Masih setia menunggu jawaban apa yang akan dikatakan Aryo nantinya. Rasa penasaran terus menghantui Eka dan Laskar.
"Kasih tau gak ya ..." Aryo sengaja membuat dua pemuda/i kesal padanya. Maksudnya ingin mengajak bercanda.
"Nanti kalian juga tahu sendiri," ucapnya lagi.
"Pah, jangan buat orang penasaran. Kasih tahu ish syarat khususnya!" Di belakang, Eka mencebikkan bibirnya. Terlihat jelas wajah anaknya melalui pantulan cermin yang menggantung dari atas dashboard.
"Syarat khususnya gampang dan gak perlu juga kayaknya papah kasih tau. Papah percaya yakin kalian berdua bisa." Tatapan Aryo lurus ke depan, menatap jalanan di sana.
Geram pada sikap ayahnya yang menyebalkan. Sebelas dua belas ayahnya dengan kelakuan Rudi. Selalu membuatnya naik pitam. "Pah, jangan sampai aku aduin ke mamah nih soal kejadian yang itu?!"
Laskar yang duduk di depan sempat melirik ke belakang. Lalu terkekeh saat melihat seseorang yang duduk di kursi pengemudi. Wajah Aryo memucat, Laskar mengetahui pria paruh baya itu sedang panik.
"Jangan atuh. Kamu mah ngancem orangnya," ucap Aryo.
"Makanya jangan buat orang penasaran," sahut Eka dengan ketus.
Aryo menyenggol lengan Laskar menggunakan tangan kirinya membuat Laskar menolehkan kepala. "Emang gak pernah bisa saya buat masalah sama Eka."
"Pah, jangan sampe aku berubah pikiran nih." Sambil memberitahu Eka memegang sebuah ponsel untuk menakut-nakuti. Dan usahanya pun berhasil ayahnya buka suara.
"Syarat khususnya tuh kalian lulus dari kuliah harus dapat gelar cumlaude," ucap Aryo.
Keempat roda yang terpasang pada mobil hitam masih berputar dan pembicaraan mereka terus berlanjut, membicarakan apa saja sampai membuat perut mereka sakit karena pembicaraan mereka selalu tertuju pada hal yang lucu dominannya. Sepuluh menit kemudian tibalah mereka di tempat tujuan. Mobil Aryo bergerak memasuki pekarangan rumah seseorang. Tembok bercat abu-abu bangunan yang memiliki tiga lantai itu adalah rumah orang tua Laskar. Laskar yang lebih dulu keluar dari dalam mobil Aryo baru disusul Eka dan ayahnya.
Mereka bertiga ke belakang bagasi mobil untuk mengeluarkan barang-barang milik Laskar yang ada di sana. Setelah semuanya terambil Aryo menutup bagasi mobilnya sedangkan Eka dan Laskar membawa koper dan perintilan barang ke teras rumah. Kedatangannya langsung disambut hangat oleh keluarga Laskar. Sebelum sampai ke sini, tadi di mobil Laskar sempat menghubungi kedua orang tuanya dan memberitahu kalau dirinya sudah ada di Bandung. Di sana ada ayah dan ibunya Laskar yang masih tidak percaya anaknya kembali ke Indonesia. Barang seperti koper tak perlu lagi Laskar membawa ke dalam rumah. Karena ada satpam yang siap jadi tangan kanan.
Eka terharu sambil tersenyum saat melihat Laskar dipeluk oleh orang tuanya. Adalah pelukan kerinduan karena lama tidak berjumpa. Jauh dari anak rasanya tidak enak. Terhitung bertahun-tahun ditinggal ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Juga dengan Aryo yang berdiri di sebelah anaknya. Ia tak bisa berkata apa-apa saat ikut menyaksikan.
Husman melepas pelukan Laskar dan memegang wajah anaknya dengan kedua tangan. "Kamu kok gak ngabarin papah kalau mau ke sini."
"Sengaja kata sih Laskar mau buat kejutan," celetuk Aryo.
Berta melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah Aryo. "Kok bisa sama kamu, Yo?" tanya Berta, ibunya Laskar.
"Semalem dia ke rumah saya dari bandara. Karena kebetulan sudah malam saya ajak dia untuk menginap di rumah dan paginya baru saya anterin ke rumah."
Husman mengangguk setelah mendengar cerita Aryo. "Oh begitu ceritanya." Lalu beralih menatap Laskar. "Jadi dari bandara kamu naik ojol?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Novela JuvenilCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...