Catatan sebelum kalian membaca chapter ini.
WAJIB BERI VOTE DAN KOMENTAR SARAN MAUPUN KRITIKAN!
Kalau kalian suka sama cerita ini fiks, share ke teman-teman kalian.Kalau misalkan gak punya teman gimana kak? Mati aja klean. Masih iya lo gak punya temen di dunia ini.
HAPPY READING‼️👿😡👿
_____________________________
Di klink Puspa seorang diri. Kedua temannya sedang membelikannya sesuatu di kantin. Puspa yang sedang terbaring di brankar membuka matanya karena suara pintu terbuka. Terperanjat kaget saat melihat kehadiran seorang laki-laki bertubuh tegap berdiri di sampingnya. Puspa mengenali siapa laki-laki itu. Orang yang telah merenggut keperawanannya.
"Kamu gak kenapa-kenapa?"
Kini Puspa sudah bangun dari tidurnya, alias duduk di sprei berwarna putih. Diam-diam gadis itu mengatur napasnya, mencoba untuk bersikap tenang.
"Cuma masuk angin aja Kak."
Laki-laki tersebut tersenyum mesum pada Puspa. "Syukurlah kalau baik-baik aja."
Puspa tak bisa berbuat apa-apa selain merutuki diri dalam hati, ketika tangan kekar pria kurang ajar ini mulai mengusap paha Puspa yang terbungkus oleh celana bahan setelah itu dia berani menelusup ke dalam celananya. Awalnya hanya sebentar namun malah keterusan bahkan sampai mengenai alat vital Puspa.
Akhirnya seseorang menyelamatkannya dari seorang pria yang berbuat cabul. Puspa sangat bahagia ketika laki-laki itu berhenti meraba-raba selangkangannya namun sedikit kecewa karena sialnya dia menikmati perlakuan laki-laki cabul itu.
Berhenti melakukan hal yang tidak senonoh itu, karena dering telepon milik Puspa di atas nakas. Pria itu dapat melihat nama si penelepon di layar ponsel Puspa yang menyala sekaligus mengeluarkan nada dering.
"Mau gua beliin obat juga gak?" ujar Eka di seberang sana.
"Iya gua masih di klink. Apa? udah mau sampai. Langsung ke sini aja." Setelah berkata demikian Puspa langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Mendapati hal itu, di seberang sana Eka sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Puspa di telepon. Dan mau tidak mau Eka membelikan obat untuk temannya.
Laki-laki itu langsung menjaga jarak. "Si Eka mau dateng ke sini?"
"Iya kak."
"Kalau begitu gua pamit ya. Maaf kalau gua gak bisa nemenin lama-lama." Dengan ekspresi cemas laki-laki itu melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri lalu menatap ke arah Puspa. "Gua sebentar lagi ada kelas."
Puspa tak membalas dengan kata melainkan dengan senyuman kecut. Mengamati seorang laki-laki yang jalannya terburu-buru ke pintu keluar. Setelah hilangnya sosok laki-laki itu dari pandangan Puspa, gadis itu langsung mengusap seluruh tubuhnya dengan kedua tangan. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri. Kedua lututnya diangkat dan dipegang olehnya sambil menangis sesegukan, kepalanya tertunduk dan hanya terlihat rambutnya saja.
Ia sudahi sedihnya takut temannya datang dan kembali tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengannya. Tak lama mereka pun datang membawakan sesuatu di tangannya masing-masing. Eka memegang segelas teh hangat sedangkan teman yang satunya lagi memegang minuman dingin.
"Masih pusing?"
"Sedikit."
Eka mengulurkan sesuatu ke Puspa, Puspa menerima pemberiannya, menyesap teh hangat yang dibeli Eka di Kantin Salman.
Merasa ada yang aneh dengan rasa minuman yang Puspa minum tidak seperti biasanya. "Lu campur sama Tolak Angin ya?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Fiksi RemajaCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...