Ade terheran-heran pada sikap baik bang Toni kepadanya hari ini, mulai dari mengantar dan jemput kuliah, mendadak traktir makan di restoran mewah setelah pulang dari kampus, juga membelikannya akun netflix selama satu tahun dan terakhir Ade diizinkan menggelar pesta di rumah. Ngomong-ngomong di rumah Ade tinggal berdua dengan kakaknya. Bulan ini orang tua mereka berada di luar negeri. Apalagi yang dilakukan mereka kalau bukan soal pekerjaan.
"Mau makan di mana?" Dua kali Ade tercengang mendengar ucapan Toni. Bukan hal yang biasa Toni menuturkan bahasa lembut saat bicara. Ialah kejadian yang sangat menakjupkan.
"Gampang. Nanti gua gofood." Ade yang masih bersikap cuek alias menutupi keheranannya.
"Jangan gofood. Gimana kalau kita makan di mall deket sini?"
Ada apa sebenarnya dengan kakak laki-lakinya ini. Apakah dia habis tertimpa batu besar dan mengenai kepalanya sehingga otaknya kegeser.
"Kok lu jadi baik bang sama gua?" Akhirnya Ade ungkapkan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal.
Sialan. Tak terpecahkan jawabannya. Respon Toni hanya geleng-geleng kepala. "Aneh, orang ditanya malah nanya balik."
Toni tidak menjawab pertanyaannya hal itu membuat Ade geram, rasa penasarannya semakin bertambah.
Mobil milik Toni masih melaju di jalan ibu kota Jawa Barat. Toni sibuk menyetir sedangkan seseorang yang duduk di sebelahnya terlihat sedang senyam-senyum, memainkan ponsel ketika Toni melirik ke samping. Entah apa yang sedang Ade lihat di layar ponselnya. Bisa jadi itu adalah tayangan video dari Tiktok.
Tak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Toni berhenti. Dari dalam mobil Ade dapat melihat jelas bangunan yang ada di depannya. Sebuah restoran.
"Ayuk!" ajak Tono pada Ade setelah melepas sit belt dari tubuhnya.
Ade menolehkan kepala. "Makan?"
Tono menghela napas, dan tersenyum ketika melihat adiknya duduk di sebelahnya. "Iya Ade Nurraini."
Ade akan keluar dari dalam mobil setelah selesai merias sejenak wajah yang sebenarnya sudah terpoles riasan. Kalau kata anak zaman sekarang namanya touch up. Menaburkan bedak bayi ke wajah kemudian mengolesi bibirnya dengan pewarna setelah itu dia menyemprot tubuhnya dengan minyak wangi yang ia ambil dari dalam tasnya. Terhitung lebih dari tiga semprotan.
Sudah lebih dari lima menit Toni menunggu adiknya di kursi nomor delapan. Sebenarnya kesal tapi karena punya usut terpaksa ia menahan emosinya. Toni sudah menduga kalau Ade sengaja membuatnya menunggu lama. Karena dari kelakuannya saja Ade selalu membuatnya naik pitam. Itu alasannya mengapa Toni memiliki tensi darah yang tinggi, ulahnya adalah Ade.
Setelah kian purnama, seseorang yang sedari tadi Toni tunggu datang juga. Dari kejauhan tampak seorang perempuan yang ia kenali sedang berjalan menghampirinya.
Mungkin karena aroma parfum yang menempel di tubuhnya membuat semua laki-laki yang berada di dalam restoran mengamati perjalanan Ade. Dengan gerak langkah yang anggun layaknya seorang model dan sesekali ia mengibaskan rambutnya ke kanan dan kiri saat berjalan.
Membuat setiap pasangan yang ada di sana kesal karena kekasihnya lebih tertarik melihat perempuan lain yaitu Ade. Mereka seperti disihir.
"Gak sia-sia gua beli parfum sampai dua belas juta. Mujarab juga ternyata," ucapnya dalam hati.
Sebelum dia mendaratkan bokongnya di kursi nomor delapan kerap Ade menyapa seorang laki-laki di sana sambil tersenyum lebar. "Hai bang, maaf ya nunggu lama."
"Nama parfumnya apa? gua suka sama aromanya."
WHATTT ...... ternyata Toni benar-benar berubah. Karena Ade merasa salah seharusnya dia terkena siraman rohani alias cacian maki bukannya malah dibelikan barang secara gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Teen FictionCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...