Bab 44 - Pemain

38 3 0
                                    

Pukul satu dini hari. Di dalam gemerlap cahaya lampu-lampu sorot yang berdenyut-denyut di sebuah klub malam yang ramai, suasana bergairah dan semangat terasa menyala. Orang-orang berdandan dengan pakaian penuh gaya dan riasan yang mencolok, bergerak mengikuti irama musik yang bergema di seluruh ruangan.

Di tengah kerumunan yang ada, Ade bersama teman sekolahnya waktu SMA sedang menikmati irama musik yang mengalir melalui tubuhnya diantara mereka berlima Ade adalah perempuan sendiri. Dia mengenakan atasan crop top dan celana cargo dan rambutnya yang panjang tergerai bebas. Dia tersenyum cerah, menikmati malam yang tak terlupakan ini bersama teman-temannya.

"Lepasin aja De di sini, cowok mah emang begitu," ucap Janther sambil melingkarkan tangannya di bahu Ade.

Ade menyahut sambil tersenyum jenaka, "Sialan lo Jen."

"Nambah lagi gak lu?" ujar Bule kepada Janther.

"Lah nantangin gue lo, Le?" Sekedar informasi bahwa Bule adalah nama panggilan Raihan.

Saat itu Janther dalam keadaan setengah sadar.

Bule meneguk sisa minuman yang ada di botol sampai habis kemudian tersenyum pada Ade dan Janther.

"Lo sendiri bisa liat kan De siapa yang paling kuat minum diantara kita?"

Obi yang merupakan pemabuk berat daripada Raihan hanya bersikap biasa saja menanggapi celotehan temannya itu.

Ade membalas sinis ucapan Bule. "Tai."

"Ibeng, lo masih ada rokok gak?" Ade bertanya kepada laki-laki berambut klimis.

"Stres banget lo ya De?" Ibeng memberikan sebatang rokok kepada Ade.

Ade menerimanya dan menyelipkan benda tersebut di mulutnya. Membakar lintingan, membuang asapnya ke udara, berharap dengan itu sebagian pikiran di kepalanya bisa hilang menguap.

"Pake segala tanya. Urusin dulu noh mulut lo bau kerak!"

Mendengar ejekan itu, Janther, Raihan, dan Obi tertawa ngakak sedangkan Ibeng malah menampilkan wajah ketus.

Janther meneguk Wine dengan sekali teguk. "Kehidupan di kampus lo pada gimana?"

"Bocahnya sih kayak tai semua," jawab Ibeng, "Makin tua semesternya makin masing-masing."

"HAHAHAA. Jadi nyesel gue daftar kuliah, semenyeramkan itu ya dunia perkuliahan?"

Ade menyahut, "Banget."

"Lo jadi ngekost di sana, Jan?" Dengan rokok yang sudah tersisa setengah di tangan, Ade melihat Janther yang duduk di sofa sedang mengambil minuman.

Janther menjawab sambil menyodorkan minuman ke Ade, "Jadi."

Ade menerima dan meneguknya.

"Kenapa gak bolak balik aja alias pulang pergi dah?" tanya Ibeng menimpali. "Kost di sana kan mahal."

"Capek setan bolak balik dari Bandung ke Jakarta," ketus Janther.

"Bukannya lo demen bolak balik? apalagi lo suka tempat-tempat jauh?" Ibeng mengernyitkan dahi.

Janther memutar matanya dan menyambung dengan humor, "Untung saat ini nggak dulu lah, Le. Gue masih sayang sama bokong gue, emangnya lo gak sayang sama bokong lo mau aja lo ditusbol sama abang-abang kuli."

Mereka semua tertawa besar mendengar ejekan kocak Janther. Kehadiran Janther yang selalu menyelipkan lelucon seperti ini adalah salah satu hal yang membuat pertemuan mereka selalu penuh tawa dan keceriaan.

*******

Matanya mengantuk, tapi rasa penasaran membuatnya harus bangkit dari tempat tidur. Setelah turun dari tempat tidur Mima mengambil ikat rambut dan mencepol rambutnya yang berantakan. Gadis itu melangkah perlahan menuju pintu kamar.

GARIS CINTAKU PADA DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang