Bab 48 - Survei

35 3 0
                                    

"Jawaban yang bagus," puji sang dosen.

Baru saja Gemilang memberikan jawaban yang memukau atas pertanyaan dari sang dosen.

"Dari teman-teman di sini, apakah ada jawaban lain mengenai pertanyaan saya? Atau mungkin ada yang ingin menambahkan informasi pada jawaban yang telah disampaikan oleh Gemilang?" tanya sang dosen, mencoba merangsang partisipasi di kelas.

Kelas itu, sebenarnya, telah menjadi rutinitas yang monoton bagi sang dosen. Jarang ada interaksi selain dari mahasiswa seperti Gemilang yang selalu aktif.

"Baiklah, karena tidak ada respon, saya akan umumkan hasil ujian kalian kemarin."

Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Semua mata tertuju pada sang dosen. Gemilang merasa tegang, begitu juga dengan teman-temanna yang tidak sabar mengetahui hasil ujian mereka.

"Hanya satu orang yang nilainya di atas KKM sisanya pada anjolok semua nilainya. Kalian pada belajar atau engga sih padahal sebelum ujian kan saya sudah memberikan kisi-kisi ke kalian."

Suasana kelas terasa tegang, hening seolah waktu berhenti sejenak. Pak Bambang membuka amplop berisi ujian dengan hati-hati, memutuskan untuk memulai dengan menyebut nilai tertinggi di kelas tersebut.

"Saya akan menyebutkan nilai tertinggi di kelas ini untuk mata kuliah saya, Pemodelan dan Simulasi Sistem Mekanis," ucap Pak Bambang dengan suara tegasnya.

Gemilang menahan napasnya, hatinya berdebar kencang.

Dengan hati-hati, dosen itu menyebutkan nama pemilik nilai tertinggi.

"Nilai tertinggi diperoleh oleh ..... Gemilang."

Wajah Gemilang berganti ekspresi dari tegang menjadi lega. Ia tersenyum sumringah mendengar hasil gemilang ujiannya. Gemilang bangkit dari tempat duduknya dengan semangat, mengambil kertas ujiannya.

Beberapa temannya memberikan tepukan ringan sebagai tanda dukungan. Bukan hal yang lumrah lagi mereka mendengar bahwa nilai tertinggi di dapatkan oleh Gemilang.

Gemilang menduduki kembali tempat duduknya.

"Jangan lupa makan-makan ya, Lang," ujar Luthfi, teman yang duduk di sebelahnya.

Gemilang tersenyum. "Nanti gue beliin kuaci satu bungkus buat rame-rame."

"Kuaci doang gak ada minumannya?" balas Farel.

"Ada dong. Kan di belakang kan ada kali tuh, nanti gue timba dah airnya di sana."

Irsyad menyambung. "Asik party kita."

"Suaranya tolong di kondisikan!" tegur Pak Bambang.

Perhatian kembali tertuju pada Pak Bambang yang melanjutkan membacakan hasil ujian mahasiswa lainnya.

Dalam suasana yang tegang, masing-masing mahasiswa mendengar dengan cermat. Ada yang tersenyum puas, sementara yang lain tampak kecewa. Terdengar bisikan-bisikan kecil di antara teman-teman, menggambarkan beragam reaksi terhadap hasil yang diumumkan.

Pak Bambang tidak hanya memberikan angka, tetapi juga memberikan catatan khusus untuk setiap mahasiswa, memberikan arahan dan saran agar mereka dapat meningkatkan prestasi di masa mendatang. Gemilang merasa beruntung karena mendapatkan pujian dan saran positif.

Setelah selesai membacakan hasil ujian, Pak Bambang menatap seluruh mahasiswa dengan serius. "Saya melihat partisipasi yang baik dari Gemilang. Namun, saya juga ingin melihat lebih banyak respons dari kalian semua di kelas ini. Diskusi dan tanya jawab adalah kunci untuk memahami materi dengan lebih baik."

Mahasiswa saling pandang, mungkin merasa tertantang oleh kata-kata Pak Bambang.

Gemilang yang masih merasa termotivasi, memberanikan diri untuk mengangkat tangannya ke udara. "Pak, mungkin kami bisa mengadakan sesi diskusi tambahan di luar jam kuliah? Saya yakin banyak dari kami yang ingin berkontribusi lebih aktif," ujar Gemilang dengan semangat.

GARIS CINTAKU PADA DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang