Bab 19 - Lari Pagi

69 6 0
                                    

"Ada yang seneng nih kayaknya."

Gemilang mendapati kehadiran teman kuliahnya. Jimin mengenakan kaos berwarna olive green. Saat itu Jimin melihat temannya sedang bekerja di halaman parkir Indoapril.

Selesai diberi upah dari seorang pengendara motor yang kemudian pergi Gemilang berjalan lalu duduk di sebelah Jimin.

"Yakin lo mau jadi tukang parkir?"

Jimin menjawab, "Iya mau gimana lagi."

"Wait, Puspa gak minjemin uang ke lo buat bayar UKT?"

"Sejak kapan dia gak pinjemin uang ke gua."

Gemilang tersenyum sungging. "Kirain ..."

"Gua pengen banget tembak Puspa."

Terkejut mendengar temannya bicara seperti itu. Gemilang menepuk bahu kiri Jimin. "Cuy, lo sadar diri apa. Lo itu sama kaya gue. Lahir dari keluarga yang miskin."

Jimin meluruskan kedua kakinya ketika duduk di lantai. "Mungkin gak sih kalau orang miskin pacaran sama orang kaya?"

"Mungkin aja," jawab Gemilang.

Jimin menolehkan kepala. "Miskin kaya gue bisa?" Jimin menunjuk dirinya sendiri saat menatap Gemilang.

Gemilang mengangguk. "Tapi lo harus siap denger cari maki dari orang tuanya juga sama teman-temannya."

"Cara jadi orang kaya gimana sih?" tanya Jimin.

Gemilang bangun dari duduknya. "Tidur terus lo mimpi dah tuh jadi orang kaya."

"Serius pea."

Gemilang menolehkan kepala. "Ya habisnya pertanyaan lo gak dimasuk akal."

"Kalaupun gue tahu cara jadi kaya sekejap saat ini gua gak bakal jadi tukang parkir, tolol!"

"Gua jaga disini ya." Jimin mengalihkan topik pembicaraan.

"Terserah lu aja," balas Gemilang.

"Kaya cewek aja jawabnya terserah," cibir Jimin.

Kepergian Gemilang dari Indoapril membuat Jimin bertanya, "Mau kemana lo?"

"Nyari makan siang," jawab Gemilang sambil memegang perut. "Laper gua."

"Nitip, Lang, satu," teriak Jimin.

******

"Maaf ya gak bisa mampir ke rumah soalnya mau langsung ke kantor papah."

Eka melepas sit belt dari tubuhnya. "Iya kak gak apa-apa. Lain kali aja."

"Kamu serius gak mau minta maaf ke Rudi?"

Hening seketika. Eka mengatupkan bibirnya.

Laskar mengambil salah satu tangan Eka lalu menggenggamnya dengan erat. "Gak begitu caranya membalas dendam ke orang yang telah menyakiti kita. Aku gatau seberapa berat rasa sakit hati kamu saat dilukai oleh Rudi tapi aku percaya kalau kamu adalah orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain."

Apa yang diucapkan Laskar ada benarnya. Kini dirinya merasa bersalah. Eka turun dari dalam mobil dan disusul oleh Laskar.

"Kak Laskar gak pulang?" tanya Eka.

Laskar menjawab, "Tunggu sampai kamu masuk ke dalem rumah."

Eka tersenyum. "Oke." Lalu menggerakan kakinya menuju masuk ke dalam rumah. Di depan pintu langkahnya terhenti. Ia membalikkan badan ke belakang dan tersenyum menatap laki-laki yang jauh di depannya. Laskar membalas senyumnya.

Rumah sepi tidak seperti biasanya. Eka sudah melewati ruang tamu dan ruang keluarga namun dia belum menemukan keberadaan ayah dan ibunya. Hari ini bukanlah hari dimana Tika bekerja. Hari ini ayahnya bekerja tapi kalau dilihat jam sekarang, seharusnya ayahnya sudah pulang ke rumah.

GARIS CINTAKU PADA DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang