Bab 12 - Deja Vu

71 6 0
                                    

Adalah hari yang berbeda dari biasanya—seorang mahasiswi dari jurusan Teknik mesin menjadi pusat perhatian ketika ia melangkahkan kakinya di sepanjang lorong gedung. Dia tidak tuli namun menebalkan muka saja pura-pura tidak mendengar padahal sebenarnya dia dapat mendengar jelas apa yang sedang dibisikan orang-orang, baik yang ada di samping kanan maupun yang ada di samping kirinya. Tak mengenal yang namanya gender. Eka tahu, mereka sedang membicarakannya.

Langkahnya terlalu berat untuk bisa pergi dari lorong ini. Mau tak mau dirinya harus menahan dalam menebalkan muka dan menutup telinga, seolah-olah mereka tidak membicarakannya.

Sementara itu, ada seseorang yang baru saja keluar dari sebuah ruangan dan diketahui seseorang itu ialah seorang dosen. Karena sepanjang berjalan kepalanya menunduk Eka hampir saja menabrak dosen yang ada di depannya.

Langkah Eka terhenti. Bertatapan dengan seseorang yang ada di depannya.

"Eh, kamu Eka."

Kirain siapa tidak tahunya adalah dosen pembimbing akademiknya. Karena segan Eka menundukkan kepala.

"Bisa saya bicara sama kamu sebentar?"

Iris telinganya Eka kalau sang dosen tidak ingin membicarakan soal video viral tentangnya.

Eka tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan. Eka menjawab dengan nada gugup, "B i b bisa bu."

"Ikut saya ke ruangan!"

Duh, mampus! .

Tanpa aba-aba Eka ikuti langkah sang dosen dari belakang.

********

"Apa yang dikatakan Pak Rudi di video klarifikasi itu benar?" Di sofa seorang dosen menyilangkan kakinya sambil menatap Eka yang duduk di depannya.

Rupanya bukan tingkat sekolah menengah saja yang memiliki ruang BK di perguruan tinggi pun juga ada. Ya, kini Eka tengah berada di ruangan yang dimaksud itu, ruangan yang ditakuti oleh semua mahasiswa/i.

Eka menjawab, "Benar, Bu."

"Bisa ceritakan ke saya? saya ingin mendengar langsung dari kamu." Sang dosen menatap Eka secara inci. Bukan pertama kalinya Eka meneguk ludah.

Dinginnya Ac di ruangan sama sekali tidak membuat tubuh Eka kedinginan. Justru sebaliknya. Gadis tersebut mengeluarkan keringat seperti habis lari marathon. Punggung bajunya dirasa basah.

Triknya berhasil membuat Eka buka suara. Sedikit gerogi tapi jelas penuturannya. Akhirnya ia dapat mendengarkan cerita tersebut dari orangnya langsung.

Selesai Eka bercerita respon dari seorang dosen hanyalah tawa kekeh. "Udah kaya film ftv aja kisah cinta kamu," ucap Bu Widyia meledek, "sepertinya ada bau-bau balikan nih."

Eka nyengir. Tak mau berurusan panjang dengan Bu Widyia.

"Terus kejadian yang ada di dalam video itu? kalian lagi berantem sampai dipaksa gitu ngegendong kamunya, Eka."

Eka mengangkat tangan kananya ke udara sebelum berkata, namun tidak menjawab pertanyaan Bu Widyia. "Bu, maaf lima menit lagi saya ada kelas saya izin untuk pamit."

Bu Widyia menurunkan kakinya. "Oh iya silahkan. Terima kasih ya atas waktunya."

"Iya, Bu, sama-sama."

Eka berdiri, secepatnya dia minggat, menuju ke pintu dan keluarlah ia dari ruangan yang menyeramkan itu.

Baru saja ia menutup pintu seseorang tiba-tiba saja menarik tubuh Eka. Dia membawa Eka sampai di dekat tangga.

"Bisa santai aja gak jadi orang." Eka melayangkan tatapan ketus pada sahabatnya yang menjengkelkan.

Puspa senyam-senyum menatap Eka. Eka merasa risih ditatap seperti itu.

GARIS CINTAKU PADA DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang