Bab 41 - Pengecut

34 3 0
                                    

Di tengah perpustakaan kampus yang lengang, Jimin melihat Puspa tengah asyik bermain dengan Macbook. Ini adalah kesempatan yang bagus untuknya beraksi karena di sana perempuan itu sedang sendirian. Melangkah dengan hati-hati, Jimin mendekati Puspa dan meletakkan sebuah amplop berwarna cokelat di hadapannya. Puspa memalingkan wajahnya, terkejut melihat Jimin  di sana.

"Apa ini?" tanya Puspa dengan rasa ingin tahu, melihat sebuah amplop berwarna cokelat yang ada di depannya. Ketika dibuka isinya adalah uang seratus ribuan yang jumlahnya sangat banyak.

"Sebelumnya gua mau bilang terima kasih karena lu udah bayar uang kuliah gue. Uang ini  buat lo sebagai gantinya."

Ketahuilah Jimin begitu sensitif orangnya, bukan berarti dia tidak menghargai perbuatan Puspa yang telah membayarkan uang kuliahnya tadi pagi, tetapi ini menyangkut soal harga diri. Jimin merasa terhina. Meskipun keluarganya tidak mampu, laki-laki itu enggan menerima bantuan karena tidak ingin bergantung pada belas kasihan orang lain. Dan Puspa tahu akan hal itu.

Pada saat pagi tadi, Jimin memang belum memiliki cukup uang untuk membayar kuliah, namun sekarang dia berhasil memperoleh banyak uang dengan meminjam dari bos tempat dia bekerja.

Karena salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian di kampus mereka adalah memiliki kartu ujian. Untuk bisa mendapatkan kartu ujian, syarat yang harus dipenuhi adalah melunasi uang kuliah tunggal.

Puspa menatap Jimin dengan heran. "Jimin, ini nggak perlu. Lo tahu kan kalau gue selalu siap membantu dalam segala hal. Kita adalah sahabat."

Jimin menggeleng tegas. "Lo gak perlu lagi membayarkan uang kuliah. Gua udah menemukan pekerjaan paruh waktu di sebuah coffeeshop dekat kost-kostanku. Gua bisa mengatur keuangan sendiri sekarang."

Puspa merasa terharu oleh sikap tulus Jimin. Yang tidak pernah lelah dalam mencari uang untuk bisa berkuliah, semua pekerjaan yang ada di depan mata selalu Jimin kerjakan sampai-sampai menggantikan waktu istirahatnya. "Tidak perlu repot-repot. Gue senang bisa membantu, dan lo tahu bahwa gue tidak mengharapkan pengembalian apa pun. Lo simpan uang ini baik-baik. Gue yakin lo akan membutuhkan uang ini untuk keperluan hidup lo selanjutnya."

"Imbalan gue cuma satu, gue pengen lo selalu ada buat gue," ucapnya melanjutkan.

Jimin menyadari ketegasan Puspa dalam menolak uang tersebut. Jimin menghela nafas lega, merasa beruntung memiliki seorang sahabat seperti Puspa. "Baiklah, jika lu benar-benar tidak mau menerimanya, gue akan menghormati keputusan lo."

Jimin dan Puspa saling tersenyum, karena mereka tahu bahwa persahabatan mereka telah melampaui batas materi. Beberapa saat kemudian, Jimin memberikan sebuah susu kotak rasa pisang kepada Puspa. Dia baru saja membelinya di mini market, mengetahui betapa Puspa sangat menyukai rasanya. Puspa menerima susu kotak tersebut dengan senyum hangat, merasa terharu oleh perhatian Jimin.

"Thanks," ujar Puspa sambil memegang susu kotak tersebut.

Mereka duduk berdampingan, suasana perpustakaan yang tenang memungkinkan mereka berbicara dengan tenang dan intim. Jimin memandang Puspa dengan penuh perhatian, menunjukkan bahwa sebenarnya dia peduli dengan kondisi Puspa yang sedang hamil diluar nikah. Namun, laki-laki itu selalu merasa kesal terhadap Puspa yang memilih untuk bungkam dan tidak membocorkan kepada semua orang siapa yang telah menghamilinya, serta menolak untuk bertanggung jawab.

"Bagaimana perasaanmu selama kehamilan ini?" tanya Jimin dengan suara yang pelan.

Puspa merasa kalau dia sedang berada di tempat terpencil dari keramaian. Oleh karena itu dia tidak merasa canggung untuk membahas topik ini kepada Jimin.

Puspa menatap lama wajah Jimin, menghela nafas pelan kemudian meletakkan susu kotak yang dia pegang ke atas meja. "Jujur, Jimin, ini bukan situasi yang mudah bagiku. Aku merasa takut dan cemas, tapi pada saat yang sama, aku berusaha untuk tetap kuat demi anak yang ada di dalam perutku." Obrolan berubah, mereka mulai menggunakan panggilan "aku" dan "kamu".

GARIS CINTAKU PADA DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang