Pasti dilanjut ko, komennya yang maki-maki aja, biar gue mood buat nulisnya hehehe ... nulis ini agak susah, takut gak ngefeel jadi ayokk berjuang sama-sama sayangku😚
________
Semelir angin malam menambah rasa sepi yang tengah dialami Graziano, omega itu meringkuk diranjangnya. Sedari tadi ia menangisi nasibnya, bahkan ia menolak jadwal makannya. Ia masih terkejut dan tak percaya jika selir Yian tengah mengandung anak duke.
Ia kalah sebelum berperang, ternyata Yian adalah orang yang dicintai suaminya. Rasanya sesak, dan menyakitkan.
Graziano pikir duke akan bisa menerimanya dengan baik, seperti ia menerima suaminya itu. Tapi nyatanya, Matteo udah memiliki kekasih sebelum menikah dengannya, lamaran yang ia terima tak lebih hanya sebatas karena ramalan hidup Matteo.
Ia menolak banyak lamaran dari para dominan, dan beberapa beta hanya karena ia tak mau, tapi ia malah menerima lamaran orang yang sama sekali tak bisa menghargainya. Tadi itu, ia dengan jelas melihat kemarahan Matteo, Matteo yang ia pikir akan lembut padanya ternyata benar rumor yang beredar jika sang singa kerajaan memiliki sikap dingin.
Krek
Terdengar suara pintu dibuka dengan pelan, Graziano bisa mendengar derap langkah mendekati ranjangnya, namun ia memilih acuh.
"Duches ... "
Itu Matteo, alpha yang hampir menghabisinya dengan feromon dominannya sendiri.
"Duches." Matteo mengusap punggung Graziano, "kau sudah tidur?" tanyanya.
Graziano membuka matanya perlahan, matanya sembap kentara jika ia terus menangis.
"Kupikir kau tak akan datang ke mari." Graziano mendudukan dirinya, ia berkata dengan lembut seakan kejadian siang tadi tak pernah terjadi.
Matteo melihat dengan jelas bagaimana kantung mata itu semakin terlihat, mata dan hidung yang merah.
"Untuk kejadian tadi aku minta maaf, aku terlalu panik saat feromonmu menguar diaula, aku ... "
"Ya aku tahu, maaf karena telah membuatmu salah paham," sela Graziano, ia akan kembali menangis jika membahas ini.
"Bagaimana apa acaranya lancar? Maaf karena aku tak ikut serta sampai selesai," ucap Graziano.
"Lancar tak terlalu buruk,"
"Bagus jika begitu, ada apa gerangan Tuanku datang ke kediamanku malam-malam?" tanya Graziano, mungkin terdengar ambigu, karena wajar saja 'kan jika suami mendatangin kediaman omeganya? Namun, hubungan mereka lah yang membuat Graziano bertanya.
Matteo menghela napas, "aku hanya ingin minta maaf itu saja," ucapnya.
Graziano tersenyum, "itu bukan salah yang mulia, aku bisa mengerti. Jika hanya itu, aku akan kembali berbaring. Segeralah kembali ke pavilliun ilichi pasti selir Yian tengah menunggumu," ucapnya.
Graziano tahu jika selir Yian tinggal dipavilliun ilichi dekat rumah utama, Matteo benar-benar memperlakukan selir Yian seperti istri utama, jujur saja Graziano iri tapi ia akan menepis perasaan itu, hanya hari ini saja ia menangis sisanya ia akan lebih kuat dari ini, kali ini ia terlalu terkejut dengan kenyataan.
"Baiklah aku akan pergi menemui Yian, kau istirahatlah katakan jika ada sesuatu, malam besok aku usahan akan tidur di sini," ucap Matteo, yang tak ditanggapi apapun oleh Graziano.
Omega itu memilih diam, untuk saat ini ia tak akan begitu berharap. Biarlah semua berjalan seperti semestinya.
Dipavilliun ilichi selir Yian tengah asik memakan cemilannya, ia senang akhirnya ia bisa bersanding dengan Matteo walau hanya sebagai selir. Ia mengelus perutnya yang sedikit menonjol, usia kandungannya juga baru menginjak enam minggu.
"Matteo," ucapnya dengan senyuman manis saat Matteo datang menghampirinya.
"Ini sudah malam, kenapa kau tak tidur Yian?" Matteo bertanya dengan nada tegasnya.
"Ini semua karena anakmu, dia ingin aku menghabiskan ini semua." Yian menunjuk kue kering yang dibalur minyak samin membuat aroma kue yang menggiurkan.
Matteo duduk disamping Yian, ia mengusap perut sang selir.
"Lihat ibumu, dia akan sakit jika kau terus ingin makan," ucap Matteo.
Yian merona, ia tak pernah berkhayal akan diperlakukan begitu baik oleh pria bangsawan, kedua orang tuanya selalu menganggap cinta Matteo hanyalah permainan semata, tapi saat ini Yian percaya, Matteo adalah pria yang baik dan sangat mencintainya.
"Aku tak pernah bermimpi diperlakukan begitu terhormat oleh pria bangsawan sepertimu, entah kebaikan apa yang aku lakukan dimasa lalu sampai harus menerima ini semua, Matteo aku mencintaimu," tutur Yian, ia mengusap rahang tegas sang dominan.
"Kau pantas Yian, kau perempuan baik." Matteo mengecup tangan Yian yang mengusapnya.
Keduanya saling mencintai, seakan semesta ada digenggaman mereka, sampai mereka lupa ada hati yang terluka dengan cinta besar mereka, ada hati yang terpecah dengan hubungan selir dan duke yang mereka jalani.
_______
Graziano tengah memetik buah strawberi, ditemani oleh Elena. Siang ini begitu cerah, ia memutuskan untuk berkebun. Ia sangat senang melihat banyak buah yang begitu menggoda dengan warna merahnya, ia sudah meminta izin pada Matteo dengan apa yang ia lalukan saat ini.
"Elena siapa yang mengurus perkebunan ini, ini sungguh mengagumkan dia mengurusnya dengan begitu baik." Graziano memegang satu buah strawberi yang sedikit besar berbeda dengan yang sudah ia petik sebelumnya.
"Lord Arvata, putra dari seorang viscount," ucap Elena.
"Lain kali aku ingin menemuinya," ucap Graziano, ia memasukan buah yang tengah ia pegang ke dalam keranjang.
"Mari yang mulia, biar saya yang bawakan keranjangnya." Elena menerima keranjang berisi strawberi dari Graziano.
"Sepertinya sudah cukup, mari kita kembali. Aku tak sabar untuk mencicipi rasanya," ucap Graziano.
"Mari Tuanku." Elena mempesilahkan Graziano berjalan didepannya, ia seperti biasa mengekor dibelakang Graziano.
Kesan awal Elena yang semula menganggap Graziano pendiam, ternyata tak begitu benarnya, nyatanya duchesnya ini banyak bicara dan selalu banyak bertanya. Elena senang, bisa menemani Graziano, selama melayani keluarga duke baru kali ini ia bisa leluasa berbincang dengan kasta yang jelas diatasnya.
"Yang mulia duches Graziano!"
Langkah keduanya berhenti saat perempuan dengan gaun merah menghampiri keduanya dengan tergesah.
"Berhati-hatilah selir Yian, kau bisa terjatuh," tegur Graziano, saat Yian berhenti tepat dihadapannya.
"Aku begitu antusias saat melihat Anda yang mulia, saya penasaran sedang apa Anda disekitaran pavilliun ilichi?" ucap Yian.
"Mohon ampun selir Yian, bukan urusan Anda sehingga harus tahu urusan Tuanku duches berada disekitar sini," imbuh Elena, jujur saja ia sedikit tak menyukai selir kesayangan dukenya ini.
"Aku 'kan hanya bertanya," cetus Yian, ia jengkel sendiri.
"Selir Yian, bukan hal baik seorang selir menanyakan urusan duches," ucap Elena telak, membuat Yian memerah karena amarah.
"Kau ... !" Yian menunjuk Elena, "aku akan mengadukanmu, karena tak sopan," ucapnya.
"Selir Yian, yang dikatakan Elena benar, bukan ranah kau bertanya seperti itu, apalagi kau mencegatku dipertengahan jalan, lain kali bacalah buku-buku diperpustakaan dekat pavilliun daisy di sana kau akan mengerti," ucap Graziano, membuat Yian mengepalkan tangannya.
Ia sadar diri kedudukannya dengan Graziano berbeda jauh, hanya saja apa salah hanya bertanya?
Graziano menatap datar selir Yian, bukan masalah besar ia dihadang tiba-tiba, namun sebagai selir kesayangan duke seharusnya Yian sedikit belajar tentang tata krama, Graziano mengerti Yian mungkin saja tak pernah belajar bagaimana cara menyapa yang benar, jadi tak masalah bukan jika ia menegurnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Life Prophecy [LENGKAP]
RomanceMenjadi seorang submisif yang terlahir dari keluarga bangsawan adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri. Graziano putra dari duke Antonio albert harus menerima takdirnya, menikah dengan duke muda sang singa kerajaan, pemimpin daerah barat Gardeni...