamkos, tauk! Gue seneng banget nget nget, bisa berduaan sama my hunny bunny sweety" ujar Reyna memejamkan matanya lalu sedikit menggoyangkan badannya centil dengan kedua tangan yang dilipat.

"Huek" balas Mozza menirukan gaya orang yang ingin muntah.

"Eh, orang Arka mana?" tanya Mozza. Reyna hanya menggeleng kan kepalanya pertanda tidak tau.

"Gue ke kamar mandi dulu ye bub" ucap Reyna sambil kiss bye kepada Mozza membuat gadis itu mendelik jijik.

Drrtt..drttt...
Ponsel Mozza berdering. Gadis itu meliriknya, tertera nama "Mama" disana. Dengan senyum sumringah gadis itu segera mengangkat telpon itu.

"Halo ma? Mama apa ka-" tanya Mozza dengan semangat menunggu jawaban dari pertanyaan nya.

"Apakah ini dengan keluarga Bu Violet dan Pak Revan?"

Mozza menghentikan ucapannya, lalu dengan cepat menjawab "iya". Menetralkan nafas nya yang tidak beraturan. Ada apa ini?

"Pesawat yang ditumpangi Bu Violet dan Pak Revan mengalami kecelakaan yang cukup parah--"

Mozza menelan susah payah saliva nya. Ayo, katakan pada Mozza bahwa dia bermimpi. Ini tidak nyata kan?

"J-jadi bagaimana?" rasanya tenggorokan gadis itu seperti dicekik sesuatu, sangat panas.

"Mereka, tidak selamat"

Deg.
Gadis itu menjatuhkan ponselnya, menatap kosong ke arah depan. Bagaimana bisa?

"God, please.." gumam gadis itu lirih dengan nafas yang sudah tak beraturan.

Ponsel yang masih terjatuh itu masih mengeluarkan suara dari seberang sana.
"Diharap anda bisa datang ke Rumah Sakit Anggrek sekarang, untuk--"

Mozza melempar handphone nya sampai menimbulkan suara nyaring membuat seisi kelas terkejut. Kosong. Mozza tidak tau harus berpikir apa sekarang. Ini hanya mimpi, Ayo sadarkan Mozza!

"ARHGGGG" ricau gadis itu menjambak rambut nya sendiri. Hancur. Hancur untuk kedua kalinya.
Mengapa April begitu berat?
Kembali terlintas di pikiran Mozza, kejadian di masa lalu nya. Pandangan gadis itu serasa buram, dan hampir menggelap.

Reyna yang baru memasuki kelas itu, dibuat shock dengan keadaan Mozza yang sudah acak acakan. Rambut yang sudah tidak teratur. Dan, ponsel gadis itu yang sudah tercampak jauh.

"Ya Allah Mozza!" pekik Reyna panik mendekati Mozza yang sudah terjatuh lemas di lantai kelas itu.

"Lo kenapa za?" lirih Reyna.

"Kenapa ni?" tanya Aris yang baru saja datang. Matanya melebar melihat gadis yang tergeletak itu

"Itu si Mozza kenapa tiduran di lantai?" tanya Aris membuat Reyna menatap nya sinis.

MOZZARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang