Bab 58 - Aksi Teror

17 1 0
                                    

Beberapa hari terakhir, Gemilang merasakan hidupnya terganggu oleh seseorang yang tidak dikenal. Semuanya bermula dari sebuah kejadian yang cukup menegangkan dan membuatnya terjaga hingga larut malam.

Pada suatu hari, setelah menyelesaikan urusan di kamar mandi kampus, Gemilang keluar dan terhenti mendapati tulisan mencolok di cermin: "PENGECUT." Tulisan tersebut jelas dan baru, seolah-olah baru saja ditulis dengan tinta yang masih basah. Gemilang membelalakkan mata, jantungnya berdegup kencang seolah mau meloncat dari dada.

Dia menatap sekeliling, berharap menemukan seseorang yang mungkin meninggalkan pesan tersebut. Namun, ruang kamar mandi itu benar-benar kosong, hanya ada dirinya sendiri dan suara gemericik air dari keran yang tertinggal. Meskipun ruangan itu tampak tenang, rasa dingin merayap di punggungnya. "Apakah tulisan ini ditujukan kepadaku atau kepada orang lain?" pikirnya dalam hati, tidak yakin dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Sejak kejadian itu, pikiran Gemilang tidak bisa lepas dari rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam. Setiap kali sendirian, perasaan cemas menyergap, seolah ada mata-mata yang terus-menerus mengawasinya dari kegelapan. Saat malam tiba, ia terjaga, sulit tidur karena terjaga oleh rasa takut yang menyesakkan dada. Pikiran tentang siapa yang mungkin melakukan ini dan apa maksud di balik pesan tersebut terus menghantuinya.

Esok harinya, Gemilang memutuskan untuk melawan rasa cemasnya dan kembali ke rutinitas sehari-hari. Meskipun hari ini tidak ada jadwal kelas kuliah, dia merasa perlu untuk mengalihkan pikirannya dari kekhawatiran yang mengganggu hidupnya. Hari ini, alih-alih menghabiskan waktu santai bersama teman-temannya di luar, Gemilang memilih untuk tinggal di kos dan menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah yang sudah menumpuk.

Pagi itu suasana kosnya terasa sepi dan tenang. Tenang seperti sebuah sungai yang berada di tengah-tengah hutan. Gemilang memulai hari dengan menyapu lantai kamar kosnya. Sambil menyapu, dia menatap ke luar jendela, menikmati sinar matahari pagi yang masuk ke dalam ruangan. Suara sapu yang menyapu lantai dan aroma deterjen yang segar memenuhi ruangan, membuat suasana terasa lebih nyaman.

Ketika Gemilang selesai menyapu, dia melanjutkan ke aktivitas berikutnya: membuang sampah. Ia mengambil kantong plastik berisi sampah dan berjalan ke luar kost. Di luar, udara pagi terasa segar dan sedikit dingin. Gemilang melangkah menuju tempat sampah yang terletak di pojok jalan.

Tiba-tiba, suara langkah kaki menghampirinya. Gemilang menoleh dan melihat Noval, salah satu temannya, yang lewat di depan kamar kostnya. Noval berhenti sejenak dan melambaikan tangan dari luar pintu kos, tampak ceria dengan senyum lebar di wajahnya.

"Lang, nongkrong nggak sama bocah di warung depan?" tanya Noval dengan nada santai, matanya bersinar penuh antusias.

Gemilang berhenti sejenak dari aktivitasnya dan menoleh ke arah Noval. "Kagak dah, cucian numpuk. Sama pengen bersih-bersih juga," jawab Gemilang dengan nada sedikit lelah, sambil menghela napas panjang.

"Ohh gitu," Noval melanjutkan, "Lang kalau boleh nitip lah tolong cuciin kolor punya gua. Di kamar kost gue udah pada numpuk banget," tawar Noval dengan nada bercanda, seolah-olah meminta tolong untuk menambah daftar pekerjaan Gemilang.

Salah satu kolor milik Gemilang berhasil mendarat tepat di wajah tampan Noval. "CUCI SENDIRI! EMANGNYA GUE TUKANG LAUNDRY!"

"Canda, lord."

"Rasain tuh aroma semerbak dari sempak gue! hahahaa."

Karena tidak terima Noval mengambil kolor milik Gemilang dari wajahnya kemudian melempar balik ke Gemilang. "Jorok banget lu tai, mana bau kecut sempak lo!"

Sebelum terjadi peperangan yang hebat Noval segera lari terbirit-birit memilih untuk tidak meladeni Gemilang yang kini amarahnya sudah diujung tanduk. Noval melanjutkan perjalanannya sambil tertawa cekikikan. Suara tawa Noval bergema samar-samar saat ia menjauh dari kos. Gemilang menatap punggung Noval yang semakin menjauh dengan senyum di wajahnya.

GARIS CINTAKU PADA DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang