Terik matahari menyilaukan matanya. Beginilah akibatnya kalau tidak menggunakan kacamata hitam saat pergi ke kampus pada siang hari. Padahal kacamata penting untuk melindungi matanya dari radiasi ultraviolet. Kacamata hitam yang biasanya dia gunakan setelah turun dari mobil itu tertinggal di rumah.
Puspa baru saja turun dari mobilnya. Beberapa langkah saat Puspa berjalan di parkiran tiba-tiba seorang laki-laki hendak menghampirinya. Saat mengetahui sang pemilik wajah Puspa langsung mempercepat langkahnya bahkan dia sampai berlari untuk menghindar dari orang tersebut.
Sayang sekali Puspa tak dapat menghindarinya, di tengah perjalanan bindernya terjatuh. Seseorang yang tadi mengejarnya membantu mengambilkan buku Puspa yang terjatuh.
"Pus, dengerin gua. Gua minta maaf."
Puspa tak membalas perkataan Jimin mau minta maaf sambil nangis-nangis darah pun sepertinya Puspa tidak akan memaafkan kesalahan Jimin. Ketika Jimin memegang tangannya dia langsung menepis dan mengambil binder yang ada di tangan lalu pergi.
"Sampai kapan lo mau menghindar dari gue?"
Langkah Puspa berhenti karena teriakan Jimin yang mengajaknya bicara. Beberapa orang di sana yang menyaksikan hal tersebut sempat bingung. Puspa jadi merasa bersalah karena telah membalikkan badan dan melihat Jimin dari kejauhan. Gadis itu tidak berkata apa-apa. Orang-orang di sana mengintimidasinya.
Beberapa detik kemudian Puspa melanjutkan kembali perjalanannya dan benar-benar meninggalkan Jimin. Jimin menghembuskan napas panjang lalu membuangnya. Dia berdiri dan memperhatikan kepergian temannya.
"Woi." Puspa sedikit terkejut pada Eka yang mengagetkannya dengan cara menepuk sebelah pundaknya. "Tumben lo sendirian? abang-abangan lo kemana?"
"Pergi ke Jakarta buat liburan sama keluarganya." Eka mencebikkan bibirnya.
"Kok lo gak diajak?"
"Diajak cuma gue yang gamau."
"Kenapa gamau? karena mas dosen?"
Lalu Eka mengangguk kepalanya dan menuturkan dengan nada mengeluh. "Itu dia masalahnya kalau gua ikut liburan sama Kak Laskar hari ini gue bolos kuliah. Gara-gara mas dosen sialan lo itu noh gue jadi sama dia terus, jagain dia di rumah sakit. Bete banget Ya Allah pengen liburan gitu rasanya."
"Yakin liburan? pengen liburan kok jadi panitia konser," sindir Puspa.
"Itu salah satu bagian dari liburan gue tahu."
"Suka-suka lo aja deh."
Eka nyengir saat menanggapi temannya yang pasrah karena ucapannya. "HEHEHE ..."
"Anterin gua ke perpustakaan yuk. Gua mau nyari referensi buat tambahan materi ujian nanti," ajakan Puspa disetujui oleh Eka.
"Boleh, boleh."
Mereka berdua pun pergi ke sebuah perpustakaan yang ada di kampus.
Sampai di sana mereka terlebih dahulu mengisikan google formulir sebagai daftar kunjungan hadir perpustakaan, di meja admin. Lekas mengisi daftar kunjungan mereka berdua diberikan kunci loker yang dimana kunci tersebut digunakan untuk meletakkan barang bawaan mereka.
Eka mengikuti perjalanan Puspa dalam mencari buku. Sambil ikut melihat buku-buku yang dia temukan. Dalam pencarian buku sempat terjadi sebuah pembicaraan. Tapi dengan volume yang kecil, karena di dalam perpustakaan para pengunjung dilarang berisik.
"Gua kasihan banget tau Kak, jadi ada tuh anak tetangga gue, masa dia hamil di luar nikah sama pacarnya." Puspa yang memulai pembicaraan.
"Tetangga lo yang mana?" Eka bertanya seperti itu karena dia mengenal semua tetangga Puspa di rumah. Wajar, karena mereka telah bersahabatan selama dua tahun dan Eka sering main ke rumah Puspa. Namun belakangan ini, memang Eka jarang main ke rumahnya Puspa karena mengurusi dosennya yang sedang sakit. Oleh karena itu Eka tidak mengenali tetangga baru Puspa di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Novela JuvenilCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...