Bandung menampilkan pesona khasnya dalam gemerlap lampu jalanan dan suasana yang sejuk. Udara Bandung yang segar dan sejuk membuat malam itu semakin nyaman. Eka dan Jimin berbicara melalui telepon dan memutuskan untuk bertemu.
Jimin tiba di tempat pertemuan mereka, di salah satu sudut jalan yang dikenal oleh mereka. Eka dan Jimin berjalan sejajar melintasi jalan-jalan yang terang benderang oleh lampu-lampu kota, dengan suara gemericik air yang mengalir dari saluran air yang tenang. Suasana malam di Bandung memberikan ketenangan dan kenyamanan, menciptakan latar yang sempurna untuk pertemuan mereka.
Mereka menemukan warung ketoprak yang terkenal di daerah tersebut. Dengan lampu-lampu sorot yang hangat, mereka duduk di meja plastik sambil menunggu hidangan ketoprak yang lezat.
"Nih, ketoprak punya lo," kata Eka sambil memberikan piring ketoprak pada Jimin.
Jimin menerimanya dengan senyum, "Makasih."
"Anggap saja sebagai permintaan maaf gua atas kejadian hari ini," tambah Eka.
Jimin terkekeh, "Jadi lo nyogok gue nih?"
"Sensi banget sih, lo jadi lakik!" ketus Eka.
"Ya, habisnya lo ngomong kaya gitu sama gua, seolah-olah lo pengen gua maafin dengan cara beliin gua ketoprak," Jimin berkelakar.
"Ya emang itu tujuan gue," sahut Eka sambil memainkan wajah kesal.
Jimin menolehkan kepala.
"Udah lah susah ngomong sama orang genius kaya lo. Bawaannya emosi terus," ujar Eka.
Jimin tersedak terkejut mendengar itu. Eka kemudian memberikan segelas air putih pada Jimin.
"Kaget ya?" tanya Eka.
Jimin hanya bisa mengangguk, setuju dengan pernyataan Eka.
Eka melanjutkan, "Karena yang lo tahu, gue anak rumahan."
Jimin mengangguk, setuju dengan ucapan Eka barusan.
"Lo salah, gue gak kaya begitu."
"Oh ya? lo berarti sering keluar malem dong?"
Eka menganggukan kepala.
"Sama Rudi? atau sama Kak Laskar?"
"Dua-duanya."
Jimin menghentikan makannya sejenak. "Maksudnya, lo pergi bertiga gitu? Emang Rudi gak masalah kalo ngajak Kak Laskar?"
"Ya gak bertiga juga lah dongo! ya kali gue pergi bertigaan," hardik Eka.
"Eh, kirain." kekeh Jimin.
"Lo tapi masih nongkrong sama Gemilang dan kawan-kawan kan?" Kali ini yang memberikan pertanyaan adalah Eka.
Jimin meneguk es tehnya. "Masih tapi rasanya gak lagi sama kaya dulu."
"Ouhh, gua kira setelah tau kejadian itu, lo jadi menghindar dan benci sama Gemilang."
"Gue emang benci sama dia tapi gue gak bisa menunjukkan sikap benci gue. Lagian kalau dipikir-pikir orang bego mana sih yang gak marah kalau sahabatnya sendiri diperlakukan bejat sama orang lain?"
"Begitu juga sama lo kan? lo juga marah dan kecewa sama Puspa."
Eka menganggukan kepala. Tanda setuju dengan ucapan Jimin barusan.
"Dan, setahu gue nyokapnya Puspa ke pengen banget punya anak, gue gatau lagi gimana perasaan ibunya Puspa saat tahu anaknya hamil." Mata Eka berkaca-kaca. Perempuan itu bicara sambil bengong menatap ke arah jalanan.
*********
Rudi keluar dari kamar apartemennya dan melangkah menuju lobi apartemen. Saat berada di lobi, pandangannya tiba-tiba terhenti ketika dia melihat sosok perempuan mengenakan dress berwarna merah. Perempuan yang berdiri di sana adalah mantan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS CINTAKU PADA DOSEN
Roman pour AdolescentsCERITA INI PURE IMAJINASI PENULIS Jika memiliki kesamaan baik Nama tokoh/tempat/kejadian dibuat secara kebetulan. Apakah ini malapetaka atau malah menjadi kabar baik bagi Eka, seorang mahasiswi Teknik Industri yang harus berurusan dengan dosennya, y...