"Tentu, Lang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Preskm dengan ramah.
Gemilang merasa lega mendapat respon yang baik dari Preskm. Dia mengambil nafas dalam-dalam dan mulai menjelaskan tujuan pertemuannya.
Gemilang melangkah lebih dekat, memastikan bahwa mereka berbicara dengan tenang dan pribadi. "Saya ingin membahas tentang larangan kampus terkait demo. Saya mewakili teman-teman ingin mencari cara untuk menyampaikan aspirasi kami tanpa harus bertentangan dengan aturan kampus," jelas Gemilang dengan tegas.
Preskm mengangguk mengerti, memberikan perhatian penuh kepada Gemilang. Dia melihat keberanian dan kesungguhan dalam mata Gemilang.
"Boleh ikut saya ke sebuah ruangan untuk duduk sejenak dan membicarakan hal demo?"
Gemilang mengangguk setuju. Memang seharusnya membahas perihal ini di tempat yang tenang.
Mereka berlalu dari keberadaan tangga. Gemilang mengikuti langkah Defa masuk ke dalam ruang kelas lalu duduk berhadapan. Di tengah udara yang sejuk dan suasana ruangan yang sunyi, Gemilang mulai menyampaikan kekhawatiran dan pandangannya mengenai larangan kampus terhadap demo.
Preskm mempersilahkan Gemilang untuk bicara. "Silahkan, apa yang ingin disampaikan?"
"Def, lo tahu kan kalau demo adalah salah satu cara kita, mahasiswa, untuk menyuarakan pendapat dan aspirasi."
"Ya gua tahu," balas Preskm dengan wajah datar. Preskm sama sekali tidak mempersalahkan Gemilang bicara lo, gue. Walaupun jabatannya di kampus lebih tinggi, Defa merasa kalau dirinya sama dengan mahasiswa lainnya, Gemilang pun juga begitu kepada orang lain.
"So, gua mau minta bantuan lo buat bangun dialog sama pihak kampus cabut larangan mahasiswa nya buat demo karena bukan cuma gue aja tapi semuanya merasa kalau larangan yang dibuat sama pihak kampus mengajarkan kita harus bungkam," ujar Gemilang dengan suara yang mantap.
Preskm mendengarkan dengan seksama, menunjukkan ketertarikan dan perhatian penuh pada perkataan Gemilang. Dia mencoba memahami perspektif mahasiswa dan memberikan respon yang bijaksana.
"Gue paham banget apa yang pengen lo dan temen-temen lo lakuin, anak-anak BEM Universitas pun sama pengen menyuarakan aspirasinya seperti pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang mengakui hak atas kebebasan berekspresi. Namun, sebetulnya larangan yang diambil sama pihak kampus juga ada benarnya. Tujuannya untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan di kampus," jelas Preskm dengan suara tenang.
Gemilang tercengang dengan apa yang dibicarakan Defa barusan. Sungguh tidak masuk di akal.
Gemilang mendecih, "Menjaga keamanan dan kesejahteraan di kampus atau menjaga reputasi kampus? bilang aja takut ada media yang menyorot negatif kampus kita karena soal demo kan?"
"Def, cuma lo yang bisa buat perubahan. Lo mau sampai kapan selalu tunduk sama aturan kampus yang semakin ke sini punya aturan yang gak dimasuk akal?"
"Kalau gue yang ngomong sama pihak atasan kampus yang ada gue cuma dijadiin tembok sama mereka. Lo tahu sendiri secara pihak atasan kampus memandang jelek mahasiswa dari fakultas gue, Fakultas Teknik," Gemilang melanjutkan perkataannya dengan memasang wajah khasnya yang super tengil, "bener-bener aneh kampus, padahal yang kita lakuin buat demo membawa perubahan besar untuk generasi selanjutnya. Terbukti sama kejadian-kejadian masa lampau?"
Preskm mengernyitkan dahinya, merasa perlu untuk mengingatkan Gemilang tentang pentingnya menghormati aturan kampus. "Bro, gue tahu kalau tujuan anak-anak teknik itu baik. Namun, kita sama-sama sebagai seorang pemimpin, kita juga harus menghormati aturan dan prosedur yang telah ditetapkan?"
Gemilang tetap ngotot, "Justru itu kebiasaan anak teknik yang suka melanggar aturan. Kalau kita mau menunjukkan kalau kita bisa mengubah persepsi apapun melalui aksi nyata bukannya aturan tertulis."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Teen FictionCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...