Rudi duduk diam di ruang tamu, menunggu dengan sabar sambil sesekali melihat sekeliling rumah Eka. Waktu berlalu, satu jam telah berlalu sejak kedatangannya. Pada awalnya, di sana lelaki itu sibuk menatap ponselnya, mengirim pesan singkat kepada teman-temannya atau memeriksa media sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, tatapan matanya mulai berkeliling ruangan, mengamati benda-benda di sekitarnya, dan merenung.
Pandangannya kemudian tertuju pada sebuah foto keluarga yang terpajang di atas meja kecil di dekat sofa. Foto itu menggambarkan kebahagiaan yang ada di wajah Eka dan keluarganya. Rudi tersenyum melihatnya, mengingat momen-momen bahagia yang pernah dia lewati bersama Eka dan keluarganya.
Senyumnya perlahan memudar ketika menyadari bahwa dia sudah cukup lama berada di sana. Rudi merenung sejenak, bertanya-tanya apa yang mungkin membuat Eka begitu sibuk sehingga tak bisa menemuinya. Tetapi, dia tidak mempermasalahkannya terlalu banyak.
Rudi melangkah dengan langkah mantap menuju ibunya, Eka, yang sedang duduk sambil membaca majalah sampul di teras rumah. "Mau pulang, Rud?" tanya Tika.
Rudi tersenyum lembut, "Iya, Tante. Tapi sebelum itu, saya minta tolong buat panggilin Eka, Tante. Ada hal yang ingin saya bicarakan sama Eka."
"Baiklah, saya akan memanggilinya. Tunggu sebentar ya," jawab Tika sambil mengangguk.
"Iya, Tante. Terima kasih."
Tika bergerak menjauh dari Rudi menuju tangga, meninggalkannya dengan pikiran yang serius. Rudi, wajahnya teguh, menunggu momen untuk berbicara dengan Eka.Tika naik ke lantai atas dengan langkah ringan, menuju kamar di mana anaknya, Eka, sedang sibuk membersihkan wajahnya dari riasan.
"Kamu gimana sih, Ka, ada Rudi di rumah bukannya datangin tapi malah sibuk sendiri di kamar!" tegur ibunya, dengan nada sedikit berkecamuk.
"Loh, dia kan bilang sendiri kalau dia ke sini bukan untuk temuin aku, tapi mau main ke rumah. Mamah kan denger sendiri tadi. Jadi ngapain aku repot-repot ngajakin dia ngobrol," jawab Eka, dengan sedikit nada bertahan.
"Ke bawah sana, ada yang mau Rudi omongin sama kamu! Katanya sih penting."
Eka mengesah, ekspresinya agak frustasi. "Astaga, Mah, aku lagi bersihin muka ini!"
"Yaudah, nanti aja. Dia kan udah mau pulang," kata ibunya sambil memindahkan alat pembersih muka dari tangan Eka ke atas meja, memaksa dengan lembut, namun tegas.
Karena tidak ada pergerakan sama sekali terpaksa ibunya menyeret Eka keluar dari kamar untuk menemui Rudi di bawah. Sesampainya Eka berada di ruang tamu, Rudi tidak ditemukan. Eka pun teriak kepada ibunya, ekspresinya agak kebingungan, "Dimana, Mah?"
"Ada di teras," jawab ibunya sambil berteriak.
"Huft," desah Eka, ekspresinya sedikit kesal.
Ketika Eka melangkah menuju teras, ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidaksenangan yang jelas. Matanya sedikit mengerut, dan bibirnya tertutup rapat. "Harus banget ya hari ini gue ceritanya, kayak gak ada hari besok aja," keluhnya sambil kedua tangannya melipat di dada.
Rudi menyela, "Souzon aja. Bukan itu yang pengen gue omongin ke lo."
"Terus apa?" tanya Eka tanpa terlalu banyak penasaran.
"Kasih tau gak yaaa?" goda Rudi, dengan senyum di bibirnya.
Suasana mendadak hening.
"Marah-marah mulu, kayak biawak!" ucap Rudi dengan ekspresi nakal, mencoba menciptakan nuansa humor dalam percakapan mereka.
Eka berkacak pinggang sambil memasang wajah jengkel. "Makanya jangan buat orang emosi terus!"
"Besok kan libur, jadi aku pengen ngajakin kamu jalan-jalan ke Bekasi. Tapi kalau kamu free dan mau sih, kalau kamu ada kesibukan atau emang gak mau ya aku gak akan bisa maksa, tapi aku sangat berharap kamu mau," Rudi menjelaskan dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Genç KurguCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...